TESTIMONI PASIEN O1 dan SUDUT PANDANG PSIKOLOGIS

by -230 views

Oleh Abdy Keraf, S.Psi, M.Si, M.Psi, Psikolog. Dosen Tetap FKM Undana, Ketua Program Studi Psikologi

KETIKA membuka akun Facebook saya, kemudian menelusuri sejumlah status teman-teman di media ini yang selalu ramai dengan bermacam hal tentang covid19, kali ini saya menemukan ada beragam tanggapan terkait Testimoni Sdr. EYS berkenaan dengan statusnya sebagai Pasien Covid19 (Pasien 01)

Beragan respon saya baca, termasuk komentar-komentar lepas di beberapa grup WA. Ada yang memberikan respon positif tapi ada juga yang merespon secara negatif. Yang merespon positif tentu memberikan dukungan dan doa, serta berbagai kata-kata pujian dan penghiburan serta motivasi terhadap EYS terkait keberaniannya dalam melakukan testimoni yang seketika viral di jagad sosial media di NTT itu, serta terkait STATUSnya sebagai Pasien 01 Covid19.

Yang memberi tanggapan negatif, tentu banyak kata-kata hujatan, dan cemoohan serta reaksi verbal yang menyalahkan EYS terkait ketidakpatuhan EYS selama masa KARANTINIA Mandiri, bahkan tentang TESTIMONI yang dilakukan oleh EYS melalui akun youtube pribadinya dan dianggap sebagai “pembohongan publik”, satu bentuk “ketidakjujuran” dan bahkan “pencitraan” (kaya ijin paling banyak digunakan).

Terlepas dari kedua bentuk respon, saya memandang bahwa TESTIMONI EYS yang viral itu, memberikan keuntungan Psikologis bagi masyarakat NTT. Saya berpandangan bahwa ada beberapa hal yang dapat menjadi catatan psikollogis terkait itu, antara lain :

TESTIMONI EYS, MEREDUKSI KECEMASAN MASAL

Dengan Testimoni itu, terjawab sudah rasa penasaran di pikiran kita, bahwa KITA ORANG NTT tidak KEBAL COVID 19. Iklim, cuaca, adat dan budaya, serta berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk pangan lokal, dan sebagainya, bukanlah jaminan bagi kita untuk BEBAS dari Covid-19.

Suasana psikologis yang mencekam selama beberapa pekan terkait Data Pasien Covid19 yang masih NUL, kini terjawab. Artinya, kita tidak lagi berada dalam kondisi psikologis seolah-olah “Harap-Harap Cemas” (H2C), antara “ada dan tiada”, tapi kini semua berubah menjadi Nyata, terlihat, terdeteksi dan bahkan dapat dikendalikan dengan secara bertahap.

Situasi ini menguntungkan psikologis kita, karena kita menjadi tahu bahwa “musuh” atau “ancaman” yang bernama Corona Virus itu, bukan lagi TAK NYATA, bukan lagi sesuatu yang SEMU; yang ABSURD, bukan pula MIMPI yang TAK kunjung BERWUJUD, namun musuh NYATA, yang ADA, dan yang bisa menjangkit siapa saja diantara kita, bergantung perilaku KEPATUHAN kita masing-masing yang diawali dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan terkecil lainnya.

Dengan demikian, yang tadinya kita berada pada situasi CEMAS secara MASIF, yang seakan-akan menantikan kapan, siapa, dimana dan bagaimana dimulai titik penyebaran Covid19 itu di Provinsi NTT kita ini, sambil terus membangun pikiran-pikiran kita dengan skenario-skenario terburuk karena “musuh yang tidak tampak” atau yang semu itu, kini sedikit tereduksi dan menciptakan situasi “kehati-hatian” yang lebih bisa dideskripsikan, dikendalikan, serta diprediksikan.

TESTIMONI EYS dan DAMPAK PADA PERILAKU IMUNITAS MASYARAKAT

Dengan adanya Pasien 01 ini, yang jelas tergambar dari pengakuan EYS, maka secara psikologis akan semakin meningkatkan perilaku imunitas di tengah masyarakat. Ini artinya, TESTIMONI EYS, adalah salah satu REINFORCEMENT yang akan meningkatkan Perilaku IMUNITAS, berupa ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap berbagai himbauan yang selama ini terkesan masih belum direspon secara maksimal.

Hal yang paling berwujud, adalah meningkatkan “kewaspadaan”, atau “kehati-hatian”, sehingga dengan sendirinya menjadi “warning”, atau “rambu-rambu”, atau semacam peringatan atau “alarm” yang harus terus berdering untuk MENYUARAKAN dan MENGINGATKAN kita semua untuk TETAP BERPERILAKU PATUH, pada semua HIMBAUAN Positif, jika memang ingin segera mengakhiri situasi pandemik ini.

TESTIMONI EYS dan PESAN POSITIF

Testimoni EYS, memberikan dan membangun PESAN POSITIF di tengah KEGALAUAN masyarakat yang majemuk dengan respon psikologis yang beragam pada setiap orang terkait pandemik Covid19 ini.

Apa yang dilakukan oleh EYS terkait testimoninya, sebenarnya adalah wujud kegelisahan EYS dan mungkin juga banyak orang lainnya, bahwa menjadi pasien Covid19, maka selain berperang melawan “malaikat maut”, tapi juga sekaligus berjuang melawan “punishment” yang berat dan lingkungan. “Ia” akan menjadi seolah seperti seorang terdakwa, “pesakitan”, yang harus merencanakan “pembelaan” yang oleh publik disebut sebagai “pencitraan”.

Pada situasi ini, kita perlu merubah cara berpikir kita tentang pasien positif Covid19. Memerangi covid bukan saja pada pencegahan, tapi juga membangun kembali psikologis masyarakat yang “luluh lantak” akibat paparan Covid19. Inilah kerja keras kita bersama. Semua disiplin ilmu, semua tingkatan pendidikan, semua profesionalisme, dan keterampilan, perlu dioptimalkan untuk bisa membangun kembali “keruntuhan” psikologi masyarakat. Maka pilihan terbaik adalah perang melawan VIRUS, bukan melawan PENDERITANYA.

TESTIMONI EYS dan JALAN TERBUKA BAGI YANG LAIN

Secara psikologis, testimoni EYS membuka jalan bagi yang lain dalam tingkatan STATUS mereka terkait wabah ini (PDP, ODP, dll) termasuk anggota keluarga mereka, bahwa mendapat status terkait pandemik ini, TIDAK HARUS menghukum diri dan merasa bahwa ini adalah AIB pribadi atau AIB KELUARGA yang harus disembunyikan, karena khawatir akan diancam, dikucilkan, didiskriminasikan, dan sebagainya.

Testimoni EYS menjadi penguat POSITIF bagi penderita lainnya (semoga tidak ada), bahwa menjadi Pasien Positif C19, tidak harus menjadi stres, gelisah, cemas , dan sebagainya. Bahwa HARAPAN itu ada, NYATA, dan juga DAPAT diupayakan dengan kesungguhan. Sebab, kekuatan IMUNITAS psikologis pada Pasien Covid 19, adalah KESEHATAN MENTAL dan DUKUNGAN SOSIAL. Karena itu, siapapun dia, keluarganya, kerabat, sahabat, dan anggota masyarakatnya, haruslah saling memberikan DUKUNGAN dalam rantai RELASI SOSIAL berdasarkan budaya dan kearifan lokal masing-masing daerah dengan memanfaatkan media sosial yaang menembus batas sekat ini.

Yang dilakukan oleh EYS menunjukkkan bahwa tak PERLU ADA tindakan DISKRIMINASI, tak perlu ada gerakan isolasi dan pengasingan oleh SOSIAL, sebab dengan sendirinya sesuai protap penanganan Pasien Covid19, maka sudah akan terisolasi, mendapatkan perlakukan khusus, dan sebagainya. Karena itu, pesan bagi kita semua, bahwa para pasien tidak membutuhkan HAKIM bagi diri mereka, tapi membutuhkan dukungan, itu pun jika kita berkenan. Jika tidak, toh hanya mereka dan para medis yang akan berjuang melawan Covid-19 dalam tubuh mereka, dengan HARAPAN akan terus SEHAT dan HIDUP. (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *