WKRI Paroki Sikumana Gelar Seminar Ciptakan Generasi Unggul Bebas Stunting

by -179 views

WKRI Paroki Sikumana foto bersama usai Seminar Ciptakan Generasi Unggul Bebas Stunting.

SIKUMANA, mediantt.com – Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Paroki Sta Familia Sikumana, memberi atensi khusus pada masalah tengkes atau stunting. Hal ini senapas pula dengan program WKRI yang Peduli Stunting. Karena itu, WKRI Sta Familia menggelar Seminar “Sinergitas Ciptakan Generasi Unggul Bebas Stunting”, pada Rabu 22 Maret 2023, di Aula Gereja Paroki Santa Familia Sikumana.

Seminar sehari ini sejalan pula dengan tema APP Keuskupan Agung Kupang 2023; “Keadilan Ekologis Bagi Seluruh Ciptaan (Semakin Mengasihi dan Lebih Peduli)”. Pesertanya antara lain, Anggota WKRI, Orang Muda Katolik (OMK), ibu-ibu hamil, pasangan muda dan organisasi wanita lintas agama.

WKRI Santa Familia mengajak semua pihak agar bertobat sungguh dari sikap ingat diri dan kembali kepada fitrah sebagai manusia yang saling membutuhkan satu dengan yang lain karena Allah telah menciptakan manusia pria dan wanita untuk ada bersama dengan segala ciptaan lainnya untuk membentuk kesatuan kosmos yang saling menghidupkan, saling menopang, dengan mengenal apa dan bagaimana itu stunting.

Seminar ini menghadirkan tiga narasumber kredibel yang memahami benar masalah tengkes, yakni Dr Kristin Harming Ragu (Dosen Poltekes Kupang yang membedah topik “Stunting dan Gejala serta Resikonya pada Anak; Penguatan Advokasi, Komunikasi Sosial dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Mencegah Stunting”.

Juga, Dr Yuliana Saloso (Dosen Undana Kupang) yang bicara soal Pembuatan Maggot untuk Pakan Ikan dan Ternak. Dan, Fransiskus Tio Keban dari Gerai Kelor Dinas PUPR NTT, yang menyoroti soal Advokasi dan Edukasi Pangan Lokal Cegah Stunting ala Moza Cafe.

Sementara yang menjadi keynote speaker adalah Ketua WKRI DPC Sta Familia Sikumana Lusia Fransisca Tiwe, ST.

Seminar ini bermaksud memberikan gambaran umum mengenai stuntung serta memberikan edukasi dan informasi tentang perubahan perilaku dalam pencegahan stunting, upaya menciptakan kemandirian keluarga, dan gerakan hidup sehat. Sedangkan tujuan seminar ini; memberikan edukasi dan informasi pentingnya mencegah stunting; memberikan edukasi tentang perilaku hidup sehat dalam pencegahan stunting; memberikan edukasi kebutuhan gizi sejak hamil; memberikan edukasi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan; memberikan edukasi pentingnya menciptakan kemandirian keluarga dalam pencegahan stunting.
Dan, memberikan edukasi tentang pemanfaatan pangan lokal dalam upaya pencegahan stunting.

Bersinergi dengan Pemerintah

Ketua WKRI DPC Santa Familia Paroki Sikumana, Lusia Fransisca Tiwe, ST, dalam sambutan membuka Seminar itu, mengatakan, seminar stunting ini dilaksanakan untuk memperingati HUT WKRI Santa Familia yang jatuh pada 22 Maret 2023. Dan, salah satu program kerja WKRI Santa Familia Sikumana adalah Gerakan peduli Stunting, yang juga sejalan dengan Program Nasional WKRI.

Sekretaris Dinas Kominfo NTT ini memaparkan, asupan yang sehat dan bergizi selama masa bayi dalam kandungan bisa menciptakan anak yang sehat dan cerdas. Hal ini berguna untuk mencegah berbagai macam gangguan tumbuh kembang anak. Sebab, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam masa kandungan dan baru Nampak saat anak berusia 2 Tahun.

“Karena itu, seminar ini merupakan salah satu upaya untuk membuat kita sadar akan bahaya stunting dan melakukan pencegahan secara dini. Bahaya stunting (kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan karena kurang gizi) ini bisa tersampaikan secara efektif lewat posyandu dan atau bidan desa,” kata Alumnus ITN Malang ini.

Dia juga mengingatkan, malnutrisi merupakan masalah utama terjadinya stunting. Oleh karena itu para orang tua, secara khusus ibu hamil, untuk menjaga pola makan dan pemberian asupan yang sehat dan bergizi pada anak-anak sehingga ke depannya anak2 menjadi generasi emas.

“WKRI ke depan bersinergi dengan ormas, pemerintahan dan organisasi wanita lainnya dalam spirit keberagaman umat untuk penanganan isu-isu lainnya. Ada banyak isu utama yang menjadi program nasional WKRI antara lain: isu pernikahan dibawa umur, stunting, radikalisme, lingkungan hidup (mengurangi sampah plastik) dan korupsi. Pandemi lingkungan hidup ini selalu diserukan dan bisa mengurangi beban ekonomi dan membantu kedaulatan pangan,” jelas Lusia Tiwe.

