KOTA KUPANG – Wali Kota Kupang, Dr. Jefirstson R. Riwu Kore, MM, MH, Selasa (30/3) pagi, memimpin pertemuan tingkat tinggi atau high level meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Kupang (TPID).
Pertemuan di Ruang Rapat Garuda Kantor Wali Kota dihadiri oleh anggota TPID Kota Kupang yaitu Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, Ketua Tim Satgas Pangan NTT, GM PT. Pelindo III Kupang, Kepala Divre Perum Bulog NTT, Kepala Pemasaran Wilayah Timor dan Sumba PT. Pertamina Wilayah NTT, Direktur PT. Angkasa Pura (Persero) Cabang NTT, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Kota Kupang dan pimpinan perangkat daerah terkait yaitu Kadis Perindag, Kadis Pertanian, Kadis Ketahanan Pangan, Kadis Perhubungan, Kepala Kantor BPS Kota Kupang dan Kabag Perekonomian Setda Kota Kupang.
Wali Kota saat membuka kegiatan itu menilai pertemuan ini merupakan suatu langkah strategis dan penting untuk membahas bersama inflasi di Kota Kupang yang dari tahun ke tahun perkembangannya cukup baik. Wali Kota mengapresiasi kinerja Bank BI Perwakilan NTT dan tim pengendalian inflasi daerah Kota Kupang atas kerjasama yang luar biasa dalam pengendalian pasar di Kota Kupang.
Menurut Walikota, inflasi sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, terhadap perkembangan ekonomi dan pasar di Kota Kupang. Selain itu merupakan hal yang penting sebagai pelaporan ke pemerintah pusat terutama terkait dengan bantuan pusat ke daerah. “Inflasi penting juga diketahui dan untuk dilaporkan ke pusat, karena sangat berpengaruh terhadap bantuan-bantuan dari pemerintah pusat seperti dana instentif daerah,” tutur Wali Kota.
Dijelaskan, salah satu syarat mendapatkan dana insentif daerah (DID) yaitu selain pelaporan atau penetapan anggaran dari DPRD yang tepat waktu serta mendapatkan penilaian opini WTP, juga tingkat inflasi yang terkendali. “Jika salah satu dari persyaratan ini tidak terpenuhi maka tidak bisa mendapatkan dana insentif daerah,” ujarnya.
Wali Kota menambahkan, inflasi di Kota Kupang dipengaruhi oleh beberapa komoditi, untuk itu dia berharap peran PD Pasar untuk memastikan harga-harga bisa terkendali secara baik. “Supply dan demand diatur sedemikian rupa sehingga berada pada level-level inflasi yg terkendali, misalnya cabe rawit yang sangat berperan pada inflasi kita,” harapnya.
Kepala BI Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan, sejak TPID dibentuk pada 2017, inflasi di Kota Kupang dinilai sangat terkendali. Hal ini menurutnya karena peran serta semua anggota TPID termasuk insan pers yang menjalankan peran komunikasi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat terhadap upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi.
Dijelaskan lebih lanjut, perkembangan inflasi bulanan di Kota Kupang pada Februari 2021 tercatat 0,36 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,55 persen (mtm). Inflasi Kota Kupang lebih rendah dibandingkan inflasi NTT 0,44 persen (mtm), namun lebih tinggi dari inflasi Nasional sebesar 0,10 persen (mtm).
Menurut Nyoman, inflasi nasional terlalu rendah karena akibat pandemi covid-19 yang menjadi tantangan luar biasa baik lokal, nasional maupun global karena demand menurun. Diakuinya, untuk Kota Kupang terjadi fluktuasi tetapi masih dalam batas-batas kewajaran sejak 2017 lalu di mana angka inflasi masih tertinggi di 2 persen dan deflasi terendah di angka -1 persen sehingga hal ini dinilai masih sangat terkendali karena target tahun ini adalah 3+ dan -1 persen.
Fluktuasi juga terjadi karena hari besar keagamaan seperti idul fitri, natal dan tahun baru. Komoditi yang sangat berpengaruh terhadap inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga ikan kembung, kangkung, ikan tongkol, sawi hijau dan bayam, yang mana dominasi dalam 5 tahun terakhir adalah di ikan dan sayur mayur. Tetapi khusus di bulan Februari ini karena musim gelombang, banyak nelayan yang tidak bisa melaut sehingga supply ikan segar berkurang.
Adapun komoditas deflasi dipengaruhi oleh angkutan udara, daging ayam ras, daging babi, cabai rawit dan bunga pepaya. Dijelaskan untuk daging ayam ras dan daging babi disebabkan bukan karena pasokan menurun namun karena konsumsi yang menurun, sedangkan cabai rawit dikarenakan musim panen pada November lalu sehingga berdampak sampai sekarang.
Sedangkan secara tahunan, Nyoman memaparkan dari 2019 sampai 2021 inflasi Kota Kupang menurun terus, selalu di bawah provinsi NTT jadi masih on the track di dalam pengendalian inflasi. Namun menurutnya jika inflasi terlalu rendah dampaknya terhadap ekonomi yaitu bisnis tidak jalan dan ekonomi melemah, sementara diketahui PDRB diangka Rp 106 Triliun, namun dengan kondisi pandemi covid-19 akan turun karena produksi menurun diikuti permintaan juga menurun.
