LEWOLEBA, mediantt.com – Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa heran mengapa permasalahan kepemilikan tanah SMPN 6 Nubatukan belum tuntaa. Padahhal sekolah itu didirikan sejak tahun 2012.
Karena itu, Penjabat Bupati meminta Kepala Desa Watokobu, Kanisius Basa, untuk segera menuntaskan masalah tanah tersebut, saat menyerahkan bantuan 1 unit mesin perontok padi dan 1 unit mesin perajang pakan ternak untuk 2 kelompok tani ternak, di Kantor Desa Watokobu, Kabupaten Lembata, Rabu (14/12/2022).
Bupati merasa heran karena sejak didirikan 2012 permasalahan tanah SMPN 6 Nubatukan di Desa Watokobu belum juga terselesaikan. “Kok sudah sekian lama sejak didirikan tahun 2012, permasalahan kepemilikan tanah SMPN 6 Nubatukan ini belum juga diselesaikan,” kata Bupati.
Dia tidak habis pikir, kok bisa seperti ini persoalannya. Karena itu, ia perintahkan Kepala Desa Watokobu agar segera menyelesaikannya.
Untuk masalah sertifikat tanah sekolah silahkan urus ke kantor Pertahanan, bupati siap membantu. Tapi dengan catatan, permasalahan kepemilikan lahan atau berita acara hibah tanah dari masyarakat ke pihak pemerintah harus terlebih dahulu dituntaskan.
Butuh Lagi Tidak
Bupati menegaskan, jika hal ini tidak dapat diselesaikan segera, maka pihaknya akan mempertimbangkan SMPN 6 Nubatukan dipindahkan ke tempat lain. Sebab, belum jelasnya status tanah ini akan berdampak pada penginputan data secara online pada program satu Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sekolah di Kementerian Pendidikan RI.
“Bapak-bapak mau tidak sekolah ini tetap ada, kalau tidak mau kita geser sekolah negeri ini. Saya cari desa lain, saya pindahkan. Jadi bapak desa harus tegas, apakah masyarakat butuh sekolah ini atau tidak,” tegas Bupati.
Sementara terkait bantuan ke-2 unit mesin pakan ternak dan pertanian yang diberikan kementerian, ini merupakan respon dan jawaban pemerintah terhadap proposal yang diajukan kedua desa yakni Desa Watokobu dan Desa Bour.
Disaksikan warga dan para tokoh masyarakat kedua desa menerima satu unit mesin perontok padi dan satu unit mesin perajang pakan ternak, yang diserahkan oleh Penjabat Bupati Marsianus Jawa kepala Ketua Kelompok Tani Lembah Makmur Riangdua, Yohanes Lado Henakin, dari Desa Bour dan Ketua Kelompok Ternak Suka Maju, Marthinus Y. Tua Wokal, dari Desa Watokobu.
Bupati berpesan agar bantuan yang diberikan harus dijaga dan dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat kedua desa sehingga dapat meningkatkan penghasilan ekonomi bagi semuanya.
Selain itu, permasalahan stunting juga mengemuka dalam dialog bersama warga desa. Berdasarkan laporan dari petugas kesehatan di desa, data stunting di Desa Watokobu ada 5 penderita stunting. Usia 0-11 bulan 1 orang, usia 73 bulan 1 orang, usia 23 bulan 3 orang.
Deri laporan bidan Desa Watokobu tentang kondisi kekinian anak-anak penderita stunting ini, bupati melihat 3 orang yang menjadi perhatian. Dia berharap laporan di bulan Januari 2023 Desa Watokobu sudah zero stunting. Dan ini menjadi pekerjaan rumah tambahan Kepala Desa bersama bidan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Karena itu, pesan Bupati Jawa agar selalu memperhatikan asupan makanan yang bergizi bagi mereka dan catatan penting, perhatikan pasangan-pasangan baru ibu hamil. Intervensi mulai dari ibu hamil biar persoalan stunting di Desa Watokobu ataupun Desa Bour dapat teratasi.
Terkait Desa Watokobu yang sampai ini belum diperbaiki, Bupati Jawa minta sebelum dibangun kantor agar dicarikan lokasi baru di pinggir jalan raya atau jalan utama yang lebih strategis biar memudahkan akses bagi semua pihak yang ingin membutuhkan pelayanan dari pemerintah desa.
Menyinggung soal sinyal komunikasi ¹pada tower atau menara BTS yang telah terpasang, menurut warga dirasakan sangat lambat atau sering terganggu saat pemakaiannya. Hal ini berdampak bagi kelancaran kerja di Desa Watokobu karena semua data menggunakan internet.
Menjawabi ketidaknyamanan warga ini, Bupati melalui Kadis Kominfo, Petrus Demong menjelaskan, ada beberapa desa seperti Watokobu, Babokerong dan Bour, kecepatan sinyalnya kurang lebih hanya 10 MB. Jadi di daerah ini kalau Androidnya sudah banyak pada pemakaian di jam yang sama, akan berpengaruh terhadap kecepatan atau istilah sederhananya lelet. Namun demikian, menurut Demong kalau untuk pemakaian telpon kondisinya baik hanya permasalahannya pada penggunaan internetan memang agak susah.
Menyikapi hal itu Pemerintah Daerah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika coba bantu dengan memasang perangkat FiSAT (The FAO-ICLARM Stock Assessment Tools) yang baru diperoleh dengan kapasitas sebesar 111 di dua titik yakni di SMPN 6 Nubatukan dan di dusun Labanobol, Desa Watokobu.
Demong juga menggarisbawahi
Namun demikian Pemerintah Daerah terus berupaya memenuhi kebutuhan layanan internet yang lebih baik di Lembata. Salah satunya adalah dengan mengusulkan ke kementerian untuk penambahan pemasangan FiSAT.
“Usulan kita 517, yang baru disetujui 111. Bila usulan ini terpenuhi semua, maka diyakini akan menjawabi permasalahan akses internet yang lebih baik di Kabupaten Lembata,” kata Piter Demong. (baoon)