Para Suster SSpS dan para lulusan BLK foto bersama Penjabat Bupati Lembata.
LEWOLEBA, mediantt.com – Balai Latihan Kerja (BLK) Gunthild Karitas Peduli, di Desa Pada, Kabupaten Lembata, Kamis (1/12), kembali meluluskan 21 tenaga terampil siap pakai, dari program pelatihan Operator Komputer dan program pelatihan berbasis kompetensi kejuruan Busana Paket Pemula.
Suster Kepala, Margaretha Ada, saat pelepasan 21 tenaga terampil angkatan ketujuh, di ruangan BLK Susteran SSpS, menegaskan, ke-21 peserta pelatihan yang diberikan sertifikat pelatihan, merupakan tenaga-tenaga muda Lembata yang siap terjun ke dunia kerja.
“Anda kompeten dan siap ke dunia kerja,” kata Suster Margaretha.
Dia menjelaskan, visi besar yang dibawa Yayasan Gunthild Karitas Peduli dalam mendidik calon wirausahawan muda Lembata melalui BLK adalah agar peserta yang datang mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) setelah selesai pelatihan, memegang sertifikat, dan siap terjun ke dunia kerja.
Hal ini menurutnya sudah terbukti. Dari enam angkatan komputer, dua angkatan busana, dua program tataboga dan bahasa Inggris, mereka telah bekerja dan menghasilkan karya-karya sendiri. Ini sungguh membanggakan, mengingat pembukaan program latihan keterampilan di BLK Susteran SSpS baru memasuki tahun ketiga.
Sejak dibuka Agustus 2020 sampai November 2022, sudah 181 peserta dari 17 group dan 12 gelombang pelatihan yang telah dididik di BLK Gunthild Karitas Peduli. Berbagai jenis pelatihan telah diberikan oleh para instruktur, baik pelatihan kejuruan Busana, yang diikuti 28 peserta, Boga 5 peserta maupun Bahasa Inggris 24 peserta. Semuanya terdaftar melalui program mandiri.
Sedangkan 92 peserta lainnya mengikuti pelatihan Informatika Komputer, dengan rincian program mandiri 20 peserta, Disnaker 34 peserta dan dari Kemnaker 48 peserta. Terhadap ke-92 peserta ini, sumber dana diperoleh dari 3 pos yakni pos mandiri bersumber dari peserta yang mendaftar, pos Disnaker melalui sumber pendanaan APBD dan pos Kemenaker melalui APBN.
Untuk kelulusan di bulan November 2022, ada 16 peserta angkatan ketujuh dari program Komputer dan 5 peserta angkatan kedua dari program Busana Paket Pemula. Mereka semua lulus dari penilaian sikap kerja, kedisiplinan, dan tanggungjawab. Karena itu, mereka berhak mendapat sertifikat, sebagai bekal atau modal menapaki dunia kerja selanjutnya.
Mereka ini terutama ke-17 program jalur APBN alias gratis, merupakan hasil kerjasama antara BLK dengan Kementerian Tenaga Kerja RI, dengan waktu pelatihan 30 hari atau setara 240 jam, dimana nilai per paket Rp 50 juta sehingga total ketiga paket Rp 150 juta.
“Bantuan ini telah berjalan sejak 2021. Tahap pertama dimulai September Oktober 2021, kemudian di bulan Februari 2022 melalui pengajuan proposal yang dikabulkan pada bulan Juli untuk angkatan kedua bulan Agustus September dan telah memasuki tahun ketiga di bulan November kemarin,” kata Suster Margaretha.
Dia juga mengatakan, banyak peminat yang ingin mendaftar, namun untuk mengikuti pelatihan di BLK, syarat peserta harus berusia minimal 18 tahun, tidak sedang mengikuti pendidikan formal, setuju dan taat terhadap setiap metode atau peraturan yang diberikan instruktur selama mengikuti pelatihan, mulai dari wejangan di briefing setiap apel pagi, doa-doa bersama setiap mengawali kegiatan. Dan itu dilakukan setiap hari dari pukul 08.00 Wita sampai dengan pukul 16.30 Wita. Itu semua merupakan bagian dari kerjasama membantu membentuk sikap kerja, juga membantu mengasah keterampilan skill dengan praktek-praktek di depan masing-masing komputer.
