Penjabat Bupati Ajak Warga Lembata Doakan Tokoh Pejuang 7 Maret 1954

by -299 views

Foto para Tokoh Pejuang 7 Maret 1954.

LEWOLEBA, mediantt.com – Tujuh Maret merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Lembata. Hari yang penuh makna, dimana 69 tahun silam ketika lembaran sejarah dibuka kembali. Saat itu tanggal 7 Maret 1954, merupakan tonggak sejarah perjuangan rakyat Lembata. Perjuangan luhur yang ingin melepas belenggu keterkekangan, ketidakberdayaan dari bayangan kolonial dan pemerintahan Swapraja Larantuka dan Adonara.

Tokoh-tokoh politik, tokoh masyarakat, kakang dan kapitan, serta segenap rakyat Lembata bersatu padu, bulatkan tekad mendeklarasikan sebuah perjuangan yang dikenang sebagai Statement 7 Maret 1954.

Kota Tua Hadakewa menjadi saksi bisu, tempat ribu ratu Lomblen bersatu. Walaupun masih dibawah bayang-bayang kekuasaan pemerintahan Swapraja Larantuka dan Adonara, tokoh-tokoh politik yang dimotori oleh Petrus Gute Betekeneng, Mas Abdul Salam Sarabiti, Stanislaus Lela Tufan, S. Ambarak Bajeher, Bernardus Bala Klide Ledjap, Y. Bumi Liliweri, Theo Toran Layar, Sio Amuntoda, Y. Notan Da Prima, Antonius Fernandes, Fransiskus Paji Letor, Yohanes Baha Tolok, Yoh. Pasang Bataona, Paulus Ribu Toran Tapoona, Petrus Wuring Beding, Sebastianus Mita Betekeneng, Benediktus Boli Krova, Bernardus Sanga Key, J. Daton Keraf, J. Emi Pureklolon, Lambertus Kelake Kedang, Patrisiua Nuba Mata Koban, dan Yan Kita Poli (Pemegang amanat rakyat Lomblen), terus berjuang menuntut kemerdekaan otonomi daerah. Mereka-mereka inilah tokoh-tokoh politik pencetus Statement 7 Maret 1954 dan pemegang amanat rakyat Lomblen, disamping tokoh-tokoh lain yang berjuang saat itu.

Guru Gute saat pidato 7 Maret 1954 menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus terwujud juga di Pulau Lomblen ini.

Di mata dia, rakyat Lomblen saat itu sangat terbelakang dalam segala aspek kehidupan jika dibandingkan dengan daerah lain. Selain itu diperparah juga dengan perpecahan antara Paji dan Demon dibawah kendali Swapraja Larantuka dan Adonara. Sejarah pemerintahan yang dipaksakan kepada rakyat Lomblen itu sangat merugikan dan menghambat kemajuan Lomblen secara keseluruhan.

Melihat ketidakberdayaan rakyat Lomblen di negeri sendiri inilah memantik api perjuangan tokoh-tokoh muda Lomblen untuk bersatu melawan ketidakadilan ini. Bagi guru Gute dan kawan-kawan saat itu, memiliki satu pemahaman dan pikiran yang sama yakni kesatuan dan persatuan yang kuat dan kokoh yang bisa melawan ketidakadilan dan ketidakberdayaan ini.

Mereka kemudian bersepakat untuk memanggil satu dengan yang lain, antara Paji dan Demon dengan sapaan “Saudara”. Saudara berarti satu. Satu perjuangan, satu tujuan, satu cita-cita yakni kemandirian, otonomi daerah. Bagi yang mengingkari perjuangan mulia ini, Guru Gute Betekeneng mengatakan “Terkutuklah orang yang menyebabkan keretakan, perpecahan bagi persatuan yang sudah kita sepakati bersama ini”.

Perjuangan itupun berbuah manis. Tanggal 12 Oktober 1999, menjadi tanggal keramat bagi rakyat Lembata. Kini Lembata telah menjadi sebuah kabupaten mandiri terlepas dari induknya Flores Timur. Dua puluh tiga tahun sudah setelah otonomi daerah itu hadir, muncullah wajah Lembata yang kian mempesona.

Suka duka, susah senang, pahit manis kehidupan, mengiringi derap langkah pembangunan di Kabupaten Lembata, negerinya ikan Paus. Sejak dijabat penjabat Bupati Lembata saat itu, Petrus Boliona Keraf, kemudian berpindah ke Bupati Andreas Dulu Manuk, sampai ke Eliaser Yentji Sunur dan Thomas Ola, hingga ke Penjabat Bupati Lembata saat ini, Marsianus Jawa, banyak perubahan yang telah terjadi. Plus minus perjalanan roda pemerintahan di Kabupaten Lembata, tak lepas dari peran sejarah masa lalu.

Untuk mengenang dan menghormati jasa perjuangan tokoh-tokoh pejuang Statement 7 Maret 1954, Bupati Lembata, Marsianus Jawa, ketika ditemui di ruang kerjanya, atas nama Pemerintah Daerah menyampaikan apresiasi kepada semua pendahulu.

“Yang terpenting, daerah ini, masyarakat ini, kita mendoakan arwah mereka-mereka yang telah berjuang, menginspirasi untuk terbentuknya Kabupaten Lembata ini,” kata Bupati Marsianus Jawa.

Dia mengajak semua masyarakat Lembata mendoakan para penjasa ini sehingga mereka boleh mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. Lalu bagi masyarakat juga, ini menjadi satu tonggak sejarah bagi generasi penerus untuk teru-menerus ingat, bahwa sejak Statement 7 Maret 1954 itu didengungkan oleh orang-orang Lembata, pendahulu-pendahulu Lembata, supaya Lembata menjadi daerah otonom tahun 1999, itulah boleh otonomi itu terjadi. Karena itu, riwayat sejarah-sejarah ini perlu diberikan ke generasi penerus daerah ini supaya menjadi pegangan mereka dalam mengisi otonomi daerah ini.

Terkait permasalahan yang sedang dihadapi pemerintah daerah saat ini seperti antrian BBM, Bupati Jawa tetap berkomitmen untuk berupaya menyelesaikan persoalan ini secara baik. Setelah bertemu dengan BPH migas dalam lawatannya baru-baru ini, Ia terus membangun komunikasi dengan pihak BPH Migas dan direncanakan petugas dari BPH Migas akan ke Lembata melihat kondisi riil yang terjadi dan pasti akan ada solusinya untuk persoalan antrian BBM atau kelangkaan BBM di Lembata.

“Kita coba mengurai, mencari jalan dan perhatian pemerintah pusat juga sudah sangat tinggi terhadap Kabupaten Lembata dengan kita lakukan pertemuan Minggu kemarin di sana, dan rencananya dalam bulan ini petugas dari BPH migas akan berkunjung ke Lembata,” ungkap Bupati Jawa. (baoon)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments