Maumere, mediantt.com – Rakyat Indonesia, terutama masyarakat NTT dan Sikka, tentu sudah tidak asing dengan nama Frans Seda. Mantan menteri di zaman Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi ini adalah salah satu tokoh nasional yang sangat populer. Karena itu warga masyarakat Kabupaten Sikka mengusulkan agar dia dijadikan sebagai pahlawan nasional.
Adalah dua tokoh masyarakat Kabupaten Sikka, yaitu OLM Gudipung dan EP da Gomez yang menginisiatifi usulan ini. Dalam waktu dekat keduanya akan bertemu Bupati Sikka Yoseph Ansar Rera dan Pimpinan DPRD Sikka beserta Pimpinan Fraksi-Fraksi untuk menyampaikan usulan tersebut.
“Dengan kelebihan dan kekurangan manusiawinya, keunggulan dan keterbatasannya, Frans Seda telah berkiprah di Indonesia sepanjang hidupnya, telah mengukir sejarah Indonesia sebagai politisi Katolik sejati yang tekun, jujur dan berprinsip, sebagai politisi nasional yang piawai dan bermoral, dan cendekiawan dengan kualifikasi khusus sebagai ekonom profesioanl, serta penulis dan pengamat ekonomi-politik yang jeli dan tajam,” urai EP da Gomez kepada mediantt.com, Sabtu (6/2).
Karena itu, dengan rasa gembira dan bangga, dua tokoh yang pernah berkiprah pada Partai Katolik dan PDI Perjuangan ini, berharap kiranya pada tahun 2016 ini, Bupati Ansar Rera memroses usulan kepada pemerintah pusat agar Frans Seda dapat dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Untuk memudahkan proses usulan, Gudipung dan EP da Gomez pun memberikan catatan referensi berupa ulasan dan tulisan dari sejumlah buku tentang Frans Seda. Keduanya juga menambahkan 19 nama yang bisa dimintai pendapat dan informasi lengkap tentang Frans Seda. Nama-nama tersebut adalah orang-orang yang dekat dengan Fans Seda semasa hidupnya, dan boleh disebut sebagai saksi sejarah.
Dua putri Frans Seda yang kini menjadi dosen Universitas Indonesia yaitu Fransisca Xaveria Du’a Sikka dan Maria Joanessa Du’a Sipi Seda, boleh juga sebagai referensi informasi. Sementara dari Keluarga Besar Seda, pemerintah bisa menghubungi Gervasius Mude, keponakan Frans Seda yang menetap di Maumere.
Salah satu pendiri Yayasan Atma Jaya ini mendapat apresiasi dari masyarakat NTT di mana namanya dijadikan nama pada salah satu ruas jalan di Kota Kupang. Sedangkan di Sikka, Bandar Udara Waioti diubah namanya menjadi Bandar Udara Frans Seda berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan RI Freddy Numberi.
Frans Seda lahir di Lekebai, Kecamatan Mego Kabupaten Sikka, pada 4 Oktober 1926. Pencetus terbitnya Harian Kompas ini kemudian meninggal dalam usia 83 tahun pada 31 Desember 2009, dan dimakaman di Tempat Pemakaman Khusus San Diego Hill di Karawang, Jawa Barat.
Usai menamatkan sekolah desa di Lekebai dan Lela, Frans Seda melanjutkan pendidikan di Schakelschool Ende, dan Kolse Xaverius Muntilan Jawa Tengah. Pendidikannya di Muntilan terhenti, akibat Perang Dunia II, dan kemudian melanjutkan studi Hollandsche Burgerschool di Surabaya. Gelar sarjana ekonomi diraihnya di Katholieke Economishe Hogeschool di Tilburg, Belanda.
Pada masa perjuangan kemerdekaan RI, dia aktif sebagai anggota Lasykar KRIS dan anggota Batalyon Paraja/Lasykar Rakyat GRISK. Kemudian dikirim ke Markas Besar Biro Perjuangan di Yogya ke Flores dan Surabaya. Dia pernah juga menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya, dan anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur dan anggota DPR Sementara Daerah Jawa Timur mewakili unsur pemuda. Selain itu, dia pernah juga jadi anggota Paniti Kongres Pemuda di Surabaya, dan peserta Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) I di Yogyakarta.
Di bidang politik, Frans Seda pernah menjadi Ketua Umum DPP Partai Katolik, bersama I.J. Kasimo menjadi Presidium DPP Partai Katolik, anggota DPR Gotong Royong dan MPRS mewakili Partai Katolik, dan anggota Dewan Penasehat DPP PDI, dan kemudian menjadi anggota Penasehat DPP PDI Perjuangan.
Pada tahun 1962, dalam jabatannya sebagai Ketua Umum DPP Partai Katolik, Frans Seda ‘diselundupkan’ dalam sebuah misi rahasia dengan biaya negara untuk membicarakan atau menegosiasikan masalah Irian Barat. Dia ke Belanda melalui Jerman Barat, menemui pimpinan Partai Katolik Belanda dan fraksinya di parlemen.
Misi rahasia ini sekurang-kurangnya telah turut menyumbang bagi pengertian yang lebih baik tentang sikap politik dan pendapat pemerintah Indonesia terhadap Bunker Plan yang diusulkan Amerika Serikat. Dari peristiwa politik yang berbobot dan bertaraf internasional ini, oleh J.J.A.M. va Gennip, Frans Seda disebut sebagai perantara yang tak tergantikan.
Frans Seda yang juga pernah menekuni dunia usaha, pun banyak menerima bintang kehormatan, antara lain dari Paus Paulus VI, Kerajaan Belanda, bekas Kerajaan Kamboja, Kerajaan Belgia, Filipina, dan Bintang Mahaputra Adipradana II dari Pemerintah RI. (vicky da gomez)
Foto: Almarhum Frans Seda.