Menurut dia, perkembangan status gizi balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan tren penurunan dalam periode Februari 2022 hingga Agustus 2022. Berdasarkan hasil operasi timbang di 22 kabupaten/kota, tercatat bahwa angka stunting menurun 2,3% dari 22,0% pada Februari 2022 menjadi 17,7% pada Agustus 2022.

Selama periode yang sama, terdapat satu kabupaten yang mengalami kenaikan angka stunting, yaitu Kabupaten Sumba Barat, meskipun peningkatannya hanya sebesar 0,6% dari 22,7% pada Februari menjadi 23,3% pada Agustus. Sementara itu, Kabupaten Sumba Barat Daya menjadi kabupaten yang mengalami penurunan angka stunting tertinggi, dengan penurunan sebesar 20% dari 44,3% menjadi 24,3%

Dalam data yang sama, sebut dia, diungkapkan bahwa sebanyak 20,5% atau 89.248 balita di NTT mengalami berat badan kurang atau Weight Faltering pada 2022, dengan 13.200 balita mengalami berat badan sangat kurang dan 76.048 balita mengalami berat badan kurang. Kabupaten dengan prosentase underweight tertinggi adalah Sabu Raijua, dengan 30,5% atau 2.529 balita mengalami berat badan kurang, sementara Kabupaten Manggarai Timur memiliki prosentase underweight terendah yaitu 9,0% atau sebesar 2.240 balita.

Untuk Kota Kupang, jelas Lusia Tiwe,
data per Agustus 2022, dengan melakukan operasi timbang, jumlah sasaran bayi 27.720 orang, yang ditimbang sebanyak 25.543 orang atau 92,15%, ditemukan 5497 orang, atau 21,5% (termasuk dalam 6 kabupaten dengan presentase diatas 20%) dengan sebaran di 18 kelurahan. Sikumana merupakan kelurahan dengan jumlah tertinggi, 189 orang.

“Selain itu, kita juga tetap perhatikan Balita Wasting (balita gizi buruk dan gizi kurang). Wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah (kurus) dan menunjukkan penurunan berat badan (akut) dan parah. Wasting merupakan perpaduan antara balita gizi buruk dan gizi kurang. Kota Kupang 11,2 % (data Agustus 22 Nomor 2 setelah Lembata 11,8%),” tegas Lusia.

Dia menambahkan, Balita dengan berat badan kurang diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait dalam mengurangi angka stunting dan Weight Faltering di NTT, khususnya di kabupaten-kabupaten dengan prosentase yang masih tinggi. Dengan langkah-langkah yang tepat dan konsisten, diharapkan angka stunting dan weight faltering dapat terus menurun hingga mencapai angka yang lebih rendah lagi di masa depan

Menurut dia lagi, stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Penyebab stunting antara lain karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai kesehatan dan gizi sebelum, selama dan setelah kehamilan. Juga karena diet tidak sehat yang dilakukan seseorang saat masa pertumbuhan.

Untuk itu, saran dia, dalam implementasi program kerjanya, WKRI peduli stunting. “Saya meminta anggota WKRI tak segan bertanya kepada wanita hamil seputar kandungannya. Misalnya, menanyakan usia kandungan, calon anak ke berapa, kapan terakhir periksa kandungan, di mana lokasi periksa kehamilan, dan bagaimana dukungan suami atau anggota keluarga lainnya? Hal ini penting, kalo ibu hamil sehat, periksa diantar suami, itu berarti harmonis. Maka anak ini nantinya akan menjadi anak yang siap menjadi SDM unggul. Keluarga Bahagia,” tegasnya.

Dia juga mengajak semua pihak untuk bersama membangun “Sinergitas Ciptakan Generasi Unggul Bebas Stunting”. “Selamat bersinergi, memberikan pikiran dan daya guna, agar kegiatan ini dapat bermanfaat untuk membangun dan menciptakan generasi unggul di masa mendatang,” katanya.

Untuk diketahui, wadah Wanitia Katolik RI (WKRI) mempunyai visi “organisasi yang mandiri, bersifat sosial aktif, memiliki kekuatan moral dan kemampuan yang handal dalam menjalankan karya-karya pengabdian mewujudkan kesejahteraan bersama serta menegakan harkat dan martabat manusia”. Juga, mempunyai 4 misi yaitu : (1) Mengembangkan kemampuan serta memberdayakan seluruh jajaran Wanita Katolik RI guna meningkatkan kualitas pengabdian dalam masyarakat. (2) Menghimpun aspirasi dan mengaktualisasikan potensi Wanita Katolik RI agar karya pengabdian terwujud secara optimal dan berkesinambungan.

(3). Memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh dimensi kehidupan. (4). Mengupayakan lingkungan hidup yang seimbang. (jdz)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments