Tower bersama di Lamalera A yang sangat lemah jaringannya.
LAMALERA sebagai destinasi wisata dunia masih terbelakang di bidang komunikasi. Padahal, saban bulan selalu dilawat wisatawan; domestik dan mancanegara. Namun akses internet masih amat buruk. Jaringan pun sangat lelet dan hilang muncul. Tidak jelas.
Selain akses telekomunikasi yang buruk itu, paling fatal adalah akses jalan yang juga sangat buruk. Akses ke Lamalera memang jauh dari standar pelayanan publik. Beda jauh dengan daerah lain yang masih mendapat perhatian pemerintah. Apa kesalahan orang Lamalera dan sekitarnya? Korban politik primordial, iya juga!
Teknologi digital sedang menjadi trend global. Semua orang pun sedang berada di area digital; sebuah era yang menggampangkan segala urusan di semua aspek. Tapi Lamalera masih tertinggal. Untuk telepon saja jaringannya amat buruk. Percakapan menjadi tidak nyaman. Selalu putus nyambung. Sedih. Tapi itulah keseharian orang Lamalera saat ini.
Ketika hendak mendapat jaringan internet, anak-anak harus ramai-ramai mencari sinyal di tempat angker, di sekitar Puskesmas Pembantu (Pustu) atau Kantor Desa Lamalera A. Padahal, beberapa tahun lalu, area itu nyaris tak ada orang di saat menjelang malam. Kawasan itu seram dan menakutkan. Orang amat takut melintasi area itu. Karena dikenal sebagai daerah angker; konon tempat bermukim para makluk halus, suanggi dan setan. Bahkan tempat pertemuan mereka yang telah meninggal dunia.
Tapi saat ini saban hari selalu dipadati warga Lamalera. Mulai dari sore pukul 18.00 hingga tengah malam. Bahkan anak-anak muda bisa nongkrong bermain game dan sejenisnya hingga pagi. Saking kesalnya, warga menyebut penyedia layanan telekomunikasi ini dengan TelkomSIAL.
“Akses Lamalera ke Kota Lewoleba sudah sangat buruk, diperparah lagi dengan jaringan telekomunikasi yang parah. Maka lengkaplah penderitaan Lamalera yang melambungkan nama Lembata ke dunia karena tradisi penangkapan ikan paus secara tradisional. Tapi perhatian pemerintah pusat dan daerah tidak ada sama sekali. Ada tower tapi tidak berfungsi. Tidak jelas apa kerusakannya. Ini namanya TelkomSIAL. Tiap malam orang harus mencari sinyal di tempat angker seperti ini,” kesal John Oleona, ketika dijumpai di area Pustu Lamalera untuk mencari sinyal 4G, pancaran dari tower di Wulandoni atau Atadei.
mediantt.com yang selama satu pekan ada di Lamalara pada awal Mei, juga mengalami hal yang sama. Sulit mengakses internet apalagi untuk mengupdate website dan memposting kabar dari Lamalera. Akhirnya harus nongkrong di area angker tersebut.
Mayoritas warga Lamalera sudah sangat familiar dengan dunia digital. Segala urusan sudah bisa diakses melalui mesin google. Tapi masih terkendala jaringan. Yang ada saat ini adalah TelkomSial, bukan Telkomsel; provider resmi yang menyediakan jasa layanan komunikasi untuk publik. Perlu ada provider lain yang masuk Lamalera seperti XL atau M3 dan yang lainnya.
Selama ini, Lamalera A dan sebagian wilayah Lamalera B tidak bisa mengakses jaringan internet. Karena itu, anak-anak muda dan yang memilki android, setiap malam berjejal di kawasan Pustu untuk mencari sinyal. Kecuali Dusun Wutunglolo dan Krokovolor, yang bisa mengakses internet dari tower 4G di Atadei atau Lebala.
Tamu-tamu atau turis mancanegara juga mengeluhkan hal yang sama. Lamalera jadi destinasi wisata bahari dunia, tapi hanya satu saja kekurangan paling fatal; jaringan internet. Bagaimana para turis bisa mengabarkan kepada rekan-rekan di negaranya atau negara lain tentang Lamalera dan tradisi Leva Nuangnya, kalau tidak ada jaringan internet? Betapa Lamalera masih terkebelakang di aspek ini.
Sebenarnya Levo Lamalera sudah ada tower bersama di wilayah Dusun Wukalere, Lamalera A. Tapi terkesan ditelantarkan. Bisa menelpon tapi sinyalnya tak jelas. Lamalera A lalu dibantu dengan jaringan Wifi di SMPK APPIS, bantuan Kementerian Informasi dan Komunikasi RI.
Saat ini sudah ada solusi. TELKOMSEL telah menghadirkan sebuah tower di Dusun Wutunglolo, Desa Lamalera B. Pembangunan sedang berproses, meski masih ada tarik ulur soal ganti rugi. Tower itu diharapkan menjadi solusi agar Lamalera makin terbuka ke dunia dengan jaringan internet tanpa hambatan. (jdz)