Kristo Efi dan keluarga
NAMANYA amat familiar bagi jagat politik di Timor Tengah Utara. Anak muda energik ini punya andil besar bagi partai tertua di wilayah Biinmafo; Partai Golkar. Sempat meredup tapi mulai bangkit menatap kejayaan. Dialah Kristoforus Efi, ST, putra fenomenal dari kaki bukit Mutis di kampung Aplal, Desa Nifutasi, Kecamatan Mutis. Tekadnya jelas; mengembalikan kejayaan Partai Golkar di TTU.
Jejak politiknya di Partai Golkar belum seberapa lama. Baru hampir dua tahun, sejak akhir 2019. Meski sebagai orang baru, figur muda ini punya niat politik maju sebagai kandidat bupati TTU periode 2020-2025. Namun hasil survei Golkar membuktikan lain. Elektabilitas dan popularitasnya kalah dari Djuandi David yang bertandem dengan Eusabius Binsasi; kini menjadi Bupati dan Wabup TTU.
Namun suami dari Maria Yuliana Kefi dan ayah tiga anak ini, tidak putus asa.
Setelah intens berdiskusi dengan Melki Laka Lena selaku Ketua Golkar NTT, mantan Ketua PMKRI Kupang ini, memilih mengenakan jaket kuning Partai Golkar pasca Pileg 2019, lalu berproses hingga berniat maju sebagai cabup TTU tahun 2020. Menariknya, putra Mutis kelahiran 8 Desember 1980 itu didaulat oleh Musda Golkar TTU menjadi ketua, menggantikan Amandus Nahas, yang mundur karena ikut kontestasi Pilkada TTU dari partai lain.
Nama Alumnus Fakultas Teknik Sipil Unika Kupang ini pun makin populer dan jadi buah bibir karena gaya kampanyenya yang memikat hati rakyat. Kaum milenial TTU pun dibuat terpesona. Di setiap panggung kampanye untuk memenangkan duet Djuandi David-Eusabius, Kristo selalu tampil dengan retorika cerdas disertai pantun-pantun yang kontekstual. Lebih menarik, Kristo selalu melantunkan lagu “Oto Bemo bernama Golkar’. Lagu ini lalu menjadi viral di medsos dan menjadi branding baru bagi Golkar TTU, sekaligus energi bagi kemenangan duet Djuandi-Eusabius. Kaum muda milenial pun membaptis dia dengan julukan baru ‘Oto Bemo Golkar’. Ketika berpapasan pun selalu diteriaki ‘hai oto bemo. Ini karena aksi panggungnya yang sederhana tapi membekas di nubari. Dia pun semakin dikenal banyak orang terutama kaum muda.
Andilnya memenangkan duet David-Eusabius pun diakui berbagai pihak, termasuk Ketua Golkar NTT Melki Laka Lena. Karena paket yang bersandi politik Desa Sejahtera ini awalnya tidak masuk hitungan. Bahkan disebut kuda hitam. Justru yang diunggulkan untuk menang adalah istri Ray Fernandes Kristiana Muki yang berpasangan dengan Yosef Tanu, yang diusung Nasdem. Juga paket Frengky Saunoah-Amandus Nahas (Fresh).
Totalitas dan kerja kerasnya untuk Golkar TTU mulai nampak. Terukur jelas dari kemenangan paket Desa Sejahtera yang diusung Golkar. “Di tangan Kristo Efi Golkar TTU sudah hidup,” kata Laka Lena.
Karena itu, pilihan kepada Direktur Utama PT. Lolyti Capra Abadi ini, menjadi Ketua Golkar TTU tidak keliru. Kepercayaan itu membalikan anggapan miring selama ini bahwa partai berlambang Beringin itu selalu identik dengan generasi senja. Seperti masa kejayaan Golkar TTU di era Hengky Sakunab hingga Gabriel Manek. Tapi justru di tangan anak muda seperti Kristo Efi juga Golkar TTU mulai bangkit menuju kejayaan.
Mantan staf PT. Kayasa Bumi Utama Cabang NTT ini mengaku mulai berminat dengan politik saat masih duduk di bangku SMA. Saat itu dia sangat tertarik dengan gerakan para mahasiswa baik di ibukota Jakarta maupun di berbagai ibukota provinsi, yang penuh semangat menggelorakan perjuangan reformasi tahun 1997-1998. “Momentum itu buat saya makin tertarik dan ingin tahu lebih dalam tentang politik,” kata lulusan SD Oelbonak TTU tahun1992.
Sekretaris Umum Forum Komunikasi Alumni PMKRI NTT (2015-2020) ini juga bercerita, ketika duduk di kelas 2 SMUN I Maliana, Bobonaro tahun 1998, ada lomba pidato tingkat SMA. Ia pun ikut lomba dengan pidato bertema Partai Penguasa. “Saya juara satu. Sejak itu minat saya untuk terjun ke dunia politik makin kuat,” kata pria yang suka bertopi itu.
Nah, untuk memantapkan niatnya ke politik, maka selama mengenyam studi di Fakultas Teknik Unika Kupang, Kristo aktif di sejumlah organisasi ekstra dan intra kampus. “Selesai dari pendidikan tinggi di Unwira, saya mulai terjun di dunia politik dengan membangun relasi dan diskusi dengan beberapa partai baik yang muncul pasca Reformasi antara seperti Demokrat, PPRN dan Partai Pembaharuan Indonesia. Saya mulai terjun ke politik praktis sejak 2007. Saat itu saya hanya ingin belajar tentang politik,” kata mantan Caleg dari Partai Demokrat di Pileg 2009 dan 2014 ini.
Bagi Arsitek ini, tujuan berpolitik sebenarnya adalah bisa bermanfaat bagi banyak orang, dengan spirit bahwa politik itu sebagai karya dari kerasulan awam untuk mendidik dan mencerdaskan. Karena itu, dia tidak mau menjerumuskan diri dalam pragmatisme politik yang hanya mau merebut kekuasaan dengan cara-cara tidak benar, termasuk membeli suara.
“Saya ingin memberikan pembelajaran dan pendidikan politik yang benar bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Saya menolak keras politik dengan cara-cara tidak benar. Jadi saya ikut dalam pesta demokrasi itu untuk memberikan pendidikan politik secara benar kepada masyarakat bahwa berpolitik tidak semata merebut kekuasaan. Kalau toh lolos itu adalah berkat, tetapi bahwa ada proses pembelajaran politik yang benar, yang saya tunjukkan kepada masyarakat,” tutur Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan OKP Pengurus Pusat Pemuda Katolik periode 2019-2022 ini.
Golkar Itu Partai Besar
Mantan Ketua Departemen OKK BPD HIPMI NTT ini juga mengaku bergabung dengan Golkar sejak 2019. Awalnya, dalam ajang Pilkada Gubernur NTT 2018, sudah ada diskusi dengan Ketua Golkar NTT Abang Melky Laka Lena, setelah jagoannya di Pilgub Beny Harman, kalah dan tidak lagi diakomodir masuk Caleg di Pileg 2019.
“Usai pileg saya diajak abang Melky untuk gabung ke Golkar. Jadi saya baru bergabung di Golkar tahun 2019 di organisasi sayap Ampi. Sementara untuk pengurus partai baru tahun 2020,” kata Kristo.
Kenapa harus ke Golkar? “Kita tahu bahwa Golkar adalah partai besar yang cukup mengakar di hati masyarakat. Sehingga ketika diajak abang Melky, saya langsung menyatakan siap bergabung. Awalnya di organisasi saya AMPI. Kemudian pada Musda awal 2020, saya masuk sebagai pengurus DPD I Golkar NTT. Saat ini saya dipercaya sebagai ketua DPD II Kabupaten TTU,” tegas Kristo.
Ditanya sikap politiknya ketika dijaring Golkar sebagai calon bupati TTU 2024,
Kristo mengatakan, itu mekanisme normatif di internal Golkar. Juga, sebagai upaya konsolidasi dan penjaringan kader menuju Pilkada. “Saya sebagai ketua Golkar TTU mau tidak mau harus mengikuti mekanisme internal tersebut,” ujarnya.
Akan tetapi, menurut Kristo, Bupati TTU Drs Juandi David sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Golkar, layaknya mendapat karpet merah itu.
Jiwa kejuangan seorang Kristo patut diapresiasi. Dalam kapasitas sebagai ketua, targetnya cuma satu; ingin mengembalikan masa kejayaan Partai Golkar di Bumi Biinmafo (Biboki, Insana dan Miomaffo), TTU.
“TTU sejak dulu dikenal sebagai basis Golkar. Tapi beberapa tahun terakhir mengalami kekalahan. Dengan kepercayaan rakyat saat ini di mana Golkar bersama partai koalisi menjadi bupati dan kebetulan bupati adalah Ketua Dewan Pertimbangan Golkar, maka ini harus menjadi sebuah kredit poin bagi Golkar. Kalau bupati dan wakil mampu melakukan perubahan bagi masyarakat, maka kepercayaan terhadap Golkar akan lebih baik, dan kita harapkan Golkar bisa mengulang masa jayanya di TTU pada Pemilu 2024,” tandas alumni SMPN I Pantai Makasar di Oecusi ini. (damio banu nobe/josh diaz)