TNI Siap Amankan Keutuhan NKRI, Jangan Ada yang Pecah Belah Bangsa

by -147 views

JAKARTA,  – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan siap mengantisipasi segala upaya dan kegiatan yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dan keutuhan NKRI. Institusi yang dipimpinnya akan mengerahkan apapun juga untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjaga kebhinekaan.

Terkait unjuk rasa bertajuk ‘Aksi Bela Islam’ pada 4 November, TNI akan diperbantukan sebagai bantuan kendali operasi atau BKO di tubuh Polri. Sebanyak tujuh ribu personel gabungan Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Komando Daerah Militer Jaya akan mengamankan unjuk rasa yang diselenggarakan oleh sejumlah organisasi masyarakat keagamaan.

“Saya sampaikan, TNI all out dan siap mengerahkan kekuatan, termasuk saya, TNI siap setiap saat selama 24 jam. TNI siap BKO (Bawah Kendali Operasi) kan pasukan kepada Polri, kami berada di belakang dan Polri di depan,” kata Gatot dalam rilis yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (31/10).

Gatot menegaskan, TNI berdiri di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok, mempersatukan suku, agama dan ras demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Sebagai tentara nasional, para prajuritnya tidak boleh tersekat-sekat dalam keragaman suku, agama, ras dan golongan.

“Tegakkan kesatuan komando dan jangan ragu bertindak untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI,” tegas Gatot.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini  mengimbau masyarakat untuk selalu taat kepada aturan hukum dan tidak bertindak semau-maunya sendiri. Siapa pun yang bersalah, kata Gatot, akan diserahkan kepada aparat penegak hukum.

Presiden RI Joko Widodo sebagai Panglima Tertinggi TNI telah mengamanatkan kepada TNI agar memegang teguh jati diri sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional.

TNI pun diperintahkan untuk bisa menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan bangsa dan terus menjaga kebhinneka tunggal ika. Hal itu demi mempertahankan Indonesia sebagai bangsa majemuk yang kuat dan solid.
“Sebagai alat negara, TNI tidak menolerir gerakan-gerakan yang ingin memecah belah bangsa, mengadu domba dengan provokasi dan politisasi SARA, TNI akan menjadi garda terdepan untuk menghadapi setiap kekuatan yang ingin mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa,” tegas Gatot.  

Jangan Mau Ditunggangi

Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengimbau massa yang akan beraksi pada 4 November untuk waspada agar tidak ditunggangi pihak ketiga yang punya kepentingan lain. Polisi mengantisipasi agar tidak ada provokator dalam aksi tersebut.

“Yang demo juga harus waspada, jangan sampai mereka yang murni menyampaikan pendapat tapi kemudian ada pihak yang menunggangi mereka. Itu biasa terjadi di mana-mana,” kata Tito di Markas Korps Brigade Mobil, Depok, Senin (31/10).

Untuk mengamankan jalannya aksi, Polri menyiagakan 18 ribu personel gabungan dari berbagai kesatuan.  Belasan ribu anggota Kepolisian itu dipersiapkan untuk menghadapi puluhan ribu orang yang akan berdemonstrasi atas prakarsa kelompok Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GPNF MUI).

Aksi ini sebagai bentuk protes terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atas ucapan yang dianggap menistakan agama.  Demo rencananya dimulai dengan long march dari Masjid Istiqlal menuju Istana Negara.

Selain itu, dia juga mengimbau para demonstran untuk tetap menaati aturan. Sementara masyarakat, dia imbau untuk beraktivitas seperti biasa dengan menghindari kawasan lokasi demonstrasi untuk menghindari macet.

Siaga I

Mengantisipasi aksi, Korps Brimob sudah menetapkan siaga I dan menyiapkan personel. Namun, hal ini menurut Tito, adalah bukan atas perintahnya.  “Brimob berinisiatif menerapkan itu untuk meningkatkan kewaspadaan dan persiapan personel.  Saya juga tidak diberi tahu, itu inisiatif dari Brimob sendiri,” kata Tito.

Tito mengatakan, korps bernuansa militer yang bergerak di bawah kendalinya itu bersiap dengan melaksanakan pelatihan taktis dan teknis jelang unjuk rasa.  “Mereka butuh waktu juga untuk persiapan,” ujarnya.

Sementara untuk proses hukum yang dituntut oleh massa, Tito mengatakan anak buahnya sudah memroses dan sejumlah saksi pun telah dijadwalkan untuk diperiksa. Pihak-pihak itu termasuk saksi ahli dan Front Pembela Islam selaku pelapor.

“Tapi FPI minta ditunda. Minta Selasa atau Rabu. Padahal kami maunya cepat,” kata Tito.

Ahok sendiri sudah mendatangi penyidik untuk mengklarifikasi. Hal ini dia lakukan atas inisiatif sendiri, sebelum dipanggil. Polisi menghargainya.  “Tadinya mau dipanggil tapi datang sendiri ya silakan, lebih baik,” ujar mantan Kapolda Metro Jaya itu.

Ia berharap para pelapor meniru langkah Ahok, yakni mendatangi penyidik untuk mempercepat proses penegakan hukum.  “Prinsipnya kami laksanakan proses hukum ini sehingga sama semua di mata hukum,” kata Tito.

Jangan Pecah Belah Bangsa

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto meminta agar demonstrasi memprotes Ahok  berlangsung damai. Pernyataan ini disampaikan usai dia bertemu Presiden Jokowi selama dua jam di kediamannya di Hambalang, Kabupaten Bogor, Senin (31/10).

“Jangan sampai ada unsur yang mau memecah belah bangsa. Kita negara majemuk, banyak suku, agama dan ras. Kalau ada masalah, kita selesaikan dengan sejuk dan damai,” kata Prabowo, Senin (31/10).

Menurut Jokowi, kedatangannya semata silaturahmi karena ia sebelumnya pernah berjanji berkunjung ke Hambalang. Jokowi mengklaim, sama sekali tak membahas mengenai demonstrasi 4 November bersama Prabowo.

“Saat saya datang ke Pak Prabowo dua tahun lalu di Kebayoran (rumah keluarga Prabowo), saya berjanji akan datang ke Hambalang, ke tempat beliau ini. Hari ini saya memenuhi janji itu,” kata Jokowi.

Jokowi menyatakan pertemuannya dengan Prabowo hanya kebetulan berdekatan dengan tanggal 4 November.

“Pas saja, kami membicarakan banyak hal yang berkaitan dengan politik ekonomi negara. Beliau banyak sekali memberikan masukan dan pemerintah sangat menghargai apa yang disampaikan Prabowo,” kata Jokowi.

Jokowi dan Prabowo adalah dua tokoh yang saling bersaing dalam Pemilihan Presiden 2014. Persaingan di antara keduanya membuat para pendukung mereka pun saling berseteru, terutama di dunia maya.

Jokowi menekankan, meski ia dan Prabowo pernah bersaing secara politik, namun keduanya kini saling mendukung untuk membangun negara. “Di dalam (rumah Prabowo) kami tertawa bareng. Rivalitas itu ada saat Pilpres, itu demokrasi. Ini yang hendak kami sampaikan, Pemilu Presiden 2019 bisa saja ada rivalitas, tapi setelah itu bahu-membahu,” kata Jokowi. (yul/agk/cnn/jdz)

Foto : Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.