Faktor Ekonomi Dominan Munculkan Terorisme

by -145 views

Kupang, mediantt.com – Ekonom dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Dr Thomas Ola Langoday menyatakan faktor ekonomi masih sangat dominan menjadi penyebab muncul dan maraknya aksi teroris kelompok radikal yang terjadi di Indonesia.

“Faktor ekonomi ini menjadi alasan munculnya terorisme karena adanya pengaruh kemiskinan yang ada di masyarakat yang dapat membuat masyarakat untuk melakukan kekerasan yang kemudian mengarah pada tindakan terorisme,” katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (19/1/2016).

Faktor ekonomi ini, kata dia, bisa mempengaruhi orang untuk masuk ke dalam jaringan atau kelompok terorisme karena adanya jaminan akan kehidupan yang layak dan terbebasdari kemiskinan.

“Bayangkan saja kalau seorang pemuda atau orang siapapun yang tengah menganggur di tengah kerasnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak lantas datang tawaran kerja yang mendatangkan uang banyak, siapa yang tidak inginkan hal itu,” katanya.

Dan hal-hal seperti itu (gerakan radikal) umumnya muncul di kota-kota besar karena orangnya stres akibat aktivitas kerja, kemacetan lalu-lintas dan faktor lain. Sehingga Salah satu iming-iming yang lumrah ditawarkan adalah peningkatan status dan ekonomi masyarakatnya.

Selain faktor ekonomi, faktor Politik dengan pengaruh keyakinannya terhadap ideologi politik terkadang membuat suatu kelompok masyarakat melakukan tindakan yang dapat melanggar suatu aturan atau perundang-undangan suatu Negara.

“Dalam menjalankan aksinya, mereka biasanya melakukan kekerasan, serta aksi terorterhadap penduduk sipil dan pemerintahan, dengan tujuan untuk mengubah ideologi Negara yang bersangkutan,” katanya.

Tindakan kekerasan dan terror itu yang kemudian membentuk kecemasan dan ketakutan masyarakat serta menimbulkan opini publik terkait keamanan Negara sekaligus membuat keraguan dan hilangnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintahan karena masyarakat menganggap pemerintah tidak dapat melindungi rakyatnya dari aksi terorisme.

Berikut faktor ssial karena adanya rasa ketidakadilan dalam masyarakat menyebabkan munculnya pemikiran beberapa kelompok yang menganggap pemerintah tidak dapat mensejahterakan masyarakat dan menimbulkan aksi kekerasan sebagai bagian dari penyampaian aspirasi masyarakat.

Tindakan kekerasan yang dilakukan kelompok masyarakat tersebut salah satunya berupa aksi teror yang perlahan memunculkan tindakan terorisme di masyarakat. Selanjutnya, faktor agama sebagai salah satu penyebab munculnya terorisme di Indonesia ditengarai atau patut diduga karena adanya Jemaah Islamiyah (JI) atau ISIS yang merupakan suatu jaringan terorisme di Asia Tenggara bahkan dunia.

Jaringan terorisme ini muncul karena adanya pemikiran agama yang radikal dan ekstrem dari organisasi tersebut. Jemaah Islamiyah berusaha untuk mengembangkan pemikiran keagaamaan yang radikal dengan cara mengajarkan ke orang-orang bahwa jihad itu penting dan menjadikan orang tersebut sebagai pengikut dari jaringan terorisme itu sendiri.

Jihad sendiri menurut organisasi yang berpaham radikal ialah perang terhadap semua orang atau segala sesuatu yang berbeda pemahaman dengan mereka atau yang mereka sebut sebagai musuh walaupun masih dalam satu Negara.

Ketidakpahaman orang-orang yang masuk dalam organisasi radikal dengan paham agama yang sebenarnya itulah yang membuat orang-orang atau pengikut dari jaringan ini yang kemudian melakukan aksi terorisme seperti yang terjadi pada beberapa peristiwa pengeboman di Indonesia.

Faktor hukum, jelas dia, karena belum maksimalnya penegakan hukum di suatu Negara akibat ketidakberpihakan aparat penegak hukum serta pemerintah terhadap masyarakat golongan bawah daripada masyarakat golongan atas membuat munculnya kelompok yang melakukan tindakan perlawanan serta protes.

Perlawanan tersebut disebabkan anggapan bahwa pemerintah dan aparat penegak hukum tidak dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat kecil serta ketidakadaannya keadilan dalam segi hukum.

Dan salah satu bentuk tindakan perlawanan kelompok tersebut ialah dengan cara melakukan kekerasan lewat aksi terror kepada pemerintah. “Ini semua ditambah dengan problem politik dan ekonomi di kota besar lebih mudah dijual dalam masyarakat seperti itu. Kemudian agama hanya dijadikan alat untuk melegitimasi seolah kekeliruan itu dibenarkan oleh ajaran agama,” ujarnya. (jk)

Foto : Dr Thomas Langoday.