Menurutnya, langkah yang perlu ditempuh pemerintah daerah bersama stakeholders adalah membangun kepercayaan masyarakat untuk kembali belanja, memberikan stimulus kepada masyarakat baik melalui kredit, bantuan uang tunai dan sebagainya. Dijelaskannya, komoditas pendorong inflasi tiga bulan terakhir di Kota Kupang yaitu ikan segar, sayur mayur, cabai dan ayam dan hal ini dibutuhkan kerja sama luar biasa TPID termasuk satgas pangan.
Dijelaskan pula dalam pemaparan Kepala BI Perwakilan NTT, berdasarkan hasil kajian KPw BI NTT tahun 2020 tentang pola perdagangan di Kota Kupang, diketahui bahwa pasokan beras dan bawang putih sangat bergantung provinsi lain (Jatim dan Sulsel). Dari data yang ditampilkan hampir 81 persen beras diimpor dari Jawa Timur yang mana hal ini menurutnya memicu banyak uang yang keluar daerah sehingga ekonomi tidak banyak bergerak di dalam daerah. Terkait ini, saran yang disampaikan yaitu agar bagaimana pemerintah membangun sentra-sentra produksi di Kota Kupang ataupun di daerah penyangga sekitar.
Sementara itu, mayoritas pasokan daging ayam, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit dipasok dari lokal NTT. Meskipun demikian, barang-barang pendukung produksi daging ayam masih bergantung pada Jawa Timur yaitu bibit ayam (DOC). Hal ini menurutnya menjadi dorongan bagi Pemkot apakah DOC bisa dilakukan di Kota Kupang. Terhadap supply bawang putih dijelaskan murni diimpor dr tiongkok yakni hampir 100%. Namun menurut I Nyoman perlu mengubah pola seperti menggunakan bawang putih lokal dan juga membuka lahan-lahan pertanian bawang putih di daerah NTT.
Disampaikan, harga komoditas utama di Kota Kupang pada minggu keempat bulan Maret 2021terpantau stabil. Komoditas cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah mengalami kenaikan harga dibandingkan minggu sebelumnya, didorong oleh kenaikan harga dari distributor serta permintaan yang meningkat. Untuk itu menurutnya perlu melakukan pemantauan pasokan dan memantau harga pasar menjelang bulan Ramadhan. Beberapa rekomendasi pengendalian inflasi yang disampaikan Kepala BI perwakilan NTT yaitu keterjangkauan harga diantaranya melaksanakan pemantauan harga komoditas pokok, melaksanakan program sidak pasar dan Pasar murah menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), penjualan secara online komoditas pokok di pasar tradisional. Selain itu menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi termasuk di dalamnya melaksanakan kerja sama antar daerah, membangun komunikasi yang efektif yang dalam hal ini seperti melaksanakan program pengendalian inflasi berbasis masyarakat (mendorong masyarakat, lembaga keagamaan, serta TNI menanam hortikultura di pekarangan atau lahan kosong), perlunya perluasan data monitoring harga yang telah tersedia dengan data pasokan setiap komoditas dan publikasi data komoditas pokok secara periodik di media massa.
Dalam pertemuan ini pula, dari Bulog NTT dan Satgas Pangan NTT diketahui ketersediaan pasokan pangan di Kota Kupang sampai saat ini dan beberapa bulan ke depan masih cukup. Kepala Divre Bulog NTT, Asmal, memastikan ketersediaan beras, gula pasir dan minyak goreng stoknya masih mencukupi, bahkan untuk beras khusus di Bulog masih ada 19 rb ton beras untuk kebutuhan 4 sampai 5 bulan ke depan dan ini belum termasuk stok yang ada di pedagang dan di masyarakat. Menurutnya, yang perlu dijaga adalah distribusinya termasuk komoditas hasil pangan yang perlu diawasi sehingga tidak ada penimbunan. Sementara dari Satgas Pangan NTT menyampaikan dari hasil koordinasi dengan jajaran polres hingga saat ini belum ditemukan adanya penimbunan sembako. Hal ini pula dipastikan oleh Kadis Perindag Kota Kupang, setelah mengadakan pengecekan pada distributor sembako seperti Sumber Cipta, Panca Sakti dan Citra Lestari, ketersediaan stok sembako melampaui bulan Ramadhan dan harga-harga komoditas di pasar-pasar besar di Kota Kupang cenderung stabil.
Menyikapi informasi-informasi tersebut, Wali Kota menyimpulkan kesediaan pangan di Kota Kupang untuk beberapa bulan ke depan dinilai mencukupi. Namun menurutnya penting untuk menjaga keseimbangan inflasi sehingga supply dan demand juga seimbang. Wali Kota meminta kepada PD Pasar untuk selalu melakukan pengecekan perkembangan harga-harga komoditas di pasar.
Terkait dengan barang-barang pendukung produksi daging ayam yang masih bergantung dari Jawa Timur yaitu bibit ayam (DOC), Wali Kota menilai hal ini sebagai suatu peluang usaha untuk menstabilkan harga yang perlu dipertimbangkan oleh Pemkot dengan membangun kerja sama dengan PT. Sasando Baru. “Pengadaan DOC suatu peluang besar. Tanah kita punya, perlu pengadaan mesin-mesin termasuk juga apabila bisa sampai pada pengolahan pakan ini luar biasa. Peluang usaha ini akan didiskusikan nantinya dengan PT. Sasando Baru. Jika memungkinkan, akan diolah secara profesional,” imbuh Wali Kota. (ghe/st)