Anak Sekolah Pun Ikut Konsumsi Ubi Hutan Beracun

by -234 views

MAUMERE – Nasib miris dialami belasan kepala keluarga di Desa Natarmage, Kecamatan Waiblama. Sudah sejak bulan Juli mereka konsumsi ubi hutan beracun atau dalam bahasa setempat disebut magar. Di antaranya cukup banyak anak sekolah yang ikut konsumsi ubi hutan beracun.

Seperti disaksikan media ini di Desa Natarmage, Sabtu (7/10), beberapa siswa sekolah dasar tidak segan-segan konsumsi magar yang sudah siap dimakan. Mereka mengambil dari tempat makan dan langsung memasukkan ke dalam mulut. Rata-rata mereka berusia sekitar 10-12 tahun.

Archiles Polikarpus, siswa Kelas IV SD Natarmage mengaku sudah tiga bulan ini konsumsi magar. Dalam satu hari, dia mengonsumsi magar sebanyak tiga kali, yakni pagi sebelum berangkat ke sekolah, siang setelah pulang dari sekolah, dan pada malam hari. Menurut yang dia tahu, ceritanya, kebiasaan konsumsi magar selama tiga bulan terakhir ini akibat dari stok pangan di rumahnya yang sudah tidak ada. Pekerjaan orangtuanya adalah petani mente dan kemiri. Namun tahun ini hasilnya sangat tidak cukup untuk membantu ketersediaan pangan. “Kami semua di rumah makan magar. Saya juga makan. Seperti biasa saja. Kalau habis makan rasa kenyang,” ujar dia.

Siswa ini bukan saja makan magar, tetapi selama ini dia juga ikut membantu orang tuanya mencari ubi beracun itu di hutan. Kadang-kadang sepulang dari sekolah, dia mengikuti orang tuanya ke hutan yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.

Kepala Desa Natarmage, Lambertus Lira Liwu, mengakui dari 16 kepala keluarga yang selama tiga bulan ini konsumsi magar, terdapat juga anak-anak yang ikut mengonsumsi. Dia sendiri belum punya data yang pasti berapa jumlah anak sekolah yang mengalami nasib miris ini.

Liwu menambahkan, beberapa hari terakhir ini sudah ada intervensi berasa rawan pangan dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sikka dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sikka. Dinas Ketahahan Pangan mendistribusi 2.460 kilogram beras, masing-masing 10 kilogram untuk 246 kepala keluarga di Desa Natarmage.

Sementara 16 kepala keluarga yang selama ini konsumsi magar mendapat tambahan beras rawan pangan dari BPBD Sikka. Intervensi beras rawan pangan ini, menurut Lambertus, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Sadar akan hal itu, dan demi kepentingan serta masa depan anak-anak, Lambertus Lira Liwu sudah berpesan agar khusus beras rawan pangan diberikan prioritas kepada anak-anak. (vicky da gomez)

Ket Foto: Anak-anak sekolah di Desa Natarmage, Kecamatan Waiblama, sedang makan ubi hutan beracun atau yang disebut magar.