“Visi besar kami, para Suster SSpS dalam program pelatihan di tanah Lembata adalah mewujudkan SDM unggul. Unggul dari tiga aspek yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap yang membuat diri anda disebut kompeten,” tegas Suster Margaretha.
Visi besar para Suster SSpS di Desa Pada adalah memanusiakan manusia, membuat mereka terus maju dan berkembang.
Dengan visi besar ini, menurut dia, para peserta sejak awal sudah ditanamkan, sudah digembleng, sudah dibentuk selama hari-hari pelatihan yang sangat padat untuk menjadi orang yang berkarakter, bertanggungjawab dan disiplin.
“Semua ini bertujuan semata-mata untuk membantu pemerintah menekan angka pengangguran karena keterbatasan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Kendati demikian, dibalik kesuksesan pendidikan ini, terselip berbagai kisah menarik selama pelatihan yang sulit untuk dilupakan, terutama di saat musim hujan. Para peserta dari latar belakang berbeda datang ke tempat pelatihan memiliki kisah sendiri.
“Ada yang kehujanan, lumpur di badan, bensin habis, ban pecah, ada yang kedukaan, anak sakit diopname, tapi itu semuanya bisa dilalui. Itu sangat membanggakan,” kata Suster Margaretha.
Pada 2 Desember 2022, ada penilaian dari tim aksesor dari kementerian ketenagakerjaaan untuk menilai seberapa layak BLK Susteran SSpS dalam melaksanakan program pelatihan, baik penilaian dari aspek peserta, kelembagaan ataupun aspek administrasi.
Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa, yang hadir saat itu mengapresiasi jasa para Suster yang telah berjuang menghadirkan sebuah lembaga pelatihan keterampilan yang sangat diperlukan bagi masyarakat Lembata.
Kepada peserta yang lulus, Bupati Jawa berpesan agar ilmu yang telah diperoleh selama pelatihan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
“Dengan bekal pengetahuan yang telah kamu peroleh dari sini, ketika kembali ke rumah, ke masyarakat, bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik,” kata Bupati Jawa.
Kepada para suster, Bupati tidak menjanjikan yang lebih. Pemerintah Daerah tidak secara langsung memberikan apa yang seperti dibuat para suster, tatapi apa yang bisa kami bantu melalui kebijakan-kebijakan yang ada pada pemerintah.
Dia kemudian memerintahkan Kadis PMD untuk menginformasikan secara informal ke grup kepala desa agar menghadirkan minimal 1 peserta dari desa guna mengikuti pendidikan di BLK Susteran SSpS sehingga ketika kembali juga menghasilkan banyak orang terampil bagi Lembata.
Hal yang sama juga disampaikan Kadis Nakertrans, Rafael Betekeneng saat mewakili Penjabat Bupati menutup pendidikan angkatan ketujuh tersebut. “Ruang yang aman dan nyaman membuat peserta pelatihan belajar dengan senang hati. Bahkan ada siswa yang enggan untuk meninggalkan BLK,” ungkap Rafael.
Menurut informasi, mereka yang lulus ini ada sebagian yang siap dipakai di berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah, seperti di kantor Pos Lewoleba, sebagai operator di Desa Atuwalupang (Kedang) dan Duawutun (Loang), sebagai operator di SMK Ile Lewotolok, di PT Cendana Indopearls, sebuah perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) Indonesia yang bergerak di bidang Pembibitan dan Budidaya Kerang Mutiara, sebagai operator di SDI Atulaleng.
Ada yang bekerja sebagai operator di Pondok Pesantren Al-Fattah, Waowala Ile Ape, ada sebagai operator di MIS Atanila, Kedang. Ada juga yang ingin membuka usaha mandiri seperti rental komputer atau warnet.
Sementara dari program busana juga sudah bekerja mandiri dan akan mendapat bantuan modal usaha dari Pemerintah Provinsi NTT. Rencananya tanggal 10 Desember 2022 mulai dilakukan pencairan bantuan melalui Bank NTT yang ditransfer ke rekening masing-masing. (baoon)