Air Mata Thomas Langoday dan Sabda Unwira Yang Mengubah Hidupnya

by -2,035 views

Dr Thomas Ola Langoday

Alumni dan dosen Fakultas Ekonomi Unwira, yang kini jadi Bupati Lembata, Dr Thomas Ola Langoday, SE, M.Si, punya kisah menarik dan unik dengan lembaga pendidikan tinggi milik SVD itu. Ada suka dan duka menapaki studi hingga menjadi dosen. Bagaimana kisahnya?

PADA momentum bersejarah merayakan Dies Natalis Universitas Katolik Widya Mandira ke-39, Bupati Lembata Dr. Thomas Ola Langoday, SE, M.Si, yang hadir sebagai salah satu pemateri dalam acara Webinar pada Kamis (23/9/2021) dengan tema: “Urun Rembuk Unwira Dalam Pembangunan Bangsa Di Masa Pendemi : Unwira Dulu, Sekarang Dan Yang Akan Datang,” tidak kuasa menahan haru, dan beberapa kali terlihat meneteskan air mata.

Dari press rilis yang disampaikan Dosen FISIP Unwira, Mikhael Rajamuda Bataona, Webinar tersebut dimoderatori oleh Dosen FISIP Unwira, Didimus Dedi Dhosa. Webinar di hari kedua ini menghadirkan beberapa pembicara antara lain: Br. Yohanes Arman, SVD, SH, MH; Dr. Kristoforus D. Djong, M.Pd; Dr. Maximus Taek, M.Si, dan Dr. Thomas Ola Langoday, SE, M.Si.

Dalam beberapa moment sepanjang Webinar, Bupati Thomas Ola terlihat benar-benar sedih. Thomas yang menumpahkan seluruh isi hatinya tentang Unwira memulai materinya dengan berkisah tentang masa-masa awal Unwira berdiri dan mulai berkiprah di Nusa Tenggara Timur.

Saat itu, kata Thomas, Unwira hanyalah sebuah kampus kecil. Sebagai perantau, Thomas juga mahasiswa Unwira yang kemudian karena nasib baik, diangkat menjadi Dosen pada Fakultas Ekonomi Unwira.

Thomas berkisah, pengalaman paling unik dan membuat sedih adalah di suatu hari, ia akhirnya harus menerima takdir sebagai dosen muda pertama yang oleh pimpinan yaitu Rektor Pater Herman Embuiru SVD, diperintahkan untuk menjadi “kelinci percobaan.” Maksdunya adalah, ia harus melakukan studi lanjut ke jenjang S2. Maklum, kata Thomas, saat itu, belum ada dosen muda tamatan Unwira yang disekolahkan. Unwira masih mengandalkan dosen dari luar.

Sebagai dosen muda, Thomas akhirnya menerima tantangan itu dan menjadi Dosen muda pertama tamatan Unwira yang diuji coba oleh Rektor untuk menempuh pendidikan ke jenjang S2. Disebut “uji coba” karena sebelumnya, belum pernah ada dosen asli tamatan Unwira yang disekolahkan ke jenjang S2.

Thomas lalu membuktikan seperti apa kualitas tamatan Unwira. Di Makasar, saat kuliah, Thomas meraih nilai Statistik dengan skor 100. Ia membuktikan kepada pimpinan Unwira bahwa keraguan tentang kualitas lulusan Unwira sudah dihapus. Uniknya, kisah ini bahkan tidak berhenti di situ. Thomas kembali menjadi “kelinci percobaan” oleh Rektor Pater Herman Embuiru SVD, untuk jenjang doktoral. Di level doctoral pun, Thomas lalu kembali membuktikan itu. Bahwa, tamatan Unwira juga bisa meraih keberhasilan. Akhirnya sejak saat itulah, Rektor Embuiru mengatakan, “Itu artinya, ilmu pengetahuan yang kalian peroleh di Unwira selama ini sudah benar dan sangat berkualitas,” cerita Thomas.

