Jaga Mutu Para Bidan, IBI Lembata Gelar Pelatihan Midwifery Update

by -135 views

IBI Lembata Gelar Pelatihan Midwifery Update.

LEWOLEBA, mediantt.com – Pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Lembata, Senin (6/3), menggelar pelatihan Midwifery Update (MU) dalam rangka menjaga mutu dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan para bidan.

Kegiatan yang diadakan di Aula Kopdit Ankara, Lewoleba, selama tiga hari, yakni Senin hingga Rabu ini, dihadiri Penjabat Bupati Lembata yang diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, yang juga Plt Kadis Kesehatan, Quintus Irenius Suciadi. Hadir juga Ketua IBI Lembata, Rosadelima Tuto dan Pengurus Daerah IBI Provinsi NTT, Rosalinda Untis.

Bupati dalam arahannya menekankan kepada peserta untuk mengikuti kegiatan ini secara baik. Walaupun swadaya, menurutnya, pelatihan ini sangat penting sebagai upaya menjaga mutu serta meningkatkan keterampilan dan kompetensi para bidan.

“Dengan bidan yang semakin profesional dapat memberikan pelayanan berkualitas terhadap kesehatan ibu dan bayi, balita, kesehatan reproduksi serta pelayanan keluarga berencana,” katanya.

Karena itu, ia berharap peserta bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk kepentingan kompetensi kerja ke depan, karena tugas yang dihadapi tidak mudah.

Dia pun mengapresiasi tugas dan pelayanan bidan. Menurut dia, semua yang ada di sini adalah orang-orang hebat. “Hari ini saya mengenal begitu banyak orang hebat, perempuan-perempuan hebat,” katanya.

Dia mengakui dalan menjalankan tugas pelayanan di bidang kesehatan ini para bidan bekerja pasti ada tantangan. “Tidak semua yang kita buat baik mendapatkan apresiasi, itu pasti,” katanya lagi.

Kasus kematian bayi yang terjadi baru-baru ini, yakni bayi dari Fransiska Romana Bota, warga Desa Kaohua, Kecamatan Buyasuri, bidan dibuli habis-habisan, tapi ia minta bidan terus bekerja dan jangan ada rasa takut atau cemas.

“Kerja ikut SOP, diluar SOP tetap dampingi pasien, dia mau pergi ke K24 kah, S24 kah, silahkan, tapi tetap dampingi,” katanya.

Karena itu, sekali lagi para bidan diminta untuk tetap kerja dan jangan takut. Adapun terkait biaya, dari hasil Rekesda di Jakarta, dia menyampaikan bahwa terjadi reformasi biaya. “Jadi jadikan semua kegiatan itu sebagai bagian dari pelayanan dasar,” ujarnya.

Sementara itu, PD IBI Provinsi NTT, Rosalinda Untis dalam sambutannya mengatakan, kalau ada temuan kasus-kasus yang tidak bisa terpecahkan di tempat kerja atau ada hal-hal lain di lapangan yang perlu didiskusikan bersama sebagai pengalaman kerja, maka sebaiknya didiskusikan secara bersama-sama untuk menambah pengetahuan dan wawasan selama tiga hari ini.

Dia berharap, peserta mengikuti kegiatan ini dengan baik, apalagi semua dengan berseragam IBI; sebagai sebuah kebanggaan tersendiri karena tidak semua orang memilikinya.

“Marilah mencintai profesi kita, mencintai atribut-atribut yang harus kita gunakan pada saat kita melakukan kegiatan yang berhubungan dengan organisasi,” kata Rosalinda.

Dia juga berharap, semua bidan aktif dalam setiap kegiatan baik itu saat tugas pelayanan maupun saat organisasi membutuhkan kehadiran dalam rapat-rapat. “Siapa lagi yang menghidupkan IBI, kalau bukan anggota IBI itu sendiri. Karena dari IBI, oleh IBI dan untuk IBI,” katanya.

Salah Satu Syarat

Hal senada juga disampaikan Ketua IBI, Rosadelima Tuto. Kepada mediantt.com, ia mengatakan, pelatihan ini khusus untuk para bidan yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) tapi masa berlakunya sudah selesai. Sebab salah satu syaratnya adalah wajib mengikuti pelatihan ini untuk update ilmu dan keterampilan.

Menurut dia, setelah mengikuti pelatihan ini para bidan mendapat 2 poin atau dua Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk melengkapi 23 poin lainnya yang dinilai berdasarkan pelayanan di lapangan.

Jadi 25 SKP merupakan standar penilaian mutu atau standar penilaian kompetensi bidan untuk mengukur sejauh mana profesionalisme bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di samping sebagai syarat untuk mengurus perpanjangan STR dan selanjutnya Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) untuk diaktifkan kembali.

“Jadi setiap tahun pasti kita akan laksanakan karena setiap tahun pasti ada teman-teman bidan yang STR-nya selesai masa berlakunya, sehingga itu pasti kita lakukan,” kata Tuto.

Terkait tantangan IBI ke depan, Rosadelima menjelaskan, tantangan paling besar adalah menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan juga stunting. “Inilah tiga hal besar yang menjadi tugas berat IBI Lembata ke depannya,” katanya. (baoon)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments