LSM Asing Diingatkan Tak Jual Negara untuk Kebutuhan Perut

by -149 views

KUPANG – Gubernur NTT, Drs Frans Lebu Raya, mengingatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Asing untuk tidak menjual negara karena kebutuhan perut. Karena LSM asing tidak selamanya bekerja di Indonesia. LSM juga harus sungguh-sungguh berjuang untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

“Saya minta agar LSM sungguh-sungguh berjuang untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Porsi anggaran bagi pemberdayaan masyarakat pun harus lebih  besar daripada kegiatan administrasi atau operasional lainnya. Kalau dapat,  Aparatur Pemerintahan yang menjadi mitra LSM tidak perlu diberi insentif dan honor demi kepentingan kelompok  penerima,” tegas Gubernur Lebu Raya saat menerima Tim dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Pembangunan Daerah (Bangda) Kemedagri bersama Tim Perdayaan Ekonomi Care Internasional Indonesia, di Ruang Rapat Gubernur, Selasa (7/3), seperti dilansir Siaran Pers Biro Humas Setda NTT.

Sebagai seorang yang pernah bergelut di LSM selama kurang lebih sembilan tahun sejak 1991, Lebu Raya menghimbau agar para pegiat LSM bekerja dengan jujur dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

“LSM hadir dan berkembang atas nama masyarakat. Lembaga donor tidak mungkin memberikan bantuan tanpa adanya kebutuhan masyarakat. Sebagai mitra, LSM juga hendaknya membangun sinergisitas dengan program-program pemberdayaan yang telah dicanangkan pemerintah daerah seperti Program Desa Mandiri Anggur Merah. Berdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang sudah ada agar kesejahteraan masyarakat  lebih cepat terealisasi,” tambah Gubernur dua periode itu.

Sambil mengapresiasi berbagai program yang telah dijalankan oleh Care Internasional Indonesia, Gubernur Lebu Raya mengharapkan agar LSM asing mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia.

“Jangan jual negara hanya karena kebutuhan perut. Jadikanlah LSM lokal sebagai mitra kerja. Berdayakanlah mereka karena tidak mungkin Care Internasional bekerja selamanya di sini. LSM Lokal bisa melanjutkan program pemberdayaan ketika kontrak kerja Care berakhir” pungkas Lebu Raya.

Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III Dirjen Bangda Kemendagri, Drs. Eduardus Sigalingin,M.Si dalam paparannya, menguraikan tujuan kedatangan Tim Bangda.

“Sebagai Dirjen yang menangani kerjasama dengan LSM Asing, Tim Bangda datang untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan Care Internasional di NTT. Kita ingin melihat langsung dampak dan manfaat program yang telah dijalankan terutama dalam bidang peternakan dan pertanian masyarakat. Kegiatan ini dilakukan secara berkala sebagai satu bentuk pengawasan,” jelas Eduardus, sembari mengungkapkan bahwa selama tiga hari ke depan tim Bangda akan terjun ke kelompok-kelompok binaan Care Internasional di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.

Sementara itu, Program Support & Finance Director CARE International Indonesia, Hadi Sutjipto dalam laporannya menyatakan, Care International Indonesia telah hadir di NTT sejak tahun 1992. Sebagai LSM Internasional, Care telah hadir di 92 negara.

“Care Indonesia masih berada di bawah bendera Care Kanada. Kita sedang memperjuangkan agar  bisa berdiri sendiri. Harus kami akui, Program Care selama ini ibarat setetes air di laut. Belumlah  membawa dampak dan manfaat besar bagi masyarakat,” ujar Hadi. (hms/jdz)

Ket Foto : Gubernur Frans Lebu Raya menerim cinderamata dari Program Support dan Finance Director Care International Indonseia, Hadi Sutjipto.