BORONG — Danau Ranamese ibarat sebuah permata ketenteraman yang tersembunyi di tengah hutan. Panoramanya indah. Eksotik. Udaranya pun sangat bersih. Danau ini layak menjadi alternatif penting bagi siapa saja, terutama yang ingin berwisata mencari ketenangan jiwa.
Ketika dikunjungi mediantt.com dalam rangkaian Tour Jurnalistik Asosiasi Jurnalis Media Online (AMO) NTT ke Flores dan Lembata bersama sergapntt.com dan kotanane.com, Jumat (2/7/2015) sekitar pukul 11.00 Wita, udaranya relatif dingin hingga bersuhu 14 derajat celsius, dikelilingi hutan lebat dan subur. Karena itu, Danau Ranamese, yang terletak di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, menjadi obyek wisata alam yang amat menarik.
Danau yang memiliki luas sekitar lima hektar (ha), kedalaman 43 meter, dan berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu adalah bagian dari Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng. TWA seluas 32.245,60 ha itu dikelola oleh Unit Konservasi Sumber Daya Alam (UKSDA) NTT II.
Danau Ranamese lebih dekat ditempuh dari Ruteng, Kabupaten Manggarai, yaitu sekitar 25 kilometer (km) dengan waktu tempuh 30 menit. Bisa juga ditempuh melalui Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur, jaraknya lebih kurang 35 km.
Danau Ranamese termasuk danau vulkanik. Sebelumnya, danau ini berupa kawah gunung yang tertutup air sehingga bagian tepi danau curam. Danau ini juga serupa dengan danau triwana Kelimutu yang terbentuk dari kawah Gunung Kelimutu (1.690 mdpl) di Kabupaten Ende, Flores, yang fenomenal itu.
Ketika dikunjungi siang itu, suasana amat hening. Permukaan air danau yang sangat tenang dan berwarna khas hijau itu mulai diselimuti kabut. Hutan di sekelilingnya memancarkan nuansa keteduhan. Tidak ada wisatawan saat itu. Hanya ada beberapa warga sekitar danau yang sedang memancing ikan nila dengan rakit kayu sederhana.
Danau Ranamese berada di Desa Golo Loni, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, tepat di kawasan hutan yang lebat. Danau ini diapit Gunung Mandosawu (2.400 mdpl) — yang merupakan puncak gunung tertinggi dalam mata rantai pegunungan Ruteng — dan Gunung Ranaka (2.140 mdpl), yang merupakan puncak tertinggi kedua setelah Mandosawu.
Itu sebabnya danau ini ibarat sebuah permata ketenteraman yang tersembunyi di tengah hutan. Letaknya jauh dari permukiman, udaranya sangat bersih, sehingga danau ini layak menjadi alternatif penting bagi siapa saja, terutama yang ingin berlibur atau berwisata mencari ketenangan jiwa.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur menjadikan Danau Ranamese sebagai salah satu ikon pariwisata karena memiliki keuggulan dan keunikan, dengan suasananya yang tenang, hutannya masih asri, dan letaknya yang memang jauh dari pemukiman. Kondisi air Danau Ranamese pun masih sangat jernih sehingga digunakan sebagai sumber air minum bagi masyarakat setempat, bahkan bagi warga Kota Borong.
Penghuni Danau
Danau Ranamese dengan lingkungannya yang masih asri ini juga menjadi daya tarik bagi bermacam binatang. Ada burung migran, seperti itik air atau belibis (Anas querquedula) dan pecuk (Phalacroraxidae). Di dalam danau juga ada keragaman ikan air tawar, udang, dan belut.
Keberadaan belut di Danau Ranamese tak lepas dari legenda yang berkembang di warga setempat. Konon pada zaman dahulu diyakini ada dua danau yang dihuni makhluk halus, yaitu Danau Ranamese (danau kecil) dan Danau Ranahenbok (danau besar) yang terletak di Golorutuk.
Suatu ketika, penghuni Danau Ranamese dan Danau Ranahenbok berperang. Penghuni Ranamese pun minta bantuan manusia karena nyaris kalah. Pasukan manusia menang dengan mudah karena senjata yang digunakan Ranahenbok adalah belut (dalam pandangan makhluk halus adalah tombak). Manusia menebas belut itu dengan parang. Kekalahan penghuni Danau Ranahenbok dibayar dengan menukar Danau Ranamese menjadi lebih luas. Legenda itu dipercaya dan diyakini hingga saat ini dan manusia dalam legenda ini diyakini merupakan leluhur warga Golo Loni.
Minim Fasilitas
Sebagai obyek wisata, tidak terlihat fasilitas pendukung di area Danau Ranamese. Tidak ada kios makanan, kios suvenir, perahu untuk berkeliling mengitari danau, atau peralatan memancing.
”Pemerintah daerah belum membangun fasilitas sampai sekarang. Kalau sudah dibangun, warga sekitar tentu bisa merasakan manfaat ekonomi,” kata Tua Golo (Ketua Adat) Kampung Lerang, Petrus Sap.
Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur belum dapat mengelola Danau Ranamese karena harus mendapat izin menteri kehutanan. Artinya, harus ada nota kesepahaman dulu. Padahal, jika pemerintah serius menggarap pariwisata di Danau Ranamese, banyak hal yang bisa dijual. Selain pesona danau, ada pula ritual khas masyarakat Golo Loni, yaitu penti (upacara syukur atas hasil panen), yang biasa digelar pada Agustus atau September.
Pesona Ranaka
Masih dalam kawasan Danau Ranamese, pengunjung juga dapat menikmati petualangan menuju ke puncak Gunung Ranaka dan Anak Ranaka yang terbentuk tahun 1987. Lokasi itu dapat ditempuh dengan kendaraan selama sekitar 15 menit dari Danau Ranamese.
Dari pintu masuk menuju puncak gunung di Robo, Desa Ranaka, Kecamatan Poco Ranaka, perjalanan ke puncak berjarak 9 km. Setelah menanjak sejauh 6 km, Gunung Anak Ranaka sudah terlihat jelas. Lebih jauh ke puncak, wisatawan dapat melihat panorama alam pantai utara dan pantai selatan Kabupaten Manggarai.
Masih di sekitar kilometer enam, ada sebuah danau kecil. Masyarakat setempat juga meyakini ada danau misterius di kawasan Gunung Ranaka yang bernama Danau Ranaka. Dalam bahasa setempat, rana artinya danau, dan ka adalah burung sejenis gagak. Dulu, di kawasan itu banyak burung gagak, tetapi kini sudah amat jarang. Jadi, danau Ranaka merupakan danau tempat mandi burung gagak.
Namun, danau yang ada di KM 6 itu bukan Danau Ranaka yang dimaksud sebab diyakini hanya orang tertentu atau paranormal saja yang dapat mengetahui dan melihat posisi Danau Ranaka. (*/AMO/jdz)