TAGAWITI – Bersama Program Pansimas Kepala Desa Tagawiti bersama masyarakatnya pada tahun anggaran 2018 nekad dan berani mengambil langkah membangun infrastruktur jaringan air tanpa terkoneksi dengan sumber air.
Di Desa Tagawiti jaringan air minum dibangun sampai pemasangan kran dan meteran di rumah-rumah warga. Pembangunan Jaringan air minum tersebut kini telah rampung dan akan mulai dinikmati masyarakat yang seremonial pengresmiannya ditandai dengan pemutaran kran air di samping kantor Desa Tagawiti oleh Wakil Bupati Lembata Thomas Ola dalam kunjungan kerjanya bersama pimpinan OPD ke desa tersebut, Kamis, 28 Pebruari 2019.
Kepala Desa Tagawiti Ismail Unu menyatakan, apapun yang terjadi kebutuhan dasar masyarakat berupa air bersih harus terpenuhi. “Saya terinspirasi bersama Program Pansimas dan pandimpingan dari petugasnya.
“Kami buat dengan Alokasi dana 350 juta dari APBDII, kami sepakati untuk berswadaya murni senilai 20 juta dari masyarakat lalu swadaya dari aspek tenaga kerja senilai 80 juta hingga total biaya mencapai 550 Juta,” tuturnya.
Ia menegaskan, kami harus beli mobil tengkinya untuk mengambil air setiap hari, mengisi bak penampung lalu kami alirkan kekeluarga secara bergilir setiap hari. Dengan adanya meteran pada setiap kran, tiap kepala kelurga akan berkontribusi sesuai volume pemakaian air dan hasilnya mudah-mudahan bisa terus berjalan agar pelayanan pada masyarakat terus ada,” harapnya.
Anggota DPRD Lembata Hasan Baha,SE di Tagawiti menyatakan ini adalah kenekatan Kepala desa dan jajarannya mengambil langka berani untuk membangun jaringan air minum tanpa terkoneksi dengan jaringan sumber mata air.
Menurutnya, upaya ini merupakan langka maju dalam pemerintahan desa mendukung kebijakan daerah mengatasi kesulitan sumber air bersih di 5 desa di Kecamatan Ile Ape. Ia merincikan pada tahun 2018 bersama pemerintah Kabupaten Lembata telah disepakati dana dari APBD II senilai 350.juta untuk membangun 22a Pemerintah dan Lembaga DPRD akan dialokasikan dana lagi untuk membangun jaringan sampai di Tagawiti dan 5 desa di tanjung.
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola dalam arahannya menegaskan, masalah kesulitan air minum bagi masyarakat bukan saja jauh tapi memang dari dulu sumber air itu tidak ada. Sejak kami ada, kami selalu mengkonsumsi air asin dan ini berdampak buruk terhadap gigi kami yang berkarat,” katanya.
Menurut Wabup Ola, keberanian untuk memulai membangun bak penampung dan saluran air menuju rumah warga walaupun tanpa ada jaringan sumber air adalah sebuah inovasi dan keberanian untuk keluar dari masalah.
“Airnya dekat namun sumbernya masih jauh, di Waimuda, di Lite dan Kalikasa,” ungkapnya.
Yang terpenting ke depan, menurut Wabup Ola, adalah bagaimana merawat jaringan. Dicontohkan, kadang pipa itu patah butuh biaya Rp 100.000 saja terkadang tidak diperhatikan, akibatnya tidak berfungsi lagi seluruh jaringan yang bernilai 1 miliar. Manajemen harus berjalan, ada sejumlah biaya operasional harus terus keluar agar air terus terisi supaya dialirkan. Dengan demikian mari kita berkontribusi dengan iuran setiap bulan agar jaringan bisa terawat, ajaknya. (humas setda lembata)