Banjir ROB Ancam 7 Kecamatan di Sikka, Nelayan Takut Melaut

by -156 views

Maumere, mediantt.com – Satu minggu terakhir ini, banjir ROB mengancam pantai utara Kabupaten Sikka. Tercatat lebih dari 50 puluh rumah warga masyarakat di 7 kecamatan yang terancam. Ada yang sudah mengevakuasikan diri, sebaliknya masih ada juga yang memilih bertahan.

Kepala Bidang Jaminan dan Perlindungan Sosial Dinas Sosial Sikka Antonius Reynold da Cunha, Minggu (5/2), di Desa Watumilok Kecamatan Kangae, menjelaskan, 7 kecamatan yang terancam banjir ROB yakni Kecamatan Talibura, Kewapante, Kangae, Alok Timur, Alok, Alok Barat, dan Magepanda. Menurut dia, ancaman yang terbanyak di Kecamatan Kangae dan Alok Barat.

“Ini data, selain rekapitulasi dari hasil olah data lapangan oleh Tagana Sikka, juga informasi dari masyarakat. Kami akan terus memantau ke wilayah lain. Kalau ada informasi dari masyarakat, kami akan langsung turun ke lokasi,” katanya.

Untuk semua warga yang terancam banjir ROB, sebut dia, pemerintah melalui Dinas Sosial telah menyalurkan bantuan tanggap darurat. Bantuan yang diberikan berupa beras, ikan kaleng, tikar, minyak goreng, Hingga kini, pihaknya sudah menyalurkan bantuan kepada semua korban, kecuali warga di Desa Semparong dan Pemana yang terletak di Kecamatan Alok.

Khusus untuk dua desa ini, da Cunha mengaku mengalami kesulitan karena letaknya di pulau. Untuk menuju dua desa ini, pihaknya harus menyeberangi Laut Flores. Kondisi sekarang, katanya, cukup sulit karena Laut Flores sedang dilanda gelombang pasang yang cukup besar. Selama satu minggu terakhir ini tidak ada kapal laut yang berani berlayar.

“Informasi sementara yang kami terima, di Semparong ada 1 rumah dan di Pemana 1 rumah yang terkena banjir ROB. Kami belum bisa salurkan bantuan karena kondisi laut yang tidak bersahabat,” ujarnya.

Sementara ini ancaman banjir ROB yang terdeteksi baru dari pantai utara. Belum diketahui bagaimana kondisi masyarakat yang mendiami pesisir pantai selatan. Beberapa kecamatan di Sikka terletak di wilayah pantai selatan seperti Paga, Lela, Bola, Doreng, dan sebagian Waigete.

Nelayan Takut Melaut

Sementara itu, puluhan nelayan di Dusun Waipare Dewa Watumilok, Kecamatan Kangae, sudah satu minggu tidak melaut. Mereka takut menyusul gelombang pasang yang tinggi di perairan Laut Flores.

Pantauan wartawan di dermaga tambatan perahu Waipare, puluhan nelayan hanya duduk santai saja di dermaga. Mereka bercengkerama santai mengisahkan aktifitas yang terhenti selama satu minggu terakhir ini. Sepintas terdengar keluhan tentang kebutuhan-kebutuhan rumah yang mesti mereka penuhi.

Muhammad Menjulung, seorang nelayan mengatakan, para nelayan di Dusun Waipare sudah satu minggu ini tidak melaut. Menurut dia, kondisi ini bisa berlangsung sampai dua minggu ke depan. Dia berharap gelombang pasang ini segera berakhir sehingga mereka bisa kembali turun mencari ikan untuk menghidupi keluarga.

“Sudah satu minggu ini kami menganggur saja. Tidak bisa melaut karena gelombang pasang yang tinggi. Kami pasarah saja, sambil berharap kondisi ini cepat normal kembali,” tutur Muhammad.

Puluhan perahu yang biasanya setiap hari hilir mudik di perairan Laut Flores, kini ditambatkan saja di dermaga. Beberapa nelayan mengisi waktu kosong itu dengan membersihkan perahu.

Dinsos Salurkan Bantuan

Dinas Sosial Kabupaten Sikka menyalurkan bantuan kepada korban banjir ROB di Dusun Waipare, Desa Watumilok. Bantuan yang diberikan sifatnya tanggap darurat untuk jangka waktu 7 hari ke depan.

Di desa ini terdata tiga rumah yang dilanda banjir ROB, yakni rumah milik Usman Lina, Amir Jaingkung dan Mursidi. Sementara terdata 21 rumah lainnya yang terancam, dan untuk sementara masih terbilang aman.

Korban yang diberikan bantuan, rata-rata karena bagian dapur yang rusak  diterjang banjir ROB. Dapur tidak bisa difungsikan secara normal, sehingga keluarga yang menjadi korban terpaksa membuat dapur darurat pada tempat yang lebih aman.

Bantuan yang disalurkan Dinas Sosial berupa beras, ikan kaleng, minyak goreng, dan tikar. Setiap unsur bantuan disesuaikan dengan jumlah jiwa dalam keluarga korban. Jika dalam keluarga terdapat anak sekolah dasar, Dinas Sosial menambahkan bantuan pakaian seragam.

Kepala Bidang Jaminan dan Perlindungan Sosial Dinas Sosial Antonius Reynold da Cunha menjelaskan pemerintah berkewajiban memberikan bantuan tanggap darurat kepada korban bencana. Data korban bencana, katanya, selalu dikoordinasikan dengan aparat penerintahan secara berjenjang, dari dusun, desa, dan kecamatan. (vicky da gomez)

Ket Foto: Puluhan perahu ditambatkan di pesisir Pantai Dusun Waipare, Desa Watumilok, Kecamatan Kangae, karena para nelayan tidak berani melaut akibat gelombang pasang.