Donald Trump Menangi Pilpres AS

by -241 views

NEW YORK – Dunia dibuat terkejut. Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Sebelumnya, tidak ada pengamat politik ataupun lembaga survei yang memprediksi kemenangan spektakuler miliarder kontroversial itu.

Calon presiden Partai Republik itu telah mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton.

Kemenangan Trump dipastikan pada Rabu (9/11/2016) pukul 02.30 dini hari waktu bagian timur AS.

Sejumlah lembaga survei memproyeksikan kemenangan Trump di negara bagian Wisconsin yang memberikan 270 electoral votes yang diperlukan Trump untuk menjadi penghuni baru Gedung Putih.

Aroma kemenangan pebisnis yang lahir pada 14 Juni 1946 ini sudah mulai tercium setelah dia tanpa terduga menghancurkan benteng pertahanan “Blue Firewall” Hillary.

Trump membuat shock pendukung Hillary dengan meraih kemenangan meyakinkan di Wisconsin dan Pennsylvania yang selalu memilih capres Demokrat sejak Pilpres AS 1988.

Revolusi “Rust Belt” untuk Kemenangan Trump yang menjadi simbol terjadinya Revolusi Pekerja Berkerah Biru (“Blue Collar”) ironisnya berbasis di “Blue Firewall” milik Hillary, yaitu di Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan.

Negara bagian yang sering disebut “Rust Belt States” ini didominasi oleh pemilih berkulit putih berkerah biru yang kebanyakan tidak berpendidikan ke jenjang universitas.

Pemilih ini adalah pemilih kelas pekerja yang terpikat oleh gaya retorik populis Trump yang mengecam globalisasi dan perdagangan bebas.

Faktor itu yang diyakini mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan, terutama di sektor manufaktur yang dialihdayakan ke luar AS. Demografi pemilih ini kebanyakan tinggal di kota kecil dan daerah pertanian.

Kemenangan Trump juga menjadi simbol kemarahan rakyat AS terhadap elite politik di Washington DC yang dinilai tidak peka terhadap kesulitan ekonomi yang mereka hadapi.

Rakyat menyuarakan frustrasinya terhadap para politisi dari kedua partai, baik Demokrat maupun Republik, yang terus berseteru tanpa henti menimbulkan gridlock di pemerintahan.

Sosok Trump dengan status outsider-nya sebagai seorang pebisnis sukses tanpa latar belakang politik dinilai sebagai wajah baru yang berbeda dengan politisi di Washington.

Akhir era Hillary

Jalan terjal Hillary sudah mulai terasa setelah kekalahan yang dideritanya di sejumlah swing state krusial, yakni Florida, Iowa, Ohio, dan North Carolina.

Selain itu, Hillary juga mengalami kesulitan untuk meraih kemenangan di Virginia, tempat dia selalu memimpin jauh dalam hasil survei.

Hillary akhirnya menang, tetapi sangat tipis. Hasil tipis ini merupakan mimpi buruk bahwa kekalahannya sudah di depan mata.

Setelah 40 tahun menjadi wajah politik AS, mulai dari Ibu Negara hingga Menteri Luar Negeri, kekalahan ini menandai berakhirnya karier politik Hillary.

Untuk kali kedua, Hillary gagal menjadi presiden.

Sebelumnya, dia juga dikalahkan Barack Obama pada pemilihan pendahuluan (primary) tahun 2008.

Hillary sendiri telah menelepon Trump untuk menyampaikan ucapan selamat dan mengakui kekalahannya.

Hillary tidak dijadwalkan untuk menyampaikan pidato kekalahannya di Jacob K Javits Center yang terletak di Manhattan, New York.

Sementara itu, Trump kemungkinan akan segera menyampaikan pidato kemenangannya di Hotel Hilton, yang juga berlokasi di New York.

Kemenangan ini memiliki arti bahwa Trump mengukir dua sejarah. Pertama, ia adalah orang pertama tanpa pengalaman politik apa pun yang diberi mandat sebagai presiden.

Kedua, Trump yang kini berusia 70 tahun juga akan menjadi presiden tertua dalam sejarah AS, menumbangkan rekor Reagan yang disumpah pada usia 69 tahun.

Terima Kasih AS

Trump yang mengungguli rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dengan electoral 288 electoral votes, sementara Clinton hanya meraup 2015 electoral votes.
Dalam pidato kemenangannya di Hotel Hilton Midtown Manhattan, Trump menyampaikan terima kasih kepada warga Amerika Serikat, khusunya para pemilihnya.
“Terima kasih, terima kasih,” ujar Trump kepada para pendukungnya yang meneriakkan “USA!”

Pada awal pidatonya, Trump secara mengejutkan menyampaikan terima kasih kepada Clinton, yang selama ini selalu dia serang dan cela. Dalam kampanyenya, Trump bahkan sering menyebut Clinton “pembohong.”  “Saya baru menerima telepon dari Clinton. Dia memberi selamat kepada saya. Dan saya juga memberi selamat kepadanya,” ucap Trump.

“Dia telah berjuang sangat keras pada kampanyenya. Saya juga berterima kasih atas jasanya kepada negara ini,” tuturnya.

Trump selanjutnya menyampaikan pesan persatuan kepada warga AS yang terpolarisasi lantaran kedua capres kerap saling serang pada masa kampanye.  “Untuk semua pendukung Republik, Demokrat, liberal dan lainnya di penjuru negara ini, mari bersatu. Saya meminta kepada setiap warga negara, untuk bersatu.” (kompas.com/cnn/jdz)

Foto : Presiden Terpilih AS, Donald Trump.