Kupang, mediantt.com — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) segera membangun tiga pabrik pengolahan rumput laut di lokasi terpisah, agar dapat menampung produksi pembudidaya di seluruh wilayah kepulauan itu.
“Tiga pabrik tersebut akan dibangun di kawasan industri (KI) Bolok dan Sulamu, di Kabupaten Kupang serta di Kabupaten Lembata,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, Abraham Maulaka, di Kupang, Selasa (25/8/2015).
Menurutnya, dalam perencanaannya, tiga pabrik itu akan dibangun pada 2016, dengan kucuran anggaran yang juga dalam proses. “Untuk lahan sudah sangat siap,” katanya.
Dia mengatakan, dengan pembangunan itu, maka secara keseluruhan NTT akan memiliki empat pabrik pengolahan rumput laut, yang salah satunya telah ada dan beroperasi di Kabupaten Sumba Timur.
Dengan dibangunnya pabrik pengolahan rumput laut, maka diharapkan dapat membantu para pebudidaya dalam memasarkan hasilnya. “Sejauh ini, harga rumput laut di NTT fluktuatif, karena dikuasai para tengkulak,” katanya.
Menurutnya, pabrik yang akan dibangun tidak hanya menyiapkan konstruksi bangunannya, tetapi diharapkan ada keterkaitan mata rantai antara budidaya, pengolahan, dan pemasaran. Tiga aspek ini menjadi satu kesatuan dalam rencana pabrik.
Sementara, mengenai luasan lahan, mantan bupati Alor itu mengatakan, dibutuhkan lahan minimal lima hektare (ha), karena akan dilengkapi dengan gedung olahan, gudang, lantai jemur, dan laboratorium.
“Di samping itu, harus didukung dengan listrik dan sumber air bersih yang cukup,” katanya.
Dia mengaku, penyedian bibit masih menjadi persoalan yang dihadapi para petani rumput laut. Banyak bibit yang didatangkan dari luar, yang tidak bagus dan membutuhkan proses adaptasi yang lama.
NTT berkomitmen menjadikan Tablolong di Kabupaten Kupang sebagai pusat benih rumput laut, sehingga para petani rumput laut tidak kesulitan mencari bibit. Sejauh ini, bibit yang digunakan bersumber dari hasil budidaya sendiri.
Dia menjamin, produksi rumput laut di NTT cukup untuk mendukung keberlanjutan pabrik pengolahan rumput laut di tiga lokasi baru tersebut. Pemerintah juga terus mendorong para petani untuk giat membudidaya rumput laut, karena ada pabrik dan pemasarannya.
Kepala Desa Bolok, Keamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Moozes Smaut Natun menyatakan, mendukung pabrik pengolahan rumput laut di Bolok, yang sangat representatif, karena dekat dengan PLTU Bolok dan ketersedian airnya cukup.
Menurutnya, ada enam desa di sekitar KI Bolok yang siap mensuplai rumput laut untuk keberlanjutan pabrik. Enam desa tersebut adalah Bolok, Konheo, Nitneo, Oenait, Lituleo, dan Tablolong.
“Penghasil rumput laut di enam desa ini delapan ton/hari. Belum lagi dari Rote, Semau, dan dari beberapa wilayah di Pulau Timor,” katanya.
Dia menambahkan, dengan adanya pabrik pengolahan rumput laut di wilayah ini, monopoli harga oleh para rentenir bisa teratasi. Selama ini, ada warga yang menjual rumput laut basah per kilogram (kg) Rp 5.000, padahal harga di luar NTT di atas Rp 10.000 per kg. (ant/sp/st)
Ket Foto : Petani menjemur rumput laut secara tradisional di atas terpal plastik.