Mencerna Makna Kelahiran Pancasila di Tengah Pandemi Covid-19 di NTT

by -438 views

MESKI tata kelola pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di Provinsi NTT selama hampir tiga bulan ini disibukan dengan penanganan Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19, namum spirit untuk mencerna makna di balik Kelahiran Pancasila yang selalu diperingati tanggal 1 Juni tetap diingat dan dikenang selalu oleh setiap anak bangsa, termasuk yang ada di Provinsi NTT.

Karena itu, beberapa waktu lalu penyiar Radio Swara NTT, mis Rivani Bistolen mewawancarai Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si dan Kepala Bidang Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Badan Kesbangpol Provinsi NTT, Ursula Ga’a Lio Dando, S.Ip. Bersama Radio Swara NTT Kita Wujudkan NTT Bangkit NTT Sejahtera.

Nah, seperti apa makna di balik hari lahirnya Pancasila dalam kehidupan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Provinsi NTT dan kaum milenial di NTT; ikuti petikan wawancara berikut ini :

Bagaimana menurut bapak Kepala Biro tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat di Provinsi NTT?

Kalau kita mau kembali menggali tentang lahirnya Pancasila, maka ijinkan saya untuk bercerita sedikit tentang Bung Karno; ketika dibuang atau diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Ende – Flores antara tahun 1934 hingga 1938. Bung Karno banyak bersosialisasi dan berdiskusi dengan para misionaris Katolik di Ende dan para misionaris Katolik dari Belanda.

Sebagian besar waktu Bung Karno; dihabiskan di perpustakaan dari para pastor ini. Beliau belajar banyak dari pastor-pastor tentang filsafat. Bagaimana teologi, bagaimana kehidupan bernegara dan sebagainya. Sebetulnya ide-ide Pancasila itu lahir dari perenungan dan refleksi yang sangat mendalam dari Bung Karno serta diskusi-diskusi kreatif dengan para filsuf yang berasal dari Eropa.

Kalau kita pelajari ideologi Pancasila yang saat ini menjadi ideologi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), ide-ide tentang Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Musyawarah dan Keadilan Sosial itu merupakan landasan utama pada filosofi manusia. Jadi sebetulnya ideologi Pancasila yang digali oleh Bung Karno tidak lahir begitu saja.

Namun ada dalam satu proses. Pertanyaannya adalah ketika ideologi Pancasila menjadi ideologi bangsa dan negara kita, sejauh mana implementasinya? Inilah tantangan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk kita di Provinsi NTT.

Bagaimana mewujudkan ide-ide Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan, Musyawarah, Persatuan dan sebagainya. Kalau kita pelajari dari sejarah Pancasila, ada keterkaitan antara sila satu hingga sila kelima, sehingga tidak dapat dipisahkan. Ketuhanan merupakan vertikal tetapi vertikal itu dikaitkan dengan hubungan kemanusiaan atau horizontal; makanya Pancasila kita lihat sebagai suatu piramida yang di atasnya ada ide Ketuhanan, lalu didukung oleh basis-basis hubungan horizontal kemanusiaan. Dan kemanusiaan tidak berjalan sendiri. Kemanusiaan juga terintegrasi dan disatukan dalam satu martabat kemanusiaan yang sama sehingga muncul kesatuan. Kesatuan tidak berjalan sendiri, dia diwujudkan dengan suatu keadilan perlakuan; itulah keadilan sosial. Jadi antara sila pertama hingga kelima tidak terpisahkan satu sama lain. Nah, bagaimana wujud-wujud Pancasila itu ada dalam kehidupan kita?

Mungkin secara kasat mata kita bisa melihat bagaimana Ketuhanan dipraktekkan oleh agama-agama besar kita serta juga agama tradisional yang dianut oleh masyarakat dunia termasuk masyarakat Indonesia. Misalnya di Manggarai; dimana agama tradisional masih banyak dianut; begitu juga di Sumba, di Ende dan lainnya. Walaupun masyarakat tradisional tempo dulu berdoa di balik batu, di balik pohon, sungai, mata air dan sebagainya tetapi tujuan utamanya adalah kepada wujud tertinggi yakni yang suci. Walaupun kasat mata mereka menyembah batu, pohon, mata air tapi metafisiknya di balik itu terkandung suatu penghormatan yang disebut the secret atau wujud tertinggi. Wujud tertinggi itulah yang kemudian di bahasa agama Wahyu disebut Tuhan.

Nah, ketika kita masuk dalam praktek pemerintahan dan bermasyarakat, ide-ide Ketuhanan itu tidak terlepas dari sila-sila yang lain. Setiap tindakan kita, setiap aksi sosial kita, itu berada dalam bingkai yang terintegrasi dari lima sila itu. Karena itu, ketika para Aparatur Sipil Negara (ASN) bekerja, sebetulnya dia sedang memuliakan martabat manusia itu sendiri dan Tuhan; dan supaya dia bisa memuliakan Tuhan, dia harus bersatu dengan individu-individu lain. Dan itu akan terintegrasi dalam satu martabat kemanusiaan yang sama dan martabat manusia itu akan didukung oleh hal-hal yang lain, seperti keadilan, kedamaian, kerjasama, gotong royong dan sebagainya.

Oleh karena itu, negara ini harus dibangun secara bersama dalam satu kebersatuan dari kelima sila itu. Karena itu, setiap kita bekerja di kantor pemerintah, kantor swasta; sebenarnya itu adalah wujud nyata dari bagaimana kita menghargai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, Mufakat, Keadilan, dan sebagainya. Setiap kita, ketika melakukan pekerjaan hendaklah nilai-nilai inilah yang kita perjuangkan di dalam tindakan dan aksi sosial kita. Tidak hanya di kantor pemerintah tapi juga di tengah kehidupan masyarakat setiap hari.

Luar biasa penjelasan Bapak. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari masih banyak yang sulit membedakan antara Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila. Nah, bagaimana pandangan Ibu Ursula ?

Baik. Kalau bicara soal hari lahir itu artinya dimana Pancasila dicetuskan sebagai landasan dari sebuah Negara. Sedangkan kesaktian adalah sebuah ujian terhadap kekuatan Pancasila itu sendiri. Itu terjadinya di 1 Oktober. Kaum milenial perlu mengetahui bahwa tanggal 1 Juni dirayakan sebagai Hari Lahir Pancasila. Tanpa Pancasila tidak ada negara ini. Karena ada Pancasila maka ada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang masih eksis hingga hari ini. NKRI yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan antar golongan atau yang sering disingkat SARA. Karena itu, saya berharap agara kaum milenial sekarang ini harus lebih kreatif mengimplementasikan Pancasila dalam setiap pikiran, perkataan dan tindakan yang nyata.

Baik Ibu Ursula, terima kasih untuk penjelasannya.

Di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 seperti sekarang ini, menurut Bapak Kepala Biro bagaiaman kita memaknai Hari Lahir Pancasila di tengah pandemic Covid-19 yang penyebarannya sangat tinggi termasuk di Indonesia, dan juga NTT ?

Di sini konten dari lima sila ini diuji. Pada kesempatan di mana semua sektor kehidupan masyarakat dunia termasuk Indonesia dan NTT kolaps, di sini dibutuhkan suatu kesadaran bersama untuk bangkit kembali. Mari kita lihat satu per satu. Saat ini, kita melihat bahwa dengan adanya penyebaran virus corona ini masyarakat waspada. Dan juga protokol-protokol kesehatan yang harus dilakukan. Kemudian dalam suasana ini juga martabat manusia diuji. Solidaritas kemanusiaan, kerjasama, gotong royong, keadilan sosial, ketuhanan juga diuji.

Selama ini kita beribadah di Masjid, di Pura, di Gereja secara teratur, tetapi saat pandemic mau tidak mau kita harus ibadah dari rumah saja. Jadi Ketuhanan diuji. Nah, bagaimana ketakwaan kita kepada Tuhan? Apakah cukup kita hadir di Masjid, Gereja, Pura? Inilah ketakwaan kita diuji. Kita juga diuji kemanusiaan. Sejauh mana solidaritas kemanusaian kita tetap hidup dan berkembang saat ini. Kita melihat masyarakat solidaritasnya itu; tidak begitu gampangnya berbagai asosiasi; perorangan, individu lalu kemudian alumni saling membantu masker, sembako, alat pelindung diri, dan sebagainya. Itu salah satu aspek kemanusiaan yang kita harus junjung tinggi dan kita memberikan apresiasi kepada semua pihak yang sudah membantu meringankan beban sesamanya.

Lalu kemudian di situ kita lihat bahwa kita dituntut bersatu dan bekerja sama itu sila ke-3. Kita melihat kalau kita harus bersatu untuk menghadapi virus ini tidak hanya dengan mengikuti semua protokolnya dan itu berada dalam sila ke-4 saling menasehati supaya pakai masker; supaya menghindari kerumunan; supaya cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir; menjaga imun tubuh supaya tetap kuat. Nah, itu salah satu wujud nyata dari sila ke-4 menjunjung tinggi musyawarah mufakat. Jadi hendaklah di dalam masa pandemic ini tidak ada yang di luar kemufakatan misalnya acuh tak acuh; tidak peduli dengan protokol kesehatan, karena sangat berisiko ya dan juga tidak lama sampai pandemi ini aspek-aspek keadilan itu juga diuji ada begitu banyak bantuan pemerintah; Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Provinsi NTT, Pemerintahan Kabupaten/Kota yang sekarang pertanyaannya sejauh mana aspek-aspek ini bisa diwujudkan dalam bantuan itu sangat bergantung pada aparat kita baik di desa; di kabupaten; kecamatan maupun provinsi atau pun sampai Pemerintah Pusat; dimana bantuan-bantuan itu disalurkan kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya.

Nah, kita melihat di berbagai daerah begitu banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Di situ aspek keadilan terganggu atau terdistorsi. Kita mau mengatakan bahwa dalam masa pandemic Covid-19 ini eskalasinya luar biasa di berbagai negara termasuk Indonesia dan juga Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebetulnya kelima sila dalam Pancasila ini sedang diuji; aspek Ketuhanan, aspek Kemanusiaan, aspek Persatuannya; kebersatuannya, aspek Kemufakatannya kerakyatan; diuji. Itu semua diuji sejauh mana dan kita lihat ada kelebihan dan kekurangan dari praktek-praktek itu.

Mudah-mudahan Covid-19 ini juga mengajarkan kita berbagai hal. Mengajarkan kita tentang kebersihan. Kalau kita melihat dari foto-foto satelit NASA, keadaan planet bumi sebelum dan sesudah; wow kita melihat sebelum Covid-19 ini begitu kotornya planet bumi ini.

Lalu bagaimana menurut Ibu Ursula? Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari pandemi Covid-19 ini?

Kalau dari saya, masa pandemic Covid-19 ini mengajarkan kita tentang bagaimana dalam kebersamaan; Pancasila merupakan ideologi negara yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam kebhinekaan; suku bangsa, agama, ras, bahasa dan adat-istiadat. Di masa pandemic, kebhinekaan yang ada menjadi sebuah anugerah yang harus kita kelola secara beradab dan demokratis. Kebhinekaan membuktikan bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan. Dan ini terlihat bagaimana masing-masing bergotong-royong memberikan dukungan, bantuan tanpa melihat dari golongan mana, dari suku apa. Ini adalah bentuk-bentuk implementasi Pancasila sebagai ideologi bangsa kita.

Apa yang bisa kita wariskan ibu?

Saya pikir semangat dan upaya gotong royong yang selama ini sudah kita wujud-nyatakan dalam kehidupan sehari-hari; ini yang harus kita wariskan kepada anak cucu kita. Upaya-upaya pewarisan ini sebenarnya sudah ada; tinggal bagaimana anak cucu kita memahami dan mengimplementasikan lagi dalam kehidupan mereka dan dikembangkan hingga mereka dewasa dan paham bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah satu-satunya menjadi pegangan kita dalam berbangsa dan bernegara dalam situasi apapun termasuk di masa pandemic Covid-19 saat ini.

Lalu bagaimana dengan Bapak Karo?

Persis. Kita harus tetap jaga ideologi Pancasila dari setiap rongrongan atau ancaman juga gangguan dari ideologi manapun yang ada di dunia ini. Oleh karena itu, kita harus bersatu, membela, mempertahankan, menjaga nilai-nilai dan semua hal yang terkandung di Pancasila. Tentu masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke; dari Sangirtalaud hingga Rote Ndao; hidup damai walaupun pandemic Covid-19 tapi terlihat masing-masing provinsi hingga masyarakat yang ada di desa-desa saling gotong royong. Hal ini sangat terlihat jelas.

Nah, kalau kita buka sejarah, setiap seratus tahun virus itu muncul. Tahun 1914-1918 adalah perang dunia pertama di Eropa, sangat mengguncang dunia. lalu setelah perang dunia pertama muncul virus Spanyol yang menyebar ke berbagai negara dan hingga puluhan juta warga dunia yang meninggal.

Lalu kemudian, muncul kembali virus corona ini di tahun 2020; walaupun banyak isu bahwa ini senjata biologi. Namun kita melihat sejarah bahwa virus memang sudah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia. Khusus untuk masyarakat atau umat Kristiani semua yang terjadi ini telah tertulis (ada) di dalam Kitab Suci; melalui tulah-tulah, bagaimana Tuhan mangajarkan kita menjaga diri dan sebagainya. Semua sudah ada Kitab Suci juga di Al Qur’an. Ini semua kesempatan yang sangat baik bagi diri kita untuk merefleksikan tentang bagaimana virus corona ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Jika kita hubungkan dengan sila-sila Pancasila, inilah kesempatan kita untuk mewujudkan lima sila tersebut.

Badan Kesbangpol Provinsi NTT sebagai salah satu organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkup Pemerintah Provinsi NTT yang bertugas memberdayakan masyarakat di bidang sosial politik, dan keamanan tentu punya wewenang yang besar sekali untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat. Atau bagaimana menurut Ibu Ursula ?

Berbagai upaya untuk “menyegarkan” Pancasila terus kami lakukan dalam berbagai bentuk. Ada kegiatan sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk menguatkan kembali nilai-nilai ideologi Pancasila itu sendiri. Untuk tahun ini, tanggal 1 Juni 2020 Badan Kesbangpol NTT telah menghimpun berbagai komitmen dari seluruh pimpinan daerah, pimpinana organisasi perangkat daerah di Provinsi NTT dalam mewujudkan Pancasila di bidang tugasnya masing-masing.

Karena itu, para pendengar Radio Swara NTT, tunggu tanggal 1 Juni 2020 kami akan mempublikasikan komitmen-komitmen para pimpinana NTT, Bapak Gubernur NTT, Bapak Wakil Gubernur NTT, Bapak Sekda Provinsi NTT dan semua pimpinan organisasi perangkat daerah lainnya.

Luar biasa sekali. Baik Bapak Kepala Biro dan Ibu Kabid terkait dengan hari lahir Pancasila ini tentu ada pesan-pesan atau harapan-harapan bagi masyarakat khususnya para pendengar setia Radio Swara NTT di manapun berada?

Silakan Ibu Ursula
Bapak/Ibu dan juga generasi muda para generasi milenial yang saya kasihi; Pancasila tidak saja untuk disebutkan tetapi perlu diwujud-nyatakan dalam tindakan dan upaya-upaya gotong royong adalah wujud dari pelaksanaan Pancasila itu sendiri.

Lalu bagaimana menurut Bapak Kepala Biro?

Baik, yang pertama; beberapa hari lalu kita sudah umumkan bahwa Bapak Gubernur telah memberikan kebijakan yakni pada tanggal 15 Juni 2020 seluruh tata kelola pemerintah, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di Provinsi NTT dibuka kembali. Ya, kecuali untuk sekolah mulai SD sampai SMA itu baru bulan Juli mendatang. Tetapi semua sektor yang lain hotel, restoran, transportasi darat, laut, udara, dan semua unit pemerintahan mulai dari provinsi sampai dengan desa itu semua diaktifkan kembali.

Meski demikian kami mengimbau kepada seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk selalu taat dan patuh serta mengikuti protokol kesehatan baik yang ditetapkan oleh WHO maupun otoritas pemerintah. Per tanggal 15 Juni 2020 semua dibuka tapi bukan berarti melonggarkan protokol kesehatan. Tidak! Kita tetap pakai masker, cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, tidak ada di dalam kerumunan sekaligus tidak menciptakan kerumunan. Menjaga jarak; social distancing dan physical distancing.

Tentu kita memberikan apresiasi yang tinggi kepada Badan Kesbangpol Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah menyiapkan berbagai hal untuk memperingati hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2020. (Advetorial kerjasama Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT dengan mediantt.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *