ATAMBUA, mediantt.com – Setelah kurang lebih satu bulan mengelilingi NTT untuk deklarasi politik, pasangan Victory-Joss yang diusung Nasdem, Golkar, Hanura dan PPP, akhirnya menuntaskan safari politik ini di Atambua, Kabupaten Belu, Jumat (9/2/2018). Selama deklarasi itu, massa yang hadir puluhan ribu orang. Sebuah kerja politik yang sukses memobilisasi masyarakat untuk mendapat pencerahan dan pendidikan politik dari Victory-Joss, meski dikritik sejumlah kalangan.
Yang menarik, di akhir deklarasi itu Viktor Laiskodat seakan menampik tudingan dan kritik sejumlah kalangan, dengan tegas menyatakan bahwa di era milenium ini, teknologi yang sudah canggih menghadirkan pesawat untuk efektifitas dan produktifitas kerja manusia, termasuk pemimpin.
“Motor tidak bisa melintasi laut karena Provinsi NTT ini kepulauan yang dikelilingi laut. Motor lewat lautnya mati, apalagi jalan kaki.Jadi teknologi menghadirkan pesawat untuk efektifitas dan produktifitas kerja manusia,” kata Laiskodat di hadapan belasan ribu massa yang menghadiri deklarasi di Lapangan Simpang Lima Atambua.
Viktor memberi contoh, jika dipercayakan rakyat menjadi gubernur NTT, maka jika ada kejadian luar biasa seperti bencana dan wabah di Flores, Lembata, Sumba, Alor, Sabu atau Rote Ndao, maka dalam hitungan jam gubernur dan wagub sudah ada di lokasi.
“Ini karena ada pesawat sendiri. Tidak lagi menunggu jadwal pesawat komersial. Jadi punya pesawat itu bukan untuk gagah-gahahan. Jangan merendahkan diri kalau tidak mampu beli pesawat,” tegas Viktor yang ringan tangan ini.
Dalam orasi yang berapi-api itu, Viktor mengaku bahwa Victory-Joss memiliki jaringan yang kuat di tingkat pusat juga imternasional, yang telah percaya kepada dirinya. “Rakyat tidak perlu ragu. Kalau memberi kepercayaan kepada kami, maka kami akan membawa perubahan bagi NTT. Kami punya semua jaringan. Tapi kalau rakyat tidak percayakan kuasa itu kepada kami, maka kami juga tidak akan rugi. Tapi kami akan angkat tangan kalau ada masalah di NTT,” tegas Viktor.
Sementata itu, Cawagub Nae Soi meminta kepada rakyat Belu dan NTT seluruhnya untuk memberi kuasa kepada keduanya pada 27 Juni 2018 agar bisa membebaskan NTT dari ‘setan-setan’ kebodohan, kemiskinan dan setan korupsi.
“Pada tanggal 27 Juni nanti saat Pilgub NTT, beri kami kuasa itu untuk mengusir dan mengeluarkan setan-setan dari NTT, terutama setan kemiskinan, setan kebodohan, dan setan korupsi,” kata Nae Soi, dan menambahkan, “Kami datang dari Jakarta bukan untuk cari pangkat dan jabatan. Kami datang untuk berbhakti kepada NTT”.
Mantan anggota DPR RI dua periode ini mengatakan, bersama Cagub Viktor Laiskodat akan menyelesaikan masalah jalan, air dan listrik dalam wakti tiga tahun. “Kami optimis kalau diberi kekuasaan pada 27 Juni nanti, kami akan selesaikan masalah jalan, air dan listrik dalam waktu tiga tahun. Kami akan cari uang lg untuk kerja seluruh ruas jalan provinsi yang masih rusak,” jelas Penasehat Menteri Hukum dan HAM ini.
Panggung deklarasi di Malaka yang disemaraki oleh artis nasional Fany KDI dan penyanyi asal Ambon Dody itu, juga menampilkan para orator antara lain, Ibrahim Medah, Kasmirus Kolo (Nasdem), Melki Laka Lena dan Frids Bria Seran (Golkar) dan Refafi Gah (Hanura).
Usai deklarasi, Victory-Joss didampingi Iban Medah dan Melki Laka Lena bertemu dan berdialog dengan Uskup Atambua, Mgr Dominikus Saku, Pr, di Istana Keuskupan di Nenuk. (jdz/lius)