Pesawat Hercules TNI AU Jatuh di Medan

by -134 views

MEDAN — Pesawat Hercules milik TNI AU dikabarkan jatuh di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Selasa (30/6/2015). Lokasi jatuhnya pesawat jenis angkut militer ini persis di dekat Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, bekas Bandara Polonia Medan.

Persisnya jatuh di sebuah kompleks perumahan yang sedang dalam pembangunan di Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Kejadian tersebut menyebabkan sebagian rumah yang sedang dibangun di wilayah tersebut terbakar.

Belum diketahui penyebab pesawat itu jatuh dan apakah terdapat korban selamat dalam peristiwa naas tersebut. Pesawat Hercules dengan nomor ekor A-1310 itu buatan Amerika Serikat tahun 1964. Hingga kini, proses evakuasi masih terus dilakukan untuk mencari korban selamat.
Menurut seorang warga yang bernama Guntur, dia kebetulan melihat kejadian saat berada di dalam kediamannya di Jalan Pales. Dia melihat pesawat Hercules itu menukik ke daerah perumahan.

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya membenarkan peristiwa tersebut. “Informasinya benar seperti itu. Pesawat jatuh pada pukul 12.08, baru take off (lepas landas) sekitar dua menit,” ujar Mayjen Fuad Basya saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Menurut Fuad, lokasi jatuhnya pesawat sekitar lima kilometer dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Soewondo. Ketika itu, pesawat akan berangkat menuju Tanjung Pinang dan mengangkut logistik.

Meski begitu, Fuad Basya belum bisa memberikan informasi yang lebih detail mengenai peristiwa itu.

“Belum tahu kondisinya seperti apa, jatuhnya kenapa. Panglima TNI sudah memerintahkan untuk investigasi,” tuturnya.

Ia juga mengatakan, TNI AU langsung membentuk tim investigasi untuk menyelidiki peristiwa jatuhnya salah satu pesawat andalan TNI itu. “Tim saya sudah menuju kesana,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto saat dihubungi, Selasa (30/6).

Dia menambahkan, pesawat tersebut dalam misi kegiatan rutin yang diadakan TNI AU dengan rute Halim Perdanakusuma, Pekanbaru (Riau), Medan, Dumai (Riau), Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), dan Pontianak (Kalimantan Barat).‎

Seorang saksi mata, Guntur, mengatakan, dia kaget saat melihat pesawat tersebut menukik rendah di dekat rumahnya sekitar pukul 12.00 WIB.  “Aku pikir mau jatuh ke dekat rumahku, ternyata jatuh di ruko yang belum jadi di dekat Perumahan Simalingkar,” katanya.
Menurut dia, sempat ada ledakan yang membuat kawasan itu bergetar. “Lumayan bergetarlah tadi. Sekarang tinggal ada asap,” katanya.
Guntur juga mengatakan, lokasi kejadian yang dekat dengan jalan raya itu langsung dikerumuni warga sekitar. Tentara Angkatan Udara dan Basarnas juga sudah terlihat di lokasi.

35 Jenazah Ditemukan

Hingga pukul 15.30 WIB, Selasa (30/6/2015), Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan dilaporkan telah menerima 35 jenazah korban yang berhasil ditemukan dari reruntuhan jatuhnya pesawat Hercules C-130 di kawasan perumahan di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara.
Jenazah para korban yang umumnya mengalami luka bakar tersebut masih dalam identifikasi petugas di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik, Medan, sehingga belum diketahui berapa jumlah penumpang dalam pesawat Hercules ataupun masyarakat sipil yang turut menjadi korban.
Menurut perkiraan, masih ada beberapa korban lagi yang belum ditemukan di lokasi karena pesawat Hercules dalam penerbangan dari Bandara Soewondo, Medan, tujuan Kepri, tersebut menurut informasi membawa 50 penumpang, termasuk awak pesawat.
Suasana haru terlihat di lokasi ataupun RSUP Adam Malik karena banyak warga, yang mengaku pihak dari keluarga korban, histeris ingin melihat kondisi jenazah.

Pelajaran untuk Panglima Baru

Pengajar Politik Pertahanan dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Muradi, menilai, peristiwa jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Medan, pada Selasa (30/6/2015) siang merupakan bukti rendahnya kualitas alat utama sistem pertahanan (alutsista) milik TNI. Ia berharap peristiwa ini menjadi pelajaran bagi panglima baru TNI untuk meningkatkan kualitas alutsista tersebut.

Muradi menjelaskan, kekuatan dirgantara Indonesia memang rapuh karena sebagian besar alutsista yang berusia uzur, termasuk alutsista hasil pengadaan hibah. Pengadaan alutsista melalui skema hibah ia anggap sebagai cara untuk menyiasati keterbatasan anggaran pertahanan.

“Pengadaan alutsista lewat skema hibah hanya mengejar kuantitas alutsista tanpa memperhatikan kualitas dan kemampuan dalam mengamankan kedaulatan indonesia,” kata Muradi, melalui pernyataan tertulis, Selasa sore.

Untuk itu, kata Muradi, Panglima TNI yang akan menggantikan Jenderal Moeldoko harus menjadikan peremajaan alutsista sebagai salah satu pekerjaan rumah utama. Ia mendorong agar Panglima TNI berani menolak pengadaan alutsista melalui skema hibah.

Menurut Muradi, cara terbaik memperbaiki kondisi alutsista TNI adalah dengan mengkombinasikan industri pertahanan dalam negeri dan pengadaan alutsista dalam skema pembelian baru. Ia berharap terjadi juga proses pertukaran teknologi untuk memperkuat basis industri pertahanan nasional ke depannya.

“Panglima TNI melalui Kementerian Pertahanan harus harus menekankan pengadaan alutsista baru dan berani menolak semua skema hibah,” ucapnya. (kompas.com/jdz)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *