Keterlibatan Suami Dalam KB Belum Optimal

by -155 views

Kupang, mediantt.com – Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) Perwakilan Provinsi NTT mencatat bahwa dalam tahun 2016, peran dan keterlibatan suami dalam program Keluarga Berencana (KB) belum optimal. Indikasinya, peserta KB baru pria masih rendah, yaitu 40,8 persen. “Jika peserta KB aktif pria dibandingkan dengan total seluruh peserta KB aktif di NTT, maka prevelensi peserta KB pria baru mencapai 2,5 persen. Tapi dari sisi  Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM), jika melihat prevalensi KB aktif sampai dengan November 2016, maka pencapaiannya 216 persen dari PPM,” kata Kepala Perwakilan BKKBN NTT, Kresaputra, SH, M.Si, kepada wartawan di Resto In and Out, Rabu (21/12).

Ia juga menjelaskan, peserta KB yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di NTT tergolong tinggi, karena telah mencapai diatas rata-rata pencapaian total metode kontrasepsi, yaitu peserta KB baru MKJP tahun 2016 sebesar 86,81 persen dan peserta KB aktif MKJP sebesar 160,5 persen. Nah, “Dengan kebijakan untuk fokus pada pelayanan kontrasepsi jangka panjang, dapat meningkatkan dan mempertahankan peserta KB aktif atau CPR (contraceptive prevalence rate) dalam waktu lama yang akan berdampak pada penurunan total fertility rate (TFR),” terang Kresaputra.

Ia juga memaparkan, BKKBN Provinsi NTT terus meningkatkan cakupan program KKBPK atau Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga, di NTT dari waktu ke waktu, dengan mengacu pada empat kebijakan lokal daerah yang disesuaikan dengan kondisi wilayah NTT.

Pertama, Peningkatan prevalensi peserta KB aktif atau contraceptive prevalence rate (CPR) dengan fokus pada pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang, mengingat geografis NTT yang sulit, sehingga tidak membuat akseptor untuk bolak-balik mendapat pelayanan ulangan. “Ini dimakduskan agar peserta KB tidak mudah drop out karena jauh dari akses pelayanan,” ujarnya.

Kedua, fokus perhatian dan pembinaan pada remaja/mahasiswa melalui program Generasi Berencana (GenRe) agar remaja menjauhi/menghindari seks pra nikah dini sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) yang akan berdampak pada peningkatan angka kelahiral total atau total fertility rate (TFR) dan laju pertumbuhan penduduk (LPP) serta meningkatnya angka kematian ibu  (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

Ketiga, meningkatkan peran mitra kerja dalam pelaksanaan program KKBPK seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, organisasi wanita dan kemasyarakatan yang memiliki kepedulian dan keterkaitan dengan program KKBPK seperti PKK, Koalisi Kependudukan, Fasedu, termasuk media massa.

Keempat, pembinaan pelayanan ulangan terhadap peserta KB aktif suntik, pil dan kondom, untuk mendapatkan pelayanan ulangan dengan menggunakan daftar pemantauan pelayanan ulangan (DP2U) agar tidak terjadi drop out.

Capaian 2016

Kepala Perwakilan BKKBN NTT juga menjelaskan, pencapaian program KKBPK di NTT hingga posisi Nohanya vember 2016, antara lain, peserta KB baru sesuai perkiraan permintaan masyarakat (PPM) atau target peserta KB baru yang diberikan kepada provinsi NTT tahun 2016 sebanyak 125.650 akseptor baru, sampai dengan 30 November 2016 telah tecapai 76.454 akseptor atau 60,85 persen. Pencapaian ini disebabkan 60,85 persen disebabkan banyak faktor, antara lain, karena PPM KB baru yang diberikan kepada NTT tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 99 persen dibandingkan tahun 2015 yang hanya berjumlah 63.086 akseptor. Selain itu, juga dipengaruhi oleh keterlambatan pendropingan alat kontrasepsi terutama yang diminati oleh pasangan usia subur (PUS) di NTT. “Meski baru mencapai 60,85 persen, namun jika dibandingkan dengan PPM tahun 2015, maka pencapaian tahun 2016 telah melampaui PPM tahun 2015,” tegas Kresaputra.

Menurut dia, salah satu kendala di NTT dalam penggunaan alat kontrasepsi tahun 2016 adalah peserta KB pria yang masih rendah, di mana peserta KB baru pria tahun 2016 hingga November baru mencapai 40,89 persen dari PPM, yang terdiri dari peserta KB kondom sebanyak 41,62 persen dan media operasi pria (MOP) sebanyak 12,00 persen.

Sementara itu, lanjut dia, untuk peserta  KB aktif, dari perkiraan permintaan masyarakat yang diberikan kepada NTT tahun 2016 sebanyak 313.102 akseptor, sampai dengan November 2016 telah mencapai 427.953 akseptor atau 136,7 persen. Di sini terlihat pencapaian peserta KB per metode kontrasepsi adalah; IUD atau spiral 44.083 akseptor (179,4 persen), medis operasi wanita (MOW) 26.633 (97,8 persen), medis operasi pria (MOP) 2.503 (139,8 persen), kondom 8.028 (260,2 persen), implant/susuk (92.173 (186,2 persen), suntik (210.019 (122,0 persen), dan pil 44.514 (127,8 persen).

“Hal yang menggembirakan bahwa pencapaian penggunaan MKJP di NTT cukup tinggi yaitu 160,5 persen dari PPM, dengan rincian per metode kontrasepsi sebagai berikut; IUD 179,4 persen, MOW 97,8 persen, MOP 139,8 persen, implant 186,2 persen. “Jadi, secara keseluruhan prevalensi peserta KB aktif di NTT sampai dengan November 2016 sebesar 62,3 persen,” sebut dia.  (jdz/rony banase)