Mario Raih Penghargaan Adinegoro 2022, Frans Sarong: Ini Inspirasi bagi Jurnalis NTT

by -210 views

Mario Sarong (kanan) ketika menerima Penghargaan Adinegoro 2022 di Jakarta.

MARIO Anugerah Sarong, Jurnalis Kompas TV, untuk kesekian kali menyabet penghargaan karena prestasinya di bidang jurnalistik. Kali ini lebih prestisius-bergengsi, Mario meraih penghargaan tertinggi Anugerah Jurnalistik Adinegoro Kategori Jurnalistik Televisi, yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Luar biasa!

Mario yang baru bekerja 8 tahun sebagai Jurnalis Kompas TV tersebut dinyatakan sebagai pemenang dalam karya jurnalistik Berkas Kompas Episode “Siapa Jaga Masyarakat Adat”?

“Bagi saya, Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 bukan prestasi pertama yang diukir dalam posisi sebagai jurnalis TV,” kata Mario kepada pos-kupang.com, Minggu (29/1/2023) malam melalui sambungan telepon. Mario juga menceritakan alasan ia menulis tentang Siapa yang Menjaga Masyarakat Adat?

“Saya melihat bahwa masyarakat kita yang semakin tergerus atau termarjinalkan dari tempat tinggalnya akibat dari para pengusaha yang punya modal untuk membangun usaha tambang di tanah yang sudah ditinggali sejak lama bahkan sebelum kemerdekaan mereka sudah mendiami,” jelas putra sulung mantan Wartawan Kompas Frans Sarong.

Dari situ, kata Mario, pihaknya coba menyuarakan apa yang menjadi keresahan masyarakat.

Dia menjelaskan, liputan ini merupakan liputan bersama dari empat K (Kompas Harian, Kompas.com, Kompas TV dan Kontan). Dari masing-masing 4 K itu, sambung Mario, kami mengolah lebih spesifik berdasarkan tema.

“Kami melihat bahwa masyarakat itu selalu mendapatkan perlakuan yang dirasa terpinggirkan. Jadi mereka itu tidak dianggap lagi. Pemerintah biasanya lebih memihak kepada pengusaha, tidak lagi memerhatikan pihak tuan tanah,” katanya.

Mario juga menyampaikan, total semua peserta lomba yang ikut dalam penghargaan Adinegoro 2022 terdapat 700 konten. Sementara untuk kategori TV ada 13 persen dari 700 konten. Sekitar hampir 190-an konten untuk kategori TV.

Menurut Mario, Adinegoro merupakan sebuah penghargaan anugerah yang bagi para jurnalis sangat susah untuk menggapainya. Karena seleksi yang begitu ketat dan juga dengan juri yang begitu profesional.

“Saya merasa senang dan berterima kasih kepada Juri yang sudah memberikan penilaian terhadap karya kami dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi dan Wakil Pemimpin Redaksi Yogi Nugraha atas kesempatan yang diberikan sebebas-bebasnya kepada jurnalis Kompas TV. Tanpa dukungan mereka semua mustahil bagi saya untuk bisa meraih penghargaaan ini, Dan ini sejalan dengan nafas Kompas yakni menyuarakan mereka yang terpinggirkan,” tegasnya.

Dia berharap, dengan memenangkan Juara Adinegoro, Jurnalis NTT itu tidak boleh nyalinya ciut untuk punya mimpi bersaing dikanca Nasional.

“Jadi kita punya track record yang bagus di dunia jurnalis. Terutama kita harus belajar dari senior-senior kita. Kita harus mengambil tongkat estafet dari para senior kita. Dengan adanya Adinegoro ini, kesempatan terbuka lebar untuk jurnalis NTT terutama kaum muda untuk punya mimpi bersaing di kanca Nasional,” harapnya.

Inspirasi Bagi Jurnalis NTT

kupang.tribunnews.com melansir, orang tua Mario Sarong, Frans Sarong dan Yustina Lema, saat ditemui di kediamannya, mengaku merasa sangat bangga dan senang atas prestasi yang diraih oleh Mario.

“Saya bersama Ibu dan keluarga sangat merasa bangga atas penghargaan yang diterima anak Mario. Ini sangat luar biasa, apa lagi umurnya masih 30 tahun. Karena, penghargaan Adinegoro itu merupakan penghargaan sangat bergengsi dan itu menjadi mimpi seorang Jurnalis,” ujar mantan wartawan Kompas itu.

Frans Sarong mengatakan, sebetulnya bagi Mario di dalam Kompas TV penghargaan itu bukan sesuatu yang baru. Karena dia (Mario) sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan.

“Mungkin, dari penghargaan yang diterima dirasakan belum mencapai klimaks kalau belum menerima penghargaan Adinegoro,” ujarnya.

Ia menyebutkan, pada 2018 pernah meraih Penghargaan Jurnalistik Polri melalui liputan berjudul “Jaga Pesta Demokrasi”. Selain itu, ia juga pernah meraih penghargaan Diversity Award 2021 dari Kedutaan Norwegia melalui karya jurnalistik TV berjudul “Memupuk Toleransi, Merawat Keberagaman”.

Dia mengaku bahwa dirinya sudah 33 tahun menjadi seorang wartawan tetapi belum pernah mendapatkan penghargaan.

“Saya sendiri sudah 33 tahun menjadi Wartawan, tetapi tidak pernah sekali pun mendapatkan penghargaan. Jangankan Adinegoro, penghargaan lain pun tidak pernah,” tuturnya.

Karena itu dia berharap, penghargaan yang diterima Mario bisa menjadi motivasi bagi jurnalis NTT.

“Majulah bersaing, karena kualitas wartawan itu bukan dari kehebatan kita. Tetapi dari karya. Dan, kiranya ini bisa menjadi inspirasi bagi Jurnalis muda di NTT,” harapnya.

Ia menceritakan bahwa ada satu prinsip sikap Mario dalam profesinya yaitu bukan penghargaan yang menjadi mimpi.

“Saya tidak pernah bermimpi supaya penghargaan yang menjadi buron. Tidak. Tetapi, saya selalu bekerja dengan prinsip untuk menjadi yang terbaik. Saya tidak bisa bekerja asal-asalan. Bekerja dan menuntaskan dengan hasil tulisan,” kata Mario seperti ditutur ayahnya.

Mario dan peraih Anugerah Adinegoro lainnya akan mendapatkan penghargaan di depan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat acara puncak Hari Pers Nasional 9 Februari 2023 di Medan, Sumatera Utara.

Pengumuman pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 digelar di Jakarta, Jumat (27/1/2023) malam. Kegiatan ini dihadiri Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S Depari, serta ketua panitia Rita Sri Hastuti.

Dikutip dari Harian Kompas edisi Senin (31/1), berjudul “Kompas” Raih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022, Kompas.id yang merupakan platform digital harian Kompas meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 kategori jurnalistik siber. Harian Kompas juga menjadi pemenang untuk kategori jurnalistik karikatur. Sementara itu, Kompas TV menerima penghargaan serupa untuk kategori jurnalistik televisi.

Pemenang kategori jurnalistik siber diberikan pada berita Kompas.id berjudul “Mau Cepat Impas, Pilih Kuliah Keguruan atau Kedokteran?” Tulisan interaktif bertema pendidikan ini ditulis Margaretha Puteri Rosalina, Albertus Krisna, dan Satrio Pangarso Wisanggeni. Kompas.id merupakan media digital berbayar yang diluncurkan pada 2017.

Berita ini menganalisis biaya kuliah mahasiswa di 12 program studi dari 30 perguruan tinggi di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Setelah itu, membandingkannya dengan rerata penghasilan para lulusannya setelah bekerja.

Untuk kategori karikatur, terseleksi dua nomine yang semuanya merupakan karya Tommy Thomdean. Dari dua nomine tersebut, karyanya berjudul “Tragedi Bola” ditetapkan sebagai pemenang.

Adapun Kompas TV menyabet kategori jurnalistik televisi lewat karya jurnalistik Berkas Kompas episode “Siapa Jaga Masyarakat Adat”. Pemenang penghargaan diberikan kepada jurnalis Kompas TV, Maryo Sarong.

Dua tulisan di harian Kompas terpilih pula sebagai nomine untuk kategori jurnalistik cetak. Keduanya berjudul “Dokter dan Bidan Terlibat Pemasaran Susu Formula” yang merupakan karya jurnalistik investigasi serta “Solidaritas Kemanusiaan Tanpa Batas”, laporan yang dibuat wartawan Kompas langsung dari Ukraina,

Pada kategori jurnalistik cetak, Jawa Pos terpilih sebagai peraih Anugerah Jurnalistik,” tuturnya. Adinegoro 2022 lewat salah satu tulisannya.

Kekritisan Tidak Hilang

Menurut Usman Kansong, karya jurnalistik peraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 menunjukkan kekritisan pers di Tanah Air tidak hilang. “Tetap kritis melihat situasi yang tidak pas di masyarakat. Banyak pemenang yang meliput Tragedi Kanjuruhan,” katanya.

Usman mengatakan, beberapa karya jurnalistik turut menyisipkan pesan agar tragedi serupa tidak berulang. Selain itu, ada harapan agar proses peradilan berlangsung

“Berita berkedalaman tidak akan tercipta jika tidak punya pengetahuan yang cukup dan tidak melawat. Artinya, datang ke lokasi, verifikasi,” ujarnya.

Tanpa ke lapangan, berita cenderung menjadi talking news dengan hanya mengandalkan omongan narasumber. Padahal, dengan melawat atau menggali bahan ke lapangan, berita akan menjadi lebih berwarna.

Usman menambahkan, kebebasan pers penting untuk terus dijunjung tinggi. “Selain itu, menjaga independensi. Artinya, kita menjadikan media sebagai ruang publik dan ruang berdemokrasi. Jadi, siapa pun harus punya kesempatan yang sama untuk diliput,” tuturnya.

Ketua Panitia Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 Rita Sri Hastuti mengatakan, liputan berkedalaman tidak harus berupa investigasi. Namun, dapat dilakukan dengan banyak metode.

“Seperti melakukan liputan ke mana pun. Tidak hanya mengandalkan wawancara. Tidak cukup seperti itu. Hal itulah yang diandalkan dalam Anugerah Jurnalistik Adinegoro,” ucapnya.

Total terdapat 724 karya yang dikirim ke panitia Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022. Tahun ini terdapat kategori baru yang diperlombakan, yaitu liputan berkedalaman untuk video di media sosial. (jdz)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments