Kefamenanu, mediantt.com – Gebrakan Pemerintah Kabupaten TTU dibawah kepemimpinan Raymundus Sau Fernandez, khususnya di sektor pertanian, semakin dirasakan masyarakat. Salah satu yang berhasil adalah penerapan teknik Pertanian Konservasi (PK) yang tersebar di 49 desa dan 13 kecamatan.
Dalam press release Humas Setda TTU, yang diterima mediantt.com, Jumat (24/3), dijelaskan, keberhasilsn ini berkat kehadiran Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau WHO melalui Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM), yang memfasilitasi 276 Kelompok Tani di Kabupaten TTU. Kemitraan ini sudah dilakukan sejak tahun 2014, dan hingga saat ini sudah 5.265 petani menerapkan teknik-teknik Pertanian Konservasi ini.
Melalui pendekatan Sekolah Lapangan, kelompok-kelompok tani tersebut menyediakan lahan khusus untuk belajar teknik-teknik pertanian konservasi, dan kemudian mengadopsi teknik-teknik pertanian konservasi di lahan mereka masing-masing.
Tercatat sebanyak 4.586 dari 5.265 anggota kelompok tani di TTU telah menerapkan teknik pertanian konservasi di lahan mereka masing-masing. Mereka telah mengalami manfaat yang luar biasa, terutama pada rata-rata peningkatan hasil panen jagung yang dua kali lebih banyak dibandingkan dengan metode tradisional untuk luas lahan yang sama.
Untuk musim panen tahun 2017, rata-rata hasil panen jagung dengan teknik pertanian konservasi adalah 4,1 ton per hektar, sedangkan dengan metode tradisional hasilnya hanya 2.0 ton per hektar. Artinya, terjadi peningkatan 100 persen hasil panenan jagung bagi petani yang menerapkan teknik-teknik pertanian konservasi. Para Petani juga mendapatkan manfaat dari penanaman kacang-kacangan berupa kacang panjang, kacang merah dan kacang nasi yang dapat meningkatkan persediaan dan pilihan konsumsi rumah tangga.
Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandez mengatakan, teknik pertanian konservasi merupakan salah satu solusi bagi usaha tani lahan kering dengan karakteristik tanah yang kering dan kritis seperti sebagian besar wilayah TTU.
“Dengan menerapkan teknik pertanian konservasi, para petani diharapkan dapat memperkirakan/menghitung berapa banyak hasil panen dalam setiap kali tanam. Karena dalam teknik pertanian konservasi diterapkan pola tanam baris yang memudahkan petani untuk menghitung berapa jumlah tanaman yang dapat ditanam pada satu hektare lahan garapan,” kata Ray ketika melakukan panen simbolis jagung di Desa Pantae, Kecamatan Biboki Selatan, belum lama ini.
Desa Pantae ini merupakan salah satu dari 49 desa di Kabupaten TTU yang sudah menerapkan teknik-teknik pertanian konservasi dengan luas lahan mencapai 2,57 hektar.
Ketua Wilayah FAO Provinsi NTT, Ujang Suparman, mengakui bahwa dalam penerapan pertanian konservasi di TTU sejak 2014, Pemkab TTU telah menunjukkan dukungan dan komitmen terhadap para petani dalam upaya meningkatkan hasil panen jagung dan taraf penghidupan para petani.
Dukungan tersebut, menurut Suparman, ditunjukkan antara lain melalui keterlibatan aktif para penyuluh dalam mendampingi para petani untuk mendapatkan hasil maksimal dari penerapan pertanian konservasi.
Selain itu, sebut dia, Pemerintah Kabupaten TTU pada tataran kebijakan pun telah menunjukkan komitmen untuk mengintegrasikan pertanian konservasi dalam strategi pengembangan pertanian di TTU. “Dengan adanya dukungan dan komitmen itu, kami berharap Kabupaten TTU dapat menjadi pusat pengembangan pengolahan lahan kering di Provinsi NTT,” kata Suparman. (hms/jdz)
Ket Foto : Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandez, S.Pt (kedua dari kiri) melakukan panen simbolis jagung pada demplot penerapan sistem pertanian konservasi di Desa Pantae, Kecamatan Biboki Selatan, 22 Maret 2017.