Menurut Bupati Lembata yang baru saja dilantik, Unwira saat ini memang sudah lebih baik. Tapi Unwira bisa berdiri tegak karena pengorbanan dan jasa serta budi baik para penjasa. Untuk itu, di moment Dies Natalis ini, semua keluarga besar Unwira harus mengucap syukur dan berterima kasih kepada para penjasa tersebut. Sebab, Unwira awalnya hanyalah sebuah kampus kecil. Tapi berkat kerja keras para penjasa inilah, Unwira akhirnya bisa tumbuh menjadi Universitas swasta yang sangat disegani di NTT.

Para penjasa tersebut, beber Thomas, adalah Yang mulia Uskup Agung Kupang, Gregorius Monteiro SVD dan para Uskup pada masanya, juga Alm. Gregorius Sani Fenat, SE, Pater Piet Manehat SVD, Pater Herman Embuiru SVD, Pater Hendrik Molan Tokan SVD, Pater Yan Menjang SVD, Pater Yohanes Bele SVD, Suster Therecella CB alias Budiasi Lestaritati dan Drs. Apoly Bala. Mereka adalah penjasa-penjasa yang tidak akan pernah dilupakan Unwira.

Thomas memilih tema untuk sesinya dengan judul: “Sabda Unwira Telah Mengubah Hidup Kami”, karena berangkat dari filosofi orang Lamaholot bahwa Sabda adalah “koda”. Di mana, semua urusan adat dan budaya pasti berbasiskan koda. Juga karena berangkat dari dasar Biblis bahwa, pada mulanya adalah Sabda. Dan Sabda itu dalam konteks dunia kampus adalah ilmu pengetahuan. Karena itu, bagi Thomas, Unwira telah memberi ilmu pengetahuan bagi dirinya dan bagi semua alumni untuk digunakan sebagai bekal hidup mengarungi karir. Itulah mengapa, jasa Unwira, Yapenkar dan para dosen serta tenaga kependidikan, sangatlah besar bagi para alumninya.

Percaya Diri

Karena itu, Thomas meminta agar di usia ke-40, Unwira harus semakin percaya diri dan siap. Sebab, usia 40 dalam umur manusia adalah usia emas. Sebab biasanya usia emas itu dimulai di usia 40 tahun. “Puncak keeprcayaan diri yang tinggi itu pada usia 40 tahun. Oleh karena itu, Unwira dan pihak Yapenkar juga Rektorat harus sudah lebih percaya diri dan siap dengan segala perubahan saat ini. Apakah hari ini Unwira sudah siap menatap masa depan dengan kerpercayaan diri yang tinggi? Rektor dan para dosen serta pegawai, apakah sudah punya rasa prcaya diri yang tinggi? Dan apakah ada rasa percaya diri yang tinggi juga datang dari masyarakat kepada lembaga Unwira dan manajemennya?” tanya Thomas retoris.

Menurut Thomas, Unwira memang tidak memberi materi. Tetapi memberi sabda yaitu ilmu pengetahuan dan karakter kekatolikan yang menjadi ciri khas Yayasan Persekolahan Katolik. Justru karena Unwira memberi harta pengetahuan itulah para alumni bisa memperoleh hidup yang berkelimpahan yaitu berkelimpahan dalam hal pengetahuan dan spritiualitas. Itulah filosofi yang melatari “Ut Vitam Habeant Abudantius”.

Dengan berkelimpahan ilmu pengetahuan juga penuh dengan kekayaan spiritualitas yaitu memiliki hati yang penuh kasih, hati yang mengasihi, Unwira telah mewariskan kepada anak-anak didiknya sesuatu yang paling mahal sebagaimana tokoh panutan semua civitas akademika Unwira yaitu Yesus Kristus yang bergantung di Salib.

“Saya sangat mencintai Unwira karena saya bersama istri adalah alumni pertama Fakultas Ekonomi Unwira. Dua anak saya juga alumni unwira. Jadi dalam rumah, kami ada empat orang dari Unwira. Dan kami merasakan benar bahwa Sabda dari Unwira itulah yang telah mengubah hidup kami,” tutur Thomas Ola. (jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *