Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Kota Ende, Flores.
Bertepatan dengan Peringatan Hari Pancasila 1 Juni 2022, yang dihadiri oleh Presiden Jokowi, mahasiswa mahasiswi Semester VI Bahasa dan Sastra Indonesia, melakukan napak tilas jejak Bung Karno selama menjalani masa pembuangan di Kota Ende. Para mahasiswa mengunjungi semua jejak yang ditapaki Sang Proklamator. Berikut catatan Theresia Waso Ea.
Dua puluh lima mahasiswa mahasiswi Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester IV, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Flores Ende, didampingi Yohanes Sehandi sebagai dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Menulis, menyusuri Kota Ende untuk mengenang Bung Karno selama di Ende. Perjalanan dilakukan pada 17 Mei 2022.
Ende merupakan sebuah kota yang pernah menjadi tempat pengasingan bagi Bung Karno dalam perjuangannya melawan kolonial Belanda. Bung Karno diasingkan di Ende sejak 14 Januari 1934 – 18 Oktober 1938.
Yohanes Sehandi dalam pemaparan awal mengatakan, perkuliahan di luar ruangan penting agar mahasiswa/i melakukan kontak langsung dengan lingkungan nyata demi meningkatkan rasa ingin tahu dari sesuatu yang konkret. “Mungkin selama ini, kita hanya bergulat dengan narasi-narasi tentang Bung Karno di dalam ruangan. Hari ini kita memiliki kesempatan emas untuk mengetahui dari dekat kehidupan Bung Karno dalam perjalanan kehidupannya selama masa pembuangan di Ende,” kata Yan, mengingatkan.
Perjalanan kami menggunakan kendaraan roda dua dan juga roda empat. Sepanjang perjalanan Yan Sehandi banyak bercerita tentang Bung Karno. Salah satu keistimewaan Bung Karno adalah meskipun beliau lulusan Tehnik Mesin dan seorang politikus, tetapi beliau sangat mencintai dan menciptakan karya-karya sastra dalam bentuk tonil atau drama. “Dimana ada kemauan disitu ada keberhasilan,” kata Yan.
Kali Wolowona, di Kelurahan Rewarangga, Kecamatan Ende Timur, merupakan tempat kunjungan kami yang pertama. Kali Wolowona ini menjadi salah satu tempat pemandian Bung Karno selama beliau berada di Ende. Selanjutnya kami menuju rumah pengasingan Bung Karno.
Rumah Bung Karno teretak di Jalan Perwira Ende. Di tempat ini, kami menyaksikan sebuah patung Bung Karno berdiri gagah berada di depan rumah yang bersih dan tertata apik. Di tempat ini Bung Karno tinggal bersama istrinya Inggit Gamarsih, Ratna Djuami (anak angkat) serta Ibu Amsi (mertua).
Serambi Bung Karno yang berada di biara St Yosep, Jalan Katedral Ende, merupakan tujuan perjalanan kami selanjutnya. Memasuki biara, kami disuguhkan suasana kehidupan para biarawan Katolik yang begitu asri, sejuk. Di sini Bung Karno membaca aneka judul buku dalam berbagai bahasa di perpustakaan para biarawan.
Selain membaca buku, Bung Karno juga berdiskusi berbagai hal dengan para biarawan. Dari diskusi inilah semakin membuka wawasan Bung Karno tentang ke-Bhinekaan. Usai menikmati pesona di Serambi Bung Karno, kami pun beranjak ke Taman Renungan Bung Karno.
Taman Renungan Bung Karno terletak di Jalan Soekarno, Ende. Disana ditemui Pohon Sukun, Patung Bung Karno, gambar Pancasila, dan arca para pahlawan daerah. Taman ini disatukan dengan Taman Remaja dalam satu areal. Di bawah pohon Sukun inilah, Bung Karno duduk sambil memandang ke laut bebas untuk mendapat ilham dalam menggali butir-butir Pancasila.
Dari permenungan ini, akhirnya terciptalah lima butir Pancasila yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya kami bergerak ke Gedung Imakulata, sebagai tempat terakhir yang dikunjungi. Gedung Imakulata berada di Jalan Garuda, Ende. Di gedung inilah Bung Karno mementaskan tonil-tonil atau drama-drama bersama grup tonil Klub Tonil Kelimutu.
Sedikitnya ada 13 naskah tonil yang dibuat Bung Karno selama di Ende. Tonil-tonil itu dipentaskan untuk membangkitkan semangat membebaskan Indonesia dari belenggu penjajah. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa gedung ini tidak terawat dan tidak digunakan lagi. Ada kesan bangunan bersejarah itu ditelantarkan. (theresia waso ea)
