Saksi Mata Sebut Pelaku Penembakan Alfridus Oknum Polisi

by -150 views

Maumere, mediantt.com – Kasus penembakan Alfridus, warga Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, pada Senin (15/2), mulai ada titik terang. Seorang saksi mata bernama Andreas Polda, warga Waioti, menyebut salah satu pelaku adalah oknum polisi berinisial AS.

Andreas Polda menyampaikan hal ini kepada mediantt.com, Rabu (17/2) malam sekitar pukul 23.30 Wita di Unit Rekrim Polres Sikka, usai memberikan keterangan resmi kepada penyidik Polres Sikka. Selain Andreas Polda, saksi yang malam itu juga memberikan keterangan adalah Ketua RT 007 Yohanes D.N. Wangge dan kakak kandung korban Yohanis John.

Andreas Polda diperiksa dari pukul 22.00 Wita di Unit 2 Reskrim Polres Sikka. Dia menjawab 22 pertanyaan penyidik. Di antaranya, dalam keterangan, dia menyebutkan seorang pelaku penembakan yang diduga oknum polisi berinisial AS.

Saksi ini menerangkan bahwa usai menembak dan mengejar para korban, beberapa pelaku yang hendak kembali ke jalan negara, sempat melintas di depan rumahnya. Seorang di antaranya, bercelana pendek, sempat menegur dia.

“Dia tanya sama saya, Om Polda kenal anak-anak itu? Lalu saya bilang tidak, karena memang saya juga tidak tahu anak-anak siapa yang dikejar. Saya kenal yag tegur saya ini adalah seorang polisi. Kami dua pernah sama-sama jaga Kantor BRI Cabang Maumere. Kemudian setelah itu saya dengar cerita tentang peristiwa penembakan dan pengejaran anak-anak di Waioti oleh orang tak dikenal,” jelas security pada BRI Cabang Maumere ini.

Rupanya informasi tentang adanya komunikasi antara Andreas Polda dan seorang yang diduga pelaku cepat tersiar sampai ke telinga aparat keamanan yang malam itu turun ke tempat kejadian perkara (TKP). Ketua RT 007 Yohanes D.N. Wangge mengatakan, malam itu juga Andreas Polda ditemui oleh beberapa polisi.

Keterangan Andreas Polda ini bisa menjadi salah satu alat bukti bagi penyidik untuk mendalami peristiwa penembakan. Kapolres Sikka I Made Kusuma Jaya yang dihubungi terkait adanya informasi masyarakat tentang pelaku penambakan yang sudah teridentifikasi, berjanji akan mendalami informasi tersebut.

Ditanya wartawan soal sikapnya jika pelaku penembakan adalah polisi aktif di Polres Sikka, Made Kusuma mengatakan, kalau pelakunya adalah polisi maka pelaku wajib memberikan pertanggungjawaban melalui proses hukum pidana umum di pengadilan. “Sesuai aturan, polisi yang melakukan pelanggaran harus menjalani sidang kode etik,” katanya.

Korban Kembali ke Rumah

Sementara itu, korban penembakan, Alfridus, hingga Kamis (18/2) pagi masih dirawat di Ruang Dahlia RSUD TC Hillers Maumere. Tampak kondisi Alfridus sudah mulai normal. Ketika ditemui di ruang rawat, dia sedang asik bercerita dengan kawan-kawan yang menjaganya sejak malam. Empat orang aparat kepolisian juga tampak berjaga-jaga di Ruang Dahlia.

Menurut informasi, Klemens Goleng ayahnya, dokter sudah memperbolehkan Alfridus kembali ke rumah Kamis (18/2) hari ini. Klemens Goleng yang hanyalah seorang buruh bangunan itu sedang mengupayakan biaya rumah sakit. “Ini lagi mau urus surat keterangan tidak miskin. Tadi saya sudah ke Kantor Lurah dan Kantor Camat, mungkin sekitar jam 13.00 Wita baru suratnya keluar karena Lurah dan Camat masih ada urusan dinas di luar kantor,” jelas Klemens Goleng.

Ia menambahkan, nanti setelah keluar dari RSUD TC Hillers Maumere, Alfridus akan memberikan keterangan kepada penyidik. Dia sendiri belum tahu kapan Alfridus akan memberikan keterangan.

Kutuk Pelaku Penembakan

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) NTT Meridian Dewanta Dado, dalam rilis pers via surat elektronik, Rabu (17/2), mengutuk keras pelaku penembakan ber-ala preman dan bergaya teroris. Buat dia, apapun alasan dan argumentasinya, insiden penembakan oleh oknum tidakbertanggung jawab patut dikutuk.

Ia pun mengajak seluruh masyarakat Sikka untuk kompak dan berkomitmen tegas mendesak Kapolres Sikka, Kapolda NTT dan Kapolri agar segera mengungkap pelaku. “Aparat kepolisian harus cekatan bekerja untuk mengungkap kasus ini, karena bila kasus ini dibiarkan berlarut-larut, maka jangan salahkan warga bila menggunakan caranya sendiri untuk membalas perbuatan pelaku tersebut,” tulisnya mengingatkan pimpinban kepolisian.

Dia menuntut Kapolres Sikka segera memulai proses penyelidikan dan penyidikan yang profesional dengan melakukan olah TKP dan uji balistik guna mengetahui jenis peluru yang ditembakkan kepada korban, sehingga bisa diketahui dari senjata jenis apakah peluru tersebut dilontarkan. Bila hasil uji balistik oleh aparat kepolisian nantinya sudah bisa diketahui jenis senjatanya ternyata senjata aparat maka sudah sangat mudah bagi polisi untuk mencari dan mengungkap siapa pelaku penembakan itu.

Meridian Dewanta Dado mengatakan siapa pun yang menjadi korban dari aksi penembakan oleh oknum tidak bertanggungjawab, tidaklah penting untuk diperdebatkan. Bagi dia, yang terpenting untuk diperjuangkan adalah bagaimana pihak korban dan masyarakat Sikka memperoleh rasa man, terlindungi dan dijauhkan dari ulah oknum-oknum tidak bertanggungjawab bergaya teroris.

“Kabupaten Sikka khususnya, dan NTT secara menyeluruh, harus dijauhkan dari ulah dan aksi premanisme. Kultur kita tidak pernah mengenal cara-cara brutal seperti itu. Oleh karenanya kami dan seluruh masyarakat wilayah ini berkomitmen tegas mendesak Kapolres Sikka mengungkap tuntas kasus ini secara profesional,” tegas dia. (vicky da gomez)

Foto: Andreas Polda, seorang saksi mata sedang memberikan keterangan kepada penyidik tentang peristiwa penembakan di Kelurahan Waioti Kecamatan Alok Timur.