Pancasila dan WK Itu Kebutuhan! Kurikulum Harus Berisi Keragaman Antarbudaya dan Agama

by -549 views

DR Marsel Robot, M.Si.

KUPANG, mediantt.com – Gagasan menerapkan kembali Pendidikan Agama dan Wawasan Kebangsaan (WK) di sekolah dan Perguruan Tinggi di NTT, yang juga didukung oleh Partai Golkar, mendapat apresiasi pula dari analis dan pengamat pendidikan NTT, DR Marael Robot, M.Si. Pakar Analisis Wacana dari Undana ini malah menilai itu sebagai kebutuhan dan berharap kurikulum mata pelajaran ini hendaknya memuat tentang keberagaman antarbudaya dan agama.

“Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan merupakan kebutuhan bagi negara bangsa seperti Indonesia. Karena itu, kurikulumnya hendaknya memuat keragaman, pluralitas, dan tipikalisasi budaya dan komunikasi antarbudaya dan juga agama,” kata Dr Marsel kepada mediantt.com, Rabu (9/2).

Menurut Marsel, mata pelajaran atau mata kuliah Pancasila dan Wawasan Kebangsaan itu wajib bagi semua sekolah dan Perguruan Tinggi. Termasuk sekolah vasional seperti Pesantren, Seminari dan sekolah-sekolah eksklusif lainnya.

Karena itu, Sastrawan NTT ini berkata, konten atau isi dari kurikulum Pancasila dan Wawasan Kebangsaan hendaknya memuat keragaman, pluralitas, dan tipikalissi budaya dan komunikasi antarbudaya dan agama. “Bahkan hemat saya, Mata Kuliah Agama di Perguruan Tinggi diganti menjadi Mata Kuliah Agama-agama. Dalam arti, semua mahasiswa menerima wawasan keagamaan dari berbagai agama. Ini salah satau cara untuk memasifkan cahaya keragaman di antara sikap eksklusif masyarakat kita,” tegas penulis buku Ringkasan Kegelisahan di Aula Sejarah ini.

Untuk itu, Putra Taga-Koit, Mangarai Timur ini menegaskan, diperlukan kunjungan komunitas atau pertukaran pelajar misalnya antara pelajar pesantren dan seminari dan seterusnya. “Sebab, belajar tanpa mengalami adalah sia-sia. Dengan begitu, keragaman bukanlah ancaman, melainkan idaman. Idologi pluralitas harus diikat kuat oleh rasa persaudaraan. Perbedaan hanyalah kontrol sosial yang saling menguatkan persaudaraan itu,” kata Doktor Ilmu Komunikasi dengan minat utama Pluralisme, lulusan Universitas Padjadjaran Bandung, ini.

Pendiri Yayasan Dian Peradaban Negeri yang secara khusus membuka sekolah budaya keberagaman, juga mengatakan, tugas pemerintah ialah menysun kurikulum dan materi pelajaran yang benar-benar relevan dan berdasarkan pengalaman keragaman Nusantara.

“Banyak contohnya di mana masyarakat kita hidup bersama dalam keberagaman berabad lamanya. Temuan saya dalam penelitian disertasi tahun 2006, di Ntaram (Manggarai) memperlihatkan bagaimana konstruksi harmoni antara Islam dan Kotolik begitu mesrah dan telah tersintesis dalam budaya mereka,” kata penyair yang juga penulis kumpulan puisi Nyanyian Pesisir ini.

Asal tahu saja, Pemprov NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT telah mewacanakan menerapkan kembali Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsan di sekolah dan Perguruan Tinggi. Karena itu, Partai Golkar NTT, dalam Rapimda dan Rakerda akhir pekan lalu, salah satu rekomendasi politiknya adalah mendukung Pemerintah Provinsi NTT menerapkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di sekolah dan kampus. (jdz)

3.3 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments