Jeritan Hati Olivia Pegan Dihadapan Bunda Julie Laiskodat

by -444 views

Olivia Pegan saat membacakqn puisi dihadapan Bunda Julie Laiskodat

OLIVIA PEGAN Pegan atau biasa disapa Oliv, adalah seorang pelajar Kelas XI IPS 2, SMA Negeri 1 Nubatukan, tinggal di Lewoleba, Kabupaten Lembata. Ia begitu memukau ketika membacakan sebuah puisi Jeritan Hati, hasil karyanya di hadapan Anggota Komisi IV DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat, di sebuah ruangan SMAN 1 Nubatukan, Rabu (1/3).

Turut hadir saat itu, Anggota DPRD NTT Alexander Take Ofong, dan juga kader NasDem Benediktus Polo Maing.

Oliv dengan lantang terkadang halus menyuarakan isi hatinya dengan penuh penghayatan. Terlihat kata demi kata, kalimat demi kalimat mengalun merdu seirama jeritan hatinya yang terluka. Luka karena keadaan yang membuatnya tidak berdaya, tidak bisa berteriak ataupun menentang, hanya air mata dan lantunan syair puisi dari kata dan kalimat yang ia goreskan di selembar kertas putih, yang bisa mengobati gundah gulana hatinya.

Ketika mendengar lantunan syair pilu mengiris kalbu dari Oliv yang begitu memikat, bunda literasi NTT, Julie pun terdiam seribu kata, seribu bahasa. Hanya tepukan tangan dan ungkapan pujian yang dapat diberikan, mengakhiri lantunan syahdu penuh perasaan dari seorang Oliv.

Inilah generasi milenial Lembata. Kreatifitas dan inovasi seperti ini yang diharapkan bunda Julie. Ia berharap bakat yang terpendam dari siswa jangan sampai dibatasi dengan rutinitas pelajaran di sekolah yang cenderung teoritis.

Dia pun kemudian bertanya kepada Oliv, butuh berapa lama waktu yang harus disiapkan untuk sebuah inspirasi yang muncul. Oliv pun spontan menjawab, tidak butuh lebih dari satu jam untuk sebuah karya puisi.

Penasaran dengan jawaban tersebut, istri Gubernur NTT kemudian bertanya lagi, latar belakang puisi ini Oliv dapatkan inspirasi dari mana. Oliv menjawab, ini terinspirasi awal dari tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran Geografi. Ketika malam hari itu, ia sedang pusing mengerjakan tugas geografi, tiba-tiba ada wa dari seorang ibu guru untuk membuatkan sebuah puisi. Ia pun lantas bingung mau tulis apa, mana lagi tugas geografi juga belum kelar-kelar.

Kekesalannya pun semakin bertambah karena pertanyaan dari mamanya yang tiba-tiba nongol menanyakan tentang puisi tersebut. Oliv pun kemudian secara spontan menjawab; “Saya tidak kerja, geografi juga saya tidak kerja, saya mau tidur”. Dia kemudian beranjak ke kamar tidur untuk beristirahat, namun sesaat sebelum tidur, ayahnya pun memanggilnya untuk mengerjakan sesuatu yang tidak ia sebutkan.

Setelah mengerjakan tugas yang diberikan ayah, selanjutnya entah problem apa, Oliv pun mendapat omelan dari mamanya dan ayahnya pun ikut-ikutan memanasi situasi, sehingga Oliv hanya bisa pasrah dan menangis. Dari tangisan itu, maka muncullah ide Oliv untuk membuatkan sebuah puisi. Ia berpikir daripada menangis tidaklah cukup untuk menghilangkan kekesalan hati.

“Lebih baik saya tuangkan kesedihan ini dalam bentuk tulisan. Dan pada akhirnya lahirlah sebuah puisi yang menggambarkan isi hati saya. Puisi jeritan hati seorang anak yang tak berdaya dengan keadaan hidup ini,” tutur Oliv.

Julie Laiskodat mengatakan, dari sepenggal kisah nyata yang pada akhirnya melahirkan karya puisi yang menarik, mengingatkan kita pada sebuah keadaan hidup yang penuh keterbatasan. “Oliv mengajarkan bahwa dibalik kepedihan hidup terdapat masa depan yang lebih baik, tinggal bagaimana menjalaninya. Apakah harus pasrah dengan keadaan, ataukah menjadi spirit untuk bangkit dan berbuat yang terbaik. Semua ini tinggal dari pribadi yang menjalaninya. Jadikanlah Oliv sebagai motivasi untuk terus berkembang dan melangkah maju untuk perubahan Lembata yang lebih baik”.

Berikut puisi Olivia Pegan

Aneh…..

Menjadi sesuatu yang tidak disyukuri adalah luka
Hanya bisa mendengar tanpa bicara
Diam membisu dibungkam kenyataan
Dijadikan pelampiasan dari sebuah penghianatan

Rasa sakit yang tak dapat dijelaskan
Menjadi sebuah penyesalan tak berujung
Terluka namun tak berdarah
Sakit tapi tak bersuara

Setiap kata yang berakhir mematikan
Menjadikannya sebagai sebuah usaha yang sia-sia
Seribu kebaikan yang dibutahkan oleh satu kejahatan
Seperti luka yang terus menerus digores

Bukannya gagal menerima hanya saja ditolak
Hanya ingin dianggap nyata tanpa harus diakui
Hanya ingin dibanggakan tanpa harus diceritakan. (baoon)

4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments