FEATURE : Masih Ada Negara di Tapal Batas Oepoli

by -226 views

“Ini juga Indonesia loh!” begitu kata Dandim 1604/Kupang, Letkol Kav FX Aprilian Setyo Wicaksono, S,Sos, ketika memaparkan kondisi Oepoli, yang menjadi sasaran TMMD ke-105 tahun 2019 kepada wartawan. Di wilayah tapal batas dengan Distrik Oekusi, Timor Leste itu, rakyatnya masih tertinggal dan terisolir. Indonesia sudah merdeka 74 tahun, tapi mereka merasa belum merdeka. Jalan tak memadai. Pintu perlintasan batas negara juga seadanya. Orang-orang bahkan bisa melintas sesukanya. Rakyat belum merasakan kehadiran pemerintah. Mereka belum punya rasa bangga pada Tanah Airnya. Mengapa?

SELASA, 9 Juli 2019. Wartawan yang meliput TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-105 Tahun 2019 di Tapal Batas Oepoli, mulai bergerak ke Desa Netemnanu, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang. Jalur jalan sepanjang kurang lebih 184 km dari Kota Kupang itu, amat memprihatinkan. Jalan berbatu dengan pendakian yang curam, juga melintasi beberapa kali besar, sangat menguji adrenalin. Setelah melintasi dua wilayah kabupaten, TTS dan TTU, wartawan pun tiba di lokasi TMMD, Oepoli.

Di tapal batas Oepoli, daerah yang berbatasan langsung dengan Distrik Oekusi, Timor Leste, menjadi homebase pelaksanaan TMMD 2019, dibawah tanggungjawab Kodim 1604/Kupang. Penduduk Oepoli, Desa Netamnunu Utara, terus bergeliat dalam dinamika keseharian hidup tanpa ada perasaan irih terhadap wilayah lain dalam pemerintahan Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sarana dan prasarana umum pun masih perlu pembenahan amat serius. Akses jalan menuju dan dari Oepoli ke Oelamasi, ibukota Kabupaten Kupang, sangat jauh dari layak. Amat memprihatinkan; melintasi bukit, gunung dan kali, dengan lama perjalanan kurang lebih 12 jam. Jarak tempuh yang seharusnya bisa dikurangi jika jalan berlubang dan berbatu itu bisa diaspal.

“Bapak Wartawan bisa merasakan dan mengalami sendiri perjalanan yang sangat lama dan melelahkan dari Kupang ke Oepoli. Itulah keseharian warga di wilayah perbatasan ini. Siapa yang mau peduli? Pemerintah Kabupaten Kupang tidak pernah melihat kami. Hanya tentara yang hadir memberi perhatian. Tolong tulis biar pemerintah pusat baca dan memperhatikan kami,” tutur Gregorius Parera, 65 tahun, kepada mediantt.com, di sela-sela pembukaan TMMD ke-105 di Lapangan SMP San Daniel Oepoli, Desa Netamnunu Utara, Rabu, 10 Juli 2019.

Menyadari keberadaan warga perbatasan yang masih memprihatinkan, karena terisolir dan tertinggal, TNI hadir dan menunjukkan bahwa negara juga hadir untuk warga di tapal batas. TNI berkepentingan karena kedaulatan NKRI sejatinya juga harus tercermin dari kehidupan warga perbatasan yang layak. Sebab itulah potret sesungguhnya dari wajah depan NKRI. Karena itu, apa yang tidak bisa dijamah dan dijangkau oleh pemerintah, TNI berusaha hadir memberi sentuhan pembangunan agar keadilan sosial juga dirasakan warga tapal batas. Wujud konkritnya adalah melalui TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).

Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak saja bertugas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai gangguan dan ancaman, tapi juga turut membantu percepatan pembangunan, terutama di daerah terisolir dan terpencil. “TMMD terdiri dari Bhakti TNI, Operasi Bhakti TNI dan Karya Bhakti TNI. Kehadiran tentara juga membantu percepatan pembangunan di wilayah terpencil dan terisolir. Kami membantu pemerintah daerah dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik. Artinya, apa yang tidak bisa dilakukan pemerintah, bisa dilakukan oleh TNI melalui program TMMD,” tegas Dandim Letkol Kavaleri FX Aprilian Setyo Wicaksono kepada wartawan di Markas Kodim Kupang, Sabtu (6/7/2019).

Dandim Wicaksono benar. Menurut penuturan tokoh adat Amfoang Timur, Amadeo Sonbai, kehadiran TNI di daerah perbatasan RI dengan Distrik Oekusi Timor Leste, adalah wujud nyata kehadiran negara untuk warganya, yang selama ini merasa didiskriminasi. Bagi warga di tapal batas Oepoli, kehadiran TNI melalui program TMMD ke 105 tahun 2019, bukan hal baru. Sebab, bagi mereka hanya TNI yang bisa menjangkau rakyat di daerah perbatasan terpencil dan terisoliasi di Amfoang Timur.

“Rakyat di wilayah Amfoang Timur sangat dekat dengan TNI khususnya dari Kodim 1604/Kupang. TNI selalu ada di setiap kesulitan rakyat. Mereka hadir dengan program yang langsung menyentuh kehidupan rakyat. Jadi kami merasa hanya TNI yang bisa menjangkau kami (rakyat) di wilayah terpencil ini,” tegas Amadeo Sonbai kepada mediantt.com di Oepoli, Rabu (10/7), usai pembukaan TMMD ke-105 tahun 2019.

Blak-blakan ia berkata, Pemerintah Kabupaten Kupang jarang sekali melihat rakyatnya di Amfoang Timur. Porsi pembangunan pun hampir tidak menyentuh rakyat di wilayah perbatasan dengan Distrik Oekusi itu. “Yang rakyat lihat ada di sini hanya prajurit TNI yang ditugaskan menjaga perbatasan, baik itu Angkatan Darat yang menjaga perbatasan maupun Angkatan Laut yang menjaga Pulau Batek,” kata tokoh adat yang sangat berpengaruh itu.

Karena itu, menurut dia, rakyat merasa ada perhatian dan kepedulian negara (pemerintah) melalui kehadiran TNI, dengan program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD). Dan, ini tahun kedua TNI melaksanakan TMMD di Amfoang Timur, khususnya di Desa Netemnanu Utara dan Desa Nunuana. “Dengan adanya TMMD kami merasa diperhatikan oleh negara. Negara kita sudah merdeka 74 tahun tapi kami merasa belum merdeka dalam segala aspek pembangunan. Jadi kami minta ada perhatian pemerintah demi pemerataan pembangunan,” tegas Amadeo Sonbai.

Tokoh adat lainnya, Tom Kameo, juga berharap pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam hal ini Kabupaten Kupang dan Provinsi NTT, melihat keberadaan masyarakat di wilayah perbatasan ini sebagai warga NKRI untuk diperlakukan secara layak seperti daerah lain. “Kita sudah merdeka puluhan tahun tapi kami masih belum merasakan ada perlakuan yang adil dari pemerintah. TNI yang selalu ada bersama dan membantu kami adalah bagian dari negara, tapi dimana pemerintah. Kami butuh pemerintah untuk membangun di wilayah perbatasan ini,” harap Tom Kameo.

Kecemasan tokoh adat Amfoang Timur itu mendapat peneguhan dari Dandim 1604/Kupang, Letkol Kav FX Aprilian Setyo Wicaksono. Dandim mengatakan, sebagai anak kandung rakyat, TNI merasa bertanggungjawab terhadap kehidupan masyarakat Indonesia di wilayah tapal batas, yang masih terisolir dan tertinggal. TNI hadir dan membangun bersama rakyat di wilayah itu untuk menunjukkan bahwa negara juga tetap ada dan memberi perhatian.

“Pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 2019 untuk membantu percepatan pembangunan di Kecamatan Amfoang Timur yang berbatasan dengan Timor Leste. Sasaran utama yang kami incar yaitu membantu pemerintah daerah untuk percepatan pembangunan di wilayah perbatasan,” tegas Dandim asal Malang ini.

Menurut Dandim Wicaksono, penentuan lokasi TMMD 2019 di Kecamatan Amfoang Timur sendiri berdasarkan skala prioritas di antara delapan kecamatan lain di Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan Timor Leste. Alasannya, sebut dia, wilayah Kecamatan Amfoang Timur juga masih ada titik wilayah yang disengketakan (Natuka) antara Indonesia dengan negara tetangga, Timor Leste.

“Untuk itu, kehadiran TNI melalui TMMD ingin menunjukkan kepada masyarakat di wilayah perbatasan bawah mereka tidak berjalan sendiri untuk membangun daerah. Kamilah yang mewakili pemerintah hadir untuk membangun wilayah ini, paling tidak masyarakat terbangun morilnya, bahwa di wilayah perbatasan yang dikatakan sebagai terpencil, tetap ada perhatian pemerintah (negara). Sasaran kami di daerah yang dibilang terpelosok, dan terpencil sulit, di sanalah kami hadir membantu pemerintah daerah,” tegas Dandim Wicaksono.

Butuh Sentuhan Pembangunan

Tokoh agama pun membenarkan kalau kehidupan warga Indonesia di daerah Oepoli yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste, masih sangat memprihatinkan. Sentuhan pembangunan masih minim. Karena itu, masyarakat di tapal batas itu cuma butuh sentuhan pembangunan. Artinya, keadilan sosial harus diberikan kepada mereka, yang menjadi wajah depan NKRI.

“Warga di daerah yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste itu masih butuh banyak perhatian pembangunan dari pemerintah. Karena ada banyak aspek pembangunan di perbatasan yang masih memprihatinkan. Kondisi saat ini hampir semua aspek masih sangat terbatas,” kata tokoh agama yang juga Pastor Paroki Santa Maria Mater Dei Oepoli, Romo Yoseph Binsasi Pr, kepada wartawan usai pembukaan TMMD ke-105 tahun 2019 di Lapangan SMP San Daniel Oepoli, Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Timur, Rabu (10/7).

Padahal, menurut dia, masyarakat di Amfoang Timur memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah, terutama dari sektor pertanian, peternakan, dan kelautan. Akan tetapi, semua potensi ini belum dimanfaatkan secara baik untuk kemajuan dan kesejahteraan daerah perbatasan agar sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia.

“Ini yang membuat warga mengeluh bahwa mereka belum merasakan masa kebebasan meskipun negara (Indonesia) kita sudah merdeka selama puluhan tahun,” ujarnya.

Di sisi lain, sebut dia, kondisi sarana prasarana, infrastruktur yang memang masih terbatas sehingga warga masih sulit keluar dari keterisolasian.“Gereja juga terus berjuang menyadarkan warga bahwa mereka masih dan tetap menjadi bagian dari NKRI meskipun banyak aspek pembangunan yang belum bisa dinikmati,” tutur Rohaniwan Katolik itu.

Romo Yos juga menjelaskan, pembangunan infrasruktur yang dirasakan warga di wilayah perbatasan lebih banyak disentuh melalui kegiatan TNI. Salah satunya, pembangunan yang diwujudkan melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang digelar selama beberapa tahun terakhir.

Ia mencontohkan, beberapa fasilitas keagamaan yang dibangun melalui TMMD 2019 di antaranya dua rumah pastoral dan satu gereja dan diikuti dengan sosialisi tentang berbagai hal untuk pembangunan sumber daya manusia. “Ini menjadi salah satu bentuk nyata kehadiran negara, namun masih terbatas sehingga kita berharap ini menjadi pintu masuk agar pemerintah lebih gencar lagi membangun perbatasan,” katanya.

Pernyataan senada diungkapkan Pastor Paroki Naikliu, Romo Meks, Pr. Ia mengatakan, masyarakat di wilayah batas itu merasa tidak mendapat perhatian dari pemerintah. “Yang mereka lihat dan betul-betul membantu hanya TNI, di mana peran pemerintah. Karena itu, rakyat butuh perhatian pemerintah,” kata Romo Meks.

Menurut dia, meski belum mendapat sentuhan pembangunan yang baik tapi rakyat di wilayah batas itu tetap setia kepada NKRI, karena ada TNI yang selalu hadir membantu. “Ini yang harus dilihat oleh pemerintah. Jangan tutup mata sebelum terjadi hal-hal yang merugikan,” harap Romo Meks.

Warga Oepoli, Desa Netemananu, Yosep Taninas, pun berterima kasih atas kehadiran TNI melalui program Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-105 tahun 2019. Warga malah meminta TNI untuk menggelar TMMD setiap tahun dan lebih khusus membangun sarana pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). “Kami sangat berterima kasih kepada TNI yang telah membantu dan memperhatikan pembangunan di daerah kami, khususnya pembangunan tempat ibadah Gereja, dan rumah pastoran,” kata Taninas, yang sehari-hari bekerja sebagai petani.

Ia berharap, kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa bisa dilaksanakan setiap tahun. “Selain membangun tempat ibadah, kami mohon sarana pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) juga diperhatikan,” kata Yosep yang juga Ketua Kelompok Umat Basis ini.

Anggaran Terbatas

Sekretaris Daerah Kabupaten Kupang, Obet Laha kepada wartawan usai membuka TMMD ke-105 Tahun 2019 di Oepoli, Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Timur, menampik tudingan tidak adanya perhatian pemerintah di wilayah tapal batas itu. Ia jujur mengakui Pemkab Kupang memiliki keterbatasan anggaran sehingga belum bisa memberikan keadilan dan pemerataan pembangunan secara signifikan untuk masyarakat di wilayah Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, Timor Leste.

“Pemerintah bukannya tidak memberikan perhatian. Sebagai bagian integral dari Kabupaten Kupang kita tentu memberikan perhatian tapi tentu kita sesuaikan dengan anggaran, yang memang sangat terbatas. Tapi kita akan bicarakan ini dengan DPRD,” kata Sekda Obet.

Ia juga mengapresiasi penyelenggaraan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 2019, yang kali ini fokus membangun sejumlah fasilitas keagamaan di Kecamatan Amfoang Timur. “Kami mengapresiasi dan berterima kasih kepada Kodim 1604/Kupang yang mengambil langka mempercepat pembangunan berupa fasilitas keagamaan di wilayah perbatasan ini,” katanya.

Ia mengatakan, pembangunan sejumlah fasilitas keagamaan telah dilakukan secara cepat dan tepat oleh TNI bersama warga di wilayah perbatasan dengan negara Timor Leste itu. “Dengan upaya seperti ini maka kita tidak terlambat dalam membangun wilayah perbatasan,” ujarnya.

Menurut Sekda, apa yang dilakukan TNI menunjukkan bahwa pemerintah tanggap terhadap pembangunan itu sendiri melalui lintas sektor yang ada. “Kami berharap kerja sama pembangunan antara pemerintah daerah dan TNI melalui kegiatan TMMD terus dilakukan secara berkelanjutan,” katanya.

Ia juga meminta masyarakat di wilayah perbatasan yang menjadi sasaran TMMD 2019 agar memelihara dan memanfaatkan hasil pembangunan tersebut secara baik. “Bantuan ini perlu terus dijaga untuk mendukung aktivitas keagamaan warga, selain itu juga yang penting juga untuk memperkuat pembangunan sumber daya manusia di perbatasan ini,” tegas Sekda Obet, mengingatkan.

Akademisi dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, Martinus Metboki, yang juga menghadiri pembukaan TMMD 2019 di Oepoli, menyatakan prihatin atas sarana dan prasarana di tapal batas yang masih jauh dari layak. “Ini daerah perbatasan yang adalah wajah depan negara, harusnya pemerintah memberikan perhatian lebih sehingga tidak ada kecemburuan sosial dengan warga di negara tetangga yang adalah saudara sendiri juga. Masyarakat harus segera dikeluarkan dari situasi mereka yang terpencil dan tertinggal. Pemerintah dalam hal ini negara harus hadir dengan sentuhan pembangunan. Kita harus berterima kasih kepada TNI yang telah memberi perhatian sekaligus menunjukkan bahwa masih ada negara di wilayah tapal batas ini,” kata pendamping mahasiswa KKN di Desa Netemnanu Utara dan Desa Nunuana, Kecamatan Amfoang Timur ini.

Apapun argumentasinya, negara tetap hadir di tapal batas Oepoli. Apalagi, Dandim Wicaksono sudah menandaskan, kehadiran TNI melalui kegiatan TMMD ingin menunjukkan kepada masyarakat di wilayah perbatasan bawah mereka tidak berjalan sendiri untuk membangun daerahnya.

“Kamilah yang mewakili pemerintah hadir untuk membangun wilayah ini, paling tidak masyarakat terbangun morilnya, bahwa di wilayah perbatasan yang dikatakan sebagai terpencil, tetap ada perhatian pemerintah. Sasaran kami di daerah yang dibilang terpelosok, terpencil sulit, di sanalah kami hadir membantu pemerintah daerah,” tegas Dandim asal Malang ini. (josh diaz)

Ket Foto : Anggota TNI dibantu warga Oepoli sedang menyelesaikan pekerjaan fisik Rumah Pastori.