Tak Mungkin Ada Pancasila, Kalau Bung Karno Tak Diasingkan di Ende

by -214 views

Ende, mediantt.com – Bupati Ende, Marselinus Petu, mengingatkan kembali seluruh anak NTT dan Bangsa Indonesia, akan sebuah fakta sejarah yang kahir-akhir ini sedang mengalami ujian, bahwa dari Ende lahirlah idiolgi bangsa, yakni Pancasila. Artinya, Bupati Marsel mau menegaskan,  tanpa Ende, Indonesia tidak memiliki idiologi bangsa.

Penegasan Bupati Marsel Petu ini diungkapkan ketika membuka grand final Sayembara Ayo Bangun NTT, yang dihelat di Kota Pancasila, khususnya di Aula Universitas Flores (Unflor), Rabu (31/5/2017).

“Tanpa Ende, Indonesia mungkin tidak memiliki ideologi dan bapak bangsa. Sebabasalnya, dari Bumi Ende- lah, Idelogi bangsa Indonesia lahir dari pemikiran besar bapak bangsa, Bung Karno. Jadi, seandainya Bung Karno tidak diasingkan di Ende, Pancasila mungkin tidak lahir. Sebab, di Ende-lah Bung Karno kemudian menemukan ilham tersebut,” tegas Bupati Marsel.

Menurut Marsel, ilham dari Pencasila tersebut lahir setelah Bung Karno merasakan sendiri kehidupan di Ende. Ada tahapan yang dilalui kemudian direnungkan. Bagi Soekarno, ada simponi indah dari kehidupan di Ende. Semua masyarakat saling menyayangi dan menghargai kendati berbeda agama.

“Disinilah Soekarno menemukan jiwa nasionalisnya. Selama pengasingan, beliau menemukan setiap perubahan tahapan hidup masyarakat Ende. Di sinilah Bapa Bangsa itu menemukan toleransi, kemudian lahirlah Pancasila,” beber Bupati Marsel, yang adalah politisi Partai Golkar ini.

Ia mengaku pernah bertemu Presiden dan menyampaiakn hal tersebut. “Kepada Presiden saya katakana, barangsiapa yang belum menginjak Ende, jangan mengaku diri nasionalis,” ujarnya.

Karena itu, sebagai bentuk penghormatan akan kelahiran Pancasila, tanggal 1 Juni besok, Pemerintah Kabupaten Ende akan menggelar sebuah kegiatan besar dengan tema ”Pancasila Rumah Kita. Dari Ende untuk Indonesia,” katanya.

Ia juga mengatakan, Sayembara tersebut bukan semata karena ego atau kesewengan-wenangan dirinya sebagai seorang Bupati, namun hal ini terukir dalam sejarah besar bangsa ini.

”Ini fakta sejarah, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah besar yang telah terukir, kami melakukan kegiatan besar ini,” katanya.

Tak Terkontaminasi

Dari Kota Pahlawan, Ende, juga dilaporkan, grand final Sayembara Ayo Bangun NTT itu dihadiri ribuan masyarakat dari 22 kabupaten/kota se NTT menghadiri acara final tersebut.

Disaksikan media, pada acara pembukaan masyarakat dari berbagai daerah se-NTT ini sudah memenuhi aula Unflor sejak pukul 8.00 Wita, sementara jadwal kegiatan baru dibukan pukul 10.00 Wita.

Ketua yayasan Tunas Muda Indonesia, Melki Laka Lena, yang menginisiasi Sayembara ini, mengatakan, sejak awal, ketika ide besar ini mulai dicetuskan, masyarakat NTT begitu antusias memyambut, yang dibuktikan dengan keterlibatan peserta mulai dari awal sampai penutupan di Kota Pancasila.

Melki mengatakan, kegiatan Sayembara Ayo Bangun NTT mempunyai karakteristik tersendiri, dan tidak terkontaminasi dengan kepentingan manapun. ”Kegiatan ini diikuti peserta dari berbagai kalanngan, ada yang dari PNS, DPRD, kepala desa, pemuda dan mahasiswa,” ujarnya.

Menurut Melki, antusiasme yang begitu tinggi dari masyarakat mengindikasikan betapa mereka mempunyai kepedulian dalam mengisi ruang publik dengan ide untuk membangun NTT.  Kata dia, tujuan utama sayembara ini untuk menghasilkan berbagai ide besar, dan cara pandang baru dalam membangun NTT.

”Saya akan konsisten melanjutkan ide besar ini untuk kepentingan masyarakat yang lebih besar,” tegas Wakil Sekjen DPP Partai Golkar ini.

Bupati Marselinus Petu menambahkan, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan besar ini, menunjukan bahwa semua mempunya spirit yang sama untuk membangun NTT.

“Kegiatan seperti ini juga menjadi pemersatu antar kita. Bagaimana semua elemen berkumpul dalam membangun Provinsi NTT tercinta,” katanya, dan menambahkan, “Ada filosofi mulia di balik nama kegiatan ini. “Ayo Bangun NTT” adalah sebuah gerak perubahan yang sedang digalakan,” tegasnya.

Ia berharap, Pembangunan NTT harus menjadi fokus dengan adanya kegiatan besar ini, agar tidak ada lagi anggapan dan mengkotak-kotakan asal asul. Tetapi harus membuat kita berpikir, bagaimana memandang NTT sebagai satu kesatuan.

Peserta Sayembara Ayo Bangun NTT berasal dari berbagai kalangan, mulai dari orang muda, sekolah (SMP, SMA hingga perguruan tinggi, pastor, politisi, PNS, guru, petani dan kepala desa, aktivis dan pegiat LSM.

“Mereka datang dari berbagai kalangan, tetapi kami tetap konsisten bahwa acara ini kami tidak membawa acara politik praktis tapi ini bagian dari diskusi publik untuk menggalang ide dan gagasan bagaimana membangun NTT,” tandas Melki, yang masuk nominasi cagub NTT dari Golkar untuk disurvei. (jdz)