Desak Pemerintah Bersikap, Forum MPK Gelar Aksi 100 Lilin

by -168 views

Kupang, mediantt.com – Forum Mahasiswa Peduli Keadilan (FMPK) Kupang, Senin (18/7) menggelar aksi membakar 1000 lilin sebagai bentuk kepedulian terhadap tiga warga NTT yang menjadi korban penyanderaan di Sabah, Malaysia, dan hingga kini belum diketahui nasibnya.

Ino Naitiu selaku Korlap aksi 1000 lilin itu kepada wartawan mengaku bahwa kegiatan 1000 lilin ini sebagai bentuk kepedulian antar sesama manusia dan sesama warga NTT. “Kami sedang menggalakkan gerakan Rp 1.000 bagi korban dan keluarganya,” kata Ino.

Dari hasil gerakan Rp 1.000 ini, katanya, ia berharap Pemerintah Provinsi NTT dapat mengambil sikap dengan cara berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk segera membebaskan tiga warga NTT yang masih disandera di Malaysia.

Menurutnya, akibat penyanderaan itu, keluarga korban terlantarkan akibat kekurangan biaya dan ekonomi keluarga korban sudah tidak lagi menentu. Bahkan, salah satu anak dari korban penyanderaan itu tidak bisa melanjutkan sekolah ke tingkat sekolah menengah pertama karena tidak memiliki biaya. Selain aksi seribu lilin sebagai tanda turut merasakan penderitaan keluarga korban itu, FMPK ini juga membagi-bagi selebaran kepada setiap warga Kota Kupang yang melintas, yang isinya mendukung pembebasan tiga warga NTT serta untuk memerangi Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di NTT yang kian menjamur.

Aksi 1000 lilin itu juga dilanjutkan dengan doa bersama oleh FMPK di halaman Taman Nostalgia, untuk keselamatan tiga warga NTT yang masih disandera oleh kelompok tertentu di Malaysia. Tiga warga Flores Timur, yakni Lorens Koten, Theodorus Kopong, dan Emanuel Arkiang Maran diduga diculik kelompok Muktadi Brother di Velda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, Sabah, Malaysia, 9 Juli 2016.

NTT Darurat TPPO

Pada saat yang sama, Forum Mahasiswa Peduli Keadilan juga  menyatakan bahwa NTT saat ini dalam kondisi darurat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TTPO). Sebab, sejak tahun 2015, ratusan bahkan ribuan warga NTT yang menjadi korban TPPO dan di tahun 2016 ini, sedikitnya 21 orang telah menjadi korban TPPO dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Herannya, hingga saat ini di era rezimnya Frans Lebu Raya selaku Gubernur NTT hanya bisa menjadi penonton setia terkait kasus TTPO di NTT yang sudah merenggut ratusan bahkan ribuan warga NTT yang menjadi korban.

Ino Naitiu selaku Koordinator Lapangan (Korlap) dalam orasinya mengatakan, saat ini NTT dalam kondisi darurat trafficing. Karena, di tahun 2015 lalu sudah begitu banyak warga NTT yang menjadi korban dari perdagangan orang dari para penikmat rupiah. Bahkan, katanya, di tahun 2016 ini, sedikitnya 21 orang warga NTT sudah menjadi korban. Hal ini diperparah lagi dengan para pekerja yang korban hingga berujung pada kematian. Ditambahkannya, seperti Adolfina Abuk asal Kabupaten TTU, Juliana Kana asal TTS dan yang terakhir adalah Yufrida Selan asal TTS juga.

Disayangkannya, sejak tahun 2015-2016 ini, Gubernur Frans Lebu Raya tidak mengambil sikap sedikitpun atas kasus yang menimpa warga NTT. Justru, Gubernur NTT hanya bisa menjadi penonton setia bagi warga NTT yang menjadi tanggungjawabnya sebagai pemimpin nomor satu di NTT. “Kami sayangkan Gubernur Lebu Raya. Hanya bisa jadi penonton setia atas warganya yang menjadi korban TPPO. Gubernur gagal menjamin kehidupan warga NTT,” tegas Ino.

Seharusnya, lanjut Ino, Frans Lebu Raya mengambil sikap politik yang tegas atas para perekrut TKI/TKW dari NTT. Bukan melakukan pemberian agar TPPO di NTT terus terjadi hingga membunuh seluruh warga NTT. “Mereka ini merupakan pahlwan devisa bagi NTT, tapi apa yang sudah diberikan pemerintah untuk mereka, Frans Lebu Raya hanya menonton warganya yang menjadi korban,” kata Ino.

Selain Ino, Gesio Asale Viana, Ketua LMND NTT menambahkan, kasus TPPO sengaja dibiarkan oleh pemerintah NTT agar terus terjadi. Jika melihat sikap pemerintah yang demikian, diduga kuat adanya konspirasi antara pemerintah NTT dan para perekrut TKI/TKW dari NTT hanya untuk rupiah semata. Menurutnya, ini misteri kehidupan yang mengerikan yang dialami oleh masyarakat NTT. Namun, pemerintah tidak melihat itu sebagai suatu misteri justru pemerintah hanya melihat apa yang diberikan oleh para pahlawan devisa untuk NTT meskipun nyawa menjadi taruhannya. (che)

Foto : Aksi 1000 lilin oleh Forum Mahasiswa Peduli Keadilan (FMPK) di Taman Nostalgia (Tamnos), Senin (18/7) sekitar pukul 18.00 Wita.