Ingat, Jangan Foto Gerhana Matahari Pakai Kamera Ponsel

by -378 views

JAKARTA – Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016, tentu sangat dinanti masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berada di kawasan perairan Pasifik. Selama gerhana terjadi disarankan agar tidak memakai ponsel untuk memotret matahari terlalu lama.
Memotret matahari dengan ponsel dalam waktu yang lama, bahkan di saat Gerhana Matahari Total, dinilai dapat merusak unit kamera pada ponsel. Peneliti astronomi Observatorium Bosscha menyarankan, untuk menghindari hal itu pengguna disarankan memakai penapis untuk meredam cahaya.

“Foto pakai ponsel bisa membahayakan kameranya. Setidaknya harus ada penapis cahaya yang bisa meredam cahaya,” ungkap Moedji saat berbincang santai dengan CNN Indonesia.
Selain itu, Moedji juga meragukan kualitas kamera ponsel mampu mengambil gambar gerhana secara dekat dan dengan resolusi baik.
Untuk mengambil foto Gerhana Matahari Total berkualitas dibutuhkan lensa tele panjang yang mungkin tak semua ponsel memiliki aksesori ini.

Hal senada juga dinyatakan Rhorom Priyatikanto. Menurutnya, jika kamera ponsel diarahkan ke Matahari lalu melakukan swa foto atau selfie, maka yang didapat hanya foto siluet saja. “Muka kita tidak kelihatan. Kamera ponsel juga berpotensi rusak karena kena cahaya yang menyilaukan,” jelasnya di kesempatan terpisah.
Tetapi di sisi lain, hal ini bisa jadi nilai artistik bagi mereka yang memang ingin membuat foto siluet. Rhorom juga menambahkan, potensi kerusakan kamera ponsel ini sebetulnya juga bisa terjadi di hari-hari biasa. Menurutnya, apabila sering memotret Matahari biasa maka kamera ponsel bisa saja rusak terkena panas.
GMT yang sedang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia akan berlangsung pada 9 Maret 2016 esok di 12 provinsi Tanah Air. Fenomena langka ini, menurut Rhorom, hanya akan terlihat di kawasan Nusantara dan lautan Pasifik.
Sementara Gerhana Sebagian bisa disaksikan di sejumlah negara tetangga seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Australia.

Istimewa Bagi NASA

GMT pada 9 Maret itu bakal jadi perhatian dunia, sampai-sampai badan antariksa Amerika Serikat (NASA) tertarik untuk bergabung dalam observasi ini langsung di Indonesia.
Badan antariksa Amerika Serikat atau NASA bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bekerjasama dalam ekspedisi GMT ke Halmahera, Maluku Utara. Ini bisa dikatakan kesempatan langka.

Ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Wakil Duta Besar AS Brian McFeeters mengungkapkan kerjasama ini memang istimewa. “NASA ke sini memboyong kamera khusus yang terbilang masih baru. Kamera ini bakal berfungsi untuk identifikasi fenomena GMT di Halmahera,” katanya dalam sambutan kedatangan tim NASA, Jumat (4/3).

Diketahui perwakilan NASA yang datang adalah pimpinan investigasi Nat Gopalswamy dan peneliti peneliti Nelson Reginald, keduanya dari NASA Goddard Space Flight Center.
Dijelaskan oleh Reginald, kamera NASA yang akan dibawa untuk menangkap fenomena GMT ini adalah polarization camera yang mampu meredam cahaya Matahari dan memiliki ribuan pixel di dalamnya serta mampu mengambil 4 gambar sekaligus.
Sementara Gopalswamy menuturkan, selama proses GMT tim NASA akan turut mengamati apa yang terjadi di sekitar Matahari menggunakan instrumen coronagraph.
“Matahari adalah pemain penting dalam fenomena ini dan mengamati corona serta kemungkinan letupan api yang terjadi dapat menambah informasi ilmiah,” ucap Gopalswamy di tempat yang sama.

Ditambahkan oleh Clara Yonoyatini dari pusat ilmu antariksa Lapan di Bandung, kerjasama ini diharapkan bisa memberi informasi baru mengenai fenomena GMT yang semakin dianggap menarik dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Dengan teknologi yang semakin canggih dan kolaborasi dengan NASA, kami harap bisa hasilkan data baru mengenai Gerhana Matahari. Kami juga semangat sebab terasa sekali beda euforianya dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata Clara.

Untuk Lapan sendiri mereka akan memakai instrumen Compact Littrow Spectograph yang terdiri dari teleskop optikal, kamera CCD, serta spectograph dengan resolusi R ~ 8000.
Pada intinya, dua badan antariksa ini akan berbagi ilmu, teknologi, dan data ilmiah demi menunjang pengetahuan lebih dalam mengenai Gerhana Matahari Total. (cnnindonesia.com)

Foto : Ilustrasi Gerhana Matahari Total.