FPG Tuding Pemkab Sikka Sudah Disorientasi Atas Arah Kebijakan Pembangunan

by -208 views

Anggota FPG Maria Angelorum Mayestatis

MAUMERE – Ada yang menarik dari Fraksi Golkar DPRD Sikka saat menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi atas LKPJ Bupati Sikka Tahun 2021. Fraksi Golkar menyoroti kepemimpinan, yang lebih bersifat sindiran terhadap berbagai persoalan yang melilit Kabupaten Sikka. FraksI Golkar menilai ada disorientasi arah terhadap kebijakan pembangunan di wilayah Sikka.

Kepemimpinan model Fraksi Partai Golkar, diangkat dari buku Leadership for All the Mountains You Climb yang ditulis Mark A Altman, seorang penulis, produsen, dan aktor.

Mark Altman menghimpun semua teori, gaya dan praktik kepemimpinan yang relevan, untuk kemudian dikemas dalam satu kesatuan makna kepemimpinan yang koheren dan nyata, di mana kepemimpinan tidak hanya dilihat tapi dirasakan semua orang.

Setidaknya ada 4 kepemimpinan nyata yang dikemas Mark Altman, yakni memiliki rasa cinta philial, memiliki visi, mampu memanfaatkan sumber daya, dan pemimpin yang memiliki keterampilan manajemen.

“Hanya dengan 4 aspek ini, maka seorang pemimpin diharapkan dapat mengawal sebuah organisasi, baik dalam posisi stabil maupun labil ketika menghadapi tantangan, serta mencari solusi melalui keterampilan memanfaatkan peluang,” demikian ungkap anggota Fraksi Partai Golkar Maria Angelorum Mayestatis, akhir Maret lalu.

Tulisan Mark Altman ini disuarakan Fraksi Golkar saat menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi atas LKPJ Bupati Sikka Tahun 2021.

Pencitraan

Menurut Altman, kepemimpinan cinta philial dapat ditemukan dalam pribadi yang terus-menerus berusaha melestarikan cinta persahabatan, cinta persaudaraan sejati, tanpa memandang dengan siapa seseorang memberikan cinta.

Dalam konteks ini, Fraksi Partai Golkar menilai saat ini sulit menemukan pemimpin yang mencintai rakyatnya secara utuh. Maria Angelorum Mayestatis menyebut bagaikan mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami. “Memang ada pemimpin yang berlagak seolah-olah mencintai rakyatnya, tetapi semua itu dilakukan demi pencitraan, popularitas dan kekuasaan,” sindir dia.

Fraksi Partai Golkar menyertakan dua contoh kasus dalam tipe kepemimpinan seperti ini, yakni penelantaran pekerja di Sintang Kalimantan Barat, dan dana BOK Tahap II.

Peristiwa penelantaran tenaga kerja, menurut Fraksi Partai Golkar, baru sebatas slogan dengan menyatakan perasaan belas kasih terhadap para pekerja yang ditelantarkan. “Harusnya pemerintah hadir di tengah-tengah mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, lalu mencari solusi bersama,” ujar dia.

Fraksi Partai Golkar juga menyinggung bagaimana kegalauan dan ketakutan tenaga kesehatan pada 25 Puskesmas di Kabupaten Sikka yang belum melunasi utang ke pihak ketiga gara-gara dana BOK Tahap II yang tidak dapat dicairkan.

Maria Angelorum Mayestatis lalu mengkritisi Kepala Dinas Kesehatan Sikka yang lebih sibuk mengklarifikasi persoalan ini melalui media, menantang lembaga DPRD Sikka, hingga melontarkan ancaman kepada staf.

“Jangan-jangan Kadis Kesehatan sudah terpapar Covid-19 varian baru, namanya varian Hate. Di mana perasaan cinta seorang Kadis Kesehatan sebagai seorang pemimpin pada OPD ini? Apakah Kadis Kesehatan sudah divaksin biar kebal perasaan cintanya terhadap sesama?” tanya Fraksi Partai Golkar.

Pemerintah Disorientasi

Fraksi Partai Golkar juga menegaskan pentingnya seorang pemimpin memiliki visi. Bagi Fraksi Partai Golkar, pemimpin tanpa visi seolah-olah seperti pemimpin yang buta karena dia tidak tahu ke mana akan pergi.
“Bahkan ketika dia tiba di tujuan pun, pemimpin tanpa visi tidak tahu apa yang sudah dia lakukan,” sindir Maria Angelorum Mayestatis.

Terhadap aspek ini, Fraksi Partai Golkar menilai pemerintah di daerah ini sudah disorientasi terhadap arah kebijakan pembangunan yang merupakam breakdown dari visi terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat menuju Sikka Bahagia Tahun 2023.

Contoh nyata, ungkap Maria Angelorum, terjadi pada proses Musrenbang Tingkat Kecamatan beberapa waktu lalu. Pasalnya, sebagian aspirasi masyarakat dimentahkan dengan alasan tidak ada dalam Renja OPD.

“Masyarakat jadi kecewa dan putus asa, padahal kita membangun dengan pola perencanaan partisipatif. Apakah karena tidak ada di Renja OPD maka sebuah usulan ditolak meskipun penting dan mendesak?” tantang dia.

Maria Angelorum Mayestatis memberikan contoh usulan pembangunan Jembatan Korobhera pada Musrenbang Kecamatan Mego, yang pada akhirnya ditolak karena tidak ada dalam Renja OPD.
Menurut Fraksi Partai Golkar, alasan penolakan tidak masuk akal. Padahal, arah kebijakan pembangunan Kabupaten Sikka Tahun 2018-2023 menyebut jelas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

“Hemat Fraksi Partai Golkar, pemerintah sudah mulai kehilangan arah,” ungkap mantan Ketua Fraksi Partai Golkar itu.

Masih ada 2 aspek kepemimpinan dari Mark Altman yang bisa disandingkan dengan kondisi realitas yang terjadi pada daerah ini. Namun Fraksi Partai Golkar sengaja menyimpannya untuk diungkapkan pada kesempatan lain.(ssc/jdz)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments