Menko Polhukam Wiranto Ditusuk dengan Belati dan Gunting

by -165 views

PANDEGLANG – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto ditusuk orang tak dikenal hari ini, Kamis (10/10/2019), menggunakan senjata belati dan gunting.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan bahwa pelaku sudah saat ini sudah ditangkap. “Ya, pelaku sudah diamankan. Kapolda ada di TKP. Saat ini sedang diperiksa dulu,” kata Dedi ketika dikonfirmasi.

Seorang Warga, Aduy (30) mengatakan, Wiranto menjadi sasaran pertama yang ditusuk oleh pelaku pria. Wiranto langsung jatuh tersungkur seusai mendapat serangan.

Menurut Aduy, Kapolsek yang berada di sebelah Wiranto langsung mengamankan pelaku. Namun, Dariyanto yang mencoba menghalau pria tersebut ditusuk oleh pelaku lain di bagian punggung.

“Yang tusuk Wiranto laki -laki, ditarik sama Kapolsek pelakunya. Pelaku lainnya yang perempuan langsung tusuk Kapolsek,” kata Aduy kepada Kompas.com di Alun – alun Menes.

Pelaku Pura-pura Bersalaman

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Dedi Prasetyo, saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri mengatakan, pelaku penusukan mendekati Wiranto dengan berpura-pura sebagai warga yang hendak bersalaman.

“Ya pelaku mencoba bersalaman seperti warga bertemu pejabat,” kata Dedi, Kamis (10/10/2019) siang.

Ia mengatakan, pelaku penusukan Wiranto sudah mempersiapkan aksinya. Saat ini polisi sedang mendalami jenis senjata tajam yang digunakan oleh pelaku.

“Sedang kami dalami apakah berbentuk pisau atau semacam gunting, tapi yang jelas ini sudah dipersiapkan oleh kedua pelaku tersebut,” kata Dedi.

Pasangan Suami Istri

Pelaku penyerangan Wiranto adalah pasangan suami istri, SA dan FA. Mereka tinggal di kontrakan milik Usep di Desa Kampung Sawah, Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, sejak bulan Februari 2019.

SA adalah pria kelahiran Medan dan sang istri berinsial FA berasal dari Brebes.

Mulyadi, Ketua RT 004 RW 001, Kampung Sawah Gang Kenari, Desa Menes, Kecamatan Menes, Pandeglang, mengatakan pelaku penusukan Wiranto yang tinggal di wilayahnya memgaku bekerja di bisnis online.

“Bisnis online. Pernah bawa jualan pakaian anak-anak. Saya sebagai tetangga enggak punya curiga apa-apa,” kata Mulyadi.

Pakai Senjata Belati dan Gunting

Sementara itu, Kapolda Banten Irjen Pol Tomsi Tohir menyebut kedua pelaku menggunakan dua senjata berbeda saat beraksi menusuk Kemenko Polhukam Wiranto.

“Laki-laki dalam bentuk belati, perempuan gunting,” kata Kapolda Banten.

Kedua pelaku, kata Kapolda, memiliki tugas yang berbeda-beda. Pelaku laki-laki menusuk Wiranto terlebih dahulu dan pelaku perempuan menusuk Kapolsek Menes Kompol Dariyanto di bagian punggung.

Ajudan Wiranto Terluka

Selain Wiranto dan Kapolsek Menes, terdapat korban lain yang juga tekena senjata tajam yakni ajudan Wiranto dan tokoh masyarakat Fuad Syauki. Namun keduanya hanya dilakukan rawat jalan.

Kapolda mengatakan peristiwa penusukan terjadi saat Wiranto hendak kembali ke Jakarta menggunakan helipad setelah mengisi acara dari sebuah Universitas Mathla’ul Anwar Pandeglang.

Penjagaan terhadap Wiranto, kata Kapolda, sudah dilakukan, namun tiba-tiba ada dua masyarakat yang merupakan pasutri menerobos penjagaan.

“Kemudian melakukan upaya penganiayaan terhadap beliau, berhasil dicegah namun tidak sepenuhnya, sehingga beliau mengalami luka penusukan, namun dalam keadaan stabil dan sadar, saat ini kondisinya baik,” kata dia.

Usai ditusuk, Wiranto sempat dilarikan ke Klinik Menes Medika Center, sebelum dibawa ke RS Berkah Pandeglang dan kemudian dipindah ke RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Intel Pantau Pergerakan Pelaku

Secara terpisah, Kepala Badan intelijen Negara Budi Gunawan memastikan pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto tergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Mantan Wakapolri ini menjelaskan, BIN telah memantau pergerakan kelompok ini. “Ini sudah pasti dari kelompok jaringan JAD, khususnya jaringan JAD Bekasi. Kita sudah pantau khusus pelaku ini tiga bulan yang lalu kan pindah dari Kediri ke Bogor, kemudian dari Bogor pindah ke Menes (Banten),” ucap Budi saat keluar dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (10/10/2019).

Budi Gunawan mengatakan, jaringan JAD banyak tumbuh di tengah masyarakat. Untuk itu, dia berharap masyarakat ikut mengawasi perkembangan jaringan tersebut.

“Memang sel-sel seperti ini cukup banyak sehingga kami mengimbau agar masyarakat tidak ikut dan turut memantau mengawasi sel-sel seperti ini,” ucap dia. (*/jdz)