Dirut Bank NTT Bicara Akses Pembiayaan untuk Desa Wisata di Forum Kementerian Parekraf

by -175 views

LABUAN BAJO – Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, menorehkan prestasi gemilang dengan berbagai terobosan dan inovasi dalam memaksimalkan sektor pariwisata. Sejumlah inovasi di bidang digitalisasi, elektronifikasi dan pengembangan potensi wisata di NTT, diam-diam diapresiasi pemerintah pusat.

Alex Riwu Kaho diundang memberi materi tentang Pemanfaatan Akses Pembiayaan Bank NTT untuk pengembangan Desa Wisata NTT dalam kegiatan ‘Fasilitasi Akses Pembiayaan Desa Wisata NTT’. Ajang itu digelar oleh Direktorat Akses Pembiayaan Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bekerjasama dengan LinkAja dan Pemerintah Provinsi NTT.

Tampil pula sejumlah nara sumber berkapasitas dalam kegiatan yang digelar secara offline, di Hotel Jayakarta, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin (28/6/2021).

Para nara sumber dalam forum itu diantaranya Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf yang hadir mewakili Menteri Parekraf untuk membuka kegiatan, Fadjar Hutomo. Juga Prof. Daniel Kameo mewakili Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat sebagai keynote speach, Anugrah Nanda Wijaya dari LinkAja, Shana Fatina selaku Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo serta sejumlah narasumber berkompoten lainnya.

Forum itu terlaksana dalam rangka memfasilitasi pelaku usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mendapatkan informasi metode pembayaran digital nirsentuh serta sistem pembiayaan perbankan dan sekaligus untuk memberikan pemahaman konsep mengelola Desa Wisata kepada stakeholder Desa Wisata.

“Kita bersyukur karena di hari-hari terakhir, sudah hadir di NTT, tim percepatan akses keuangan daerah. Tim ini sudah ada di Manggarai Barat, seluruh Flores bahkan NTT. Tim ini terdiri dari berbagai stakeholder baik itu pemerintah, swasta, akademisi, komunitas ataupun masyarakat,” tegas Alex mengawali materinya.

Konsep pentahelix, menurutnya, akan menjadi kekuatan untuk bersama membangun fasilitas akses pembiayaan. Konsep pentahelix ini ada empat komponen, yakni pemerintah hadir untuk memberikan pendampingan dan regulasi termasuk pihak-pihak yang mengatur regulasi akses pembiayaan. Dibutuhkan harmonisasi sehingga empat komponen ini bisa bertumbuh secara bersama-sama dan merasakan manfaatnnya secara bersama-sama pula.

Pelibatan akademisi supaya arah dan langkah kita terhadap fasilitasi akses pembiayaan bisa menciptakan ekosistem yang menjamin sustainable dari usaha-usaha yang dikerjakan. Dibutuhkan riset agar para pelaku usaha kita mampu menciptakan nilai beda, nilai unggul, daya saing dan daya jual.

“Kemudian masyarakat atau pelaku usaha. Berdasarkan riset yang diperoleh dari dunia ilmiah, dan kemudahan-kemudahan regulasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, mencari akses pembiayaan ke pihak perbankan atau lembaga jasa keuangan lainnya agar sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Ini bukan untuk menyulitkan melainkan demi responsibility, tanggungjawab,” katanya.

Disebutkan, sangat diharapkan dengan ekosistem yang dibangun dari Bank NTT, tujuan membangun daerah itu benar-benar bisa terwujud. “Kita punya komitmen untuk membangun daerah, yang mana selama ini dari berbagai aspek, memiliki ketergantungan kepada pihak pemerintah pusat yang sangat tinggi.

Untuk menjawab hal itu, menciptakan item kemandirian adalah salah satu strategi yang tepat yang cerdas untuk kita mulai membebaskan diri dari ketergantungan kita terhadap pemerintah pusat dan lainnya. Mau atau tidak, saat ini kita sudah masuk pada era 5.0, super smart society dimana dengan adanya digitalisasi merubah semua pola perilaku dalam kehidupan kemasyarakatan, bisnis dan sosial,” jelasnya.

Ia menambahkan, disruption teknologi, merubah perilaku kita dalam berbelanja. Di era ini, semua dituntut siap. Dan Bank NTT terus berusaha untuk berperan sehingga dengan bersama-sama masyarakat, pemerintah, akademisi menyiapkan stakeholder di NTT memasuki era 5.0.

“Kita menyelenggarakan Festival Desa Binaan. Di setiap daerah, ada desa yang dibina. Kita mengemas festival ini antara lain untuk implementasi visi dan misi kita dimana kita menjadi Pelopor Penggerak Ekonomi Rakyat. Sedangkan untuk aktivitas desa ini terus berjalan maka festival menjadi satu strategi. Sehingga akan terus berkelanjutan dan akan merangsang pergerakan ekonomi karena tidak saja dari satu sisi atraksi budaya saja namun suplay change di wilayah itu. Di destinasi yang ada, kita sistem paket,” ungkap Alex.

Dijelaskan, ada paket-paket yang disiapkan dalam layanan setiap destinasi dengan harga tertentu, sehingga tidak saja menjadi income bagi pengelola, melainkan berkontribusi pada daerah berupa PAD.

Diharapkan denghan festival ini ada multipay efect. Tidak saja atraksi alam yang dijual namun ada suply change yang tertata baik. Desa bisa mandiri, anak-anak disana bisa bertumbuh. Nantinya mereka bisa memanfaatkan kanal-kanal lain untuk mengekspouse keahlian mereka.

“Dari sisi digital, kita ciptakan web bagi UMKM kita, namanya GO NTT atau Gerbang Online NTT. Ini bisa diakses oleh siapapun. Web ini sedang kita kerjakan, bagaimana edukasi pelaku usaha untuk bisa memanfaatkan peluang ini secara baik. Kemudian sentralisasi produk perbankan. Di Festival Desa Binaan, satu syaratnya di desa itu ada member digital Bank NTT. Nah disana ada aplikasi m-Banking Bank NTT yang mana ada kanal-kanal transaksi pembelian dan pembayaran. Bahkan 17 Juli nanti akan kita launching aplikasi mobile kita yang baru, yang sudah ada super aps, belanja online, tarik tunai tanpa kartu, bisa mengajukan pinjaman dengan plafond tertentu, backup setoran dan 14 aktivitas lainnya. Kita sedang persiapkan untuk launching,” jelas Dirut Alex.

Tidak hanya itu, di bidang UMKM, Bank NTT bekerjasama dengan Pemprov NTT dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menghadirkan skim kredit yang diberinama KREDIT MERDEKA. “Ini terjemahan dari mimpi besar Gubernur NTT untuk membangkitkan semangat sektor UMKM. Skim kredit ini diberinama MERDEKA yakni mereka merdeka dari agunan, bunga dan rentenir,” tegas Alex sembari menyebutkan, masih banyak terobosan dari sisi digital dan elektronifikasi, demi mendukung mimpi mewujukan NTT yang mandiri secara ekonomi.

Perlu Agresifitas Perbankan

Koordinator Staf Khusus Gubernur NTT, Prof Daniel Kameo, menyebutkan, Pemprov NTT mendukung sepenuhnya terobosan di Bank NTT. “Perlu agresifitas dan penetrasi dari rekan-rekan dari dunia perbankan (Bank NTT). Saya hanya mau menyampaikan beberapa pesan dari bapak gubernur. Bahwa NTT ini kita harus sadar, harus diulang-ulangi bahwa kita punya kekayaan aset terbesar dari sisi ekonomi di NTT yakni sektor pariwisata. Orang NTT sendiri belum sadar akan kekayaan kita ini,” tegasnya.

Ada 1378 objek wisata yang diidentifikasi oleh Pemprov NTT sebagai destinasi pariwisata terbaik. Ini jumlah besar, salah satu terbesar di Indonesia bahkan dunia, untuk skala provinsi. Dari jumlah tersebut, ada 736 objek wisata alam, sekitar 500 objek wisata berbasis budaya dan 101 objek wisata dengan minat-minat khusus serta 41 objek wisata buatan sehingga andalan pariwisata NTT adalah objek wisata alam dan budaya.

“Saya juga mau share bahwa keputusan Pemprov NTT untuk menjadikan pariwisata sebagai penggerak ekonomi NTT. Ini bukan karena ada daftar panjang potensi kita tetapi ini didasarkan pada kajian atau penelitian ilmiah yang kami lakukan pada tahun 2017. Dan, pada 45 objek wisata yang diteliti di seluruh NTT, dari Manggarai Barat hingga ke Pulau Timor dan hasil yang kami temukan adalah bagaimana rantai pasok dari industri pariwisata. Seperti apa suply change industri pariwisata.”

Pihaknya meneliti dan kesimpulannya, pariwisata punya mata rantai pasok yang cukup panjang di banding sektor ekonomi lain sehingga dari teori ekonomi, jika satu potensi memiliki rantai pasok ekonomi yang panjang, maka sektor itu bisa ditetapkan sebagai setor yang menggerakkan ekonomi.

Menurut Kameo, jika sektor ini kita sentuh, maka sektor lain yang masuk mata rantainya akan ikut bergerak. Di NTT, pariwisata sebagai lokomotif dan gerbongnya adalah sektor petanian, perikanan dan kelautan, perkebunan dan peternakan serta usaha-usaha berskala UMKM.

Faddjar Hutomo selaku Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Bapafrekraf menegaskan, dunia usaha sedang mengarah pada bagaimana roda ekonomi digerakkan secara berkelanjutan.

“Pandemi ini hanya mempercepat. Pandemi ini memaksa kita untuk harus segera bertransformasi agar pembangunan berkelanjutan untuk mencapai sustainable development goal dapat tercapai segera. “Dan terkait dengan industri pariwisata dan ekonomi kreatif kita di NTT maka isu tentang sustainable tourism dan inklusif kreatif ekonomi menjadi dua hal yang berkaitan dan harus dikerjakan secara paralel. Ini jadi payung besar dari pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang kita lakukan di NTT,” katanya. (*/st)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *