Kupang, mediantt.com – Kemunculan E. Melkiades Laka Lena di jagat politik Pilgub NTT 2018, yang diawali dengan gerakan ‘Sayembara Ayo Bangun NTT’, mendapat apresiasi dari Analis Politik Unika Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona. Ia menilai, Melki Laka Lena yang mengusung perubahan bersama kaum muda ini bisa menjadi alternatif ketika elektabilitas Ibrahim Agustinus Medah, politisi senior Golkar NTT, jeblok dalam survei.
“Munculnya nama Melky Laka Lena dalam rangka memenuhi salah satu fungsi partai politik yaitu dalam rangka pembentukan dan rekruitmen elit, ini sehat dan baik. Melki bisa menjadi alternatif ketika elektabilitas Medah mentok dalam survei. Sebab Golkar akan menggunakan metode survei. Dalam survei, perlu dihitung faktor-faktor sosiologis seperti keterwakilan suku dan agama, juga geopolitik atau wilayah,” jelas dosen Komunikasi Politik Fisip Unika Widya Mandira Kupang ini menjawab mediantt.com, Selasa (18/4).
Menurut dia, sebagai sebuah partai moderen yang sangat terinstitusionalisasi dengan baik dari pusat hingga ke desa dan ranting, mesin Partai Golkar sangat tidak tergantung hanya pada posisi pimpinan seperti ketua-ketua, baik di pusat hingga daerah.
Artinya, terang dia, jika dihitung secara kasar, Golkar tetap menjadi partai dengan mesin yang solid. Masalahnya, sebut dia, adalah pemilihan langsung sangat berkaitan dengan figuritas calon yang diusung partai.
“Logikanya adalah elektabilitas Golkar di NTT meskipun baik, belum tentu berbanding lurus dengan elektabilitas calon. Bisa saja mereka saling menegasikan. Atau dengan bahasa lain, suara Golkar sebagai institusi bisa saja jeblok hanya karena figur yang diusung tidak sejalan dengan kehendak mayoritas rakyat,” tegas master politik jebolan Univesitas Padjajaran Bandung ini.
Munculnya nama Melki Laka Lena dan Iban Medah, menurut dia, sangat baik. Artinya, secara fair sedang terjadi kontestasi di internal Golkar. “Tapi akan lebih elok jika kontestasinya adalah soal konsep dan gagasan, bukan pengaruh atau kekuasaan an sich. Jika hanya adu kuat dan power, maka ini justru berpotensi merobek Golkar sejak di garis star Pilgub. Golkar harus belajar dari kekalahan-kekalahan di Pilgub sebelumnya, di mana kubu-kubuan di internal juga perang faksi, sudah membonsai potensi golkar sebagai partai besar,” tandas putra Lamalera, Lembata ini.
Karena itu, ia menegaskan lagi, munculnya figur muda Melki Laka Lena bisa menjadi alternatif di saat elektabililitas Iban Medah mentok di survey. Dan, ini bisa dicek nanti (setelah survey); apakah Medah lebih punya akseptababilitas atau keberterimaan secara sosiologis sesuai karakter pemilih NTT ataukah justeru Melki Laka Lena?
“Jika Medah lebih moncer maka Melki wajib mendukung. Tapi jika elektabilitas Medah mentok, maka Golkar secara organisatoris wajib mengkonsolidasikan kekuatan internal dan eksternal untuk memajukan Melki,” katanya.
Merujuk pada teori marketing politik, Rajamuda menjelaskan, sebagai figur mudah, tentu Melki Laka Lena yang adalah Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, masih punya banyak aspek yang bisa dieksplorasi menjadi kekuatan dalam branding politik ke depan.
“Memoles dan menjual figur baru sebagai barand Golkar dalam Pilgub NTT, bisa punya kelebihan dan kekurangan. Tergantung bagaiamana Golkar melakukan ini dengan cerdas. Demikian juga sama halnya menjual figur senior seperti Pak Medah. Peluangnya bisa sangat baik jika ada terobosan-terobosan baru dalam hal merebranding beliau. Tapi bisa juga sulit karena ada semacam kesalahan dan kemandulan kreatifitas tim dalam merebranding beliau,” katanya. (jdz)
Foto : Analis Politik Unika Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona.