11 Balita Meninggal Dalam Lima Bulan Karena Gizi Buruk

by -157 views

Kupang, mediantt.com — Sebanyak 11 anak balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia akibat terkena gizi buruk dalam kurun waktu lima bulan. Data tersebut disampaikan Serly Matutina Hayer dan I Gede Kabinawa, dua orang staf di bagian seksi perbaikan gizi Dinas Kesehatan Provinsi NTT, yang didampingi oleh Kepala Biro Humas Setda NTT, Lambert Ibi Riti, saat menggelar konferensi pers di ruangan Humas Setda NTT, Kamis (25/6/2015).
“Data ini sesuai dengan laporan dari Dinas Kesehatan di kabupaten/kota dalam rentang waktu bulan Januari 2015 sampai 31 Mei 2015. Sebelas anak balita yang meninggal akibat gizi buruk tersebut berasal dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU),” kata Serly.
Data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTT, lanjut Serly, menunjukkan empat dari 11 anak balita meninggal di Kabupaten TTU. Pertama, Ulan Kaunan (9), warga Kampung Oenana, Desa Faennake, Kecamatan Bikomi TTU. Ia menderita gizi buruk yang disertai dengan penyakit pernapasan, diare, dan kejang-kejang. Ulan Kaunan sempat dirawat di puskesmas dan sempat dirujuk ke RSUD Kefamemanu, tetapi keluarga menolak sehingga korban meninggal pada 7 Februari 2015.
Anak balita lainnya, Lidtuana Palbeno, berusia 22 bulan. Warga Desa Nimasi, Kecamatan Bikomi Tengah, TTU, itu menderita gizi buruk disertai dengan penyakit batuk, pilek, dan panas. Ia sempat menjalani perawatan di RSUD Kefamenanu, tetapi akhirnya meninggal pada 19 Maret 2015.
Ketiga, Adrianus Basteas, 21 bulan, asal Kampung Tuamese, Desa Taekas, Kecamatan Miomafo Timur, TTU, dengan status gizi buruk disertai penyakit penyerta suspect pneumonia dan gea serta sempat menjalani perawatan selama dua hari. Namun, keluarga menolak dan pulang sehingga akhirnya meninggal pada 21 Februari 2015.
Kemudian, Pracella Bone, 2 tahun 2 bulan, warga Kelurahan Tublopo, Kecamatan Bikomi Selatan, TTU, mengalami gizi buruk dengan penyakit pneumonia berat dan disentri. Sempat dirawat di RSUD Kefamenanu, ia akhirnya meninggal pada 2 April 2015.
Serly menjelaskan, dari 330.214 anak balita yang ditimbang di 21 Kabupaten dan satu kota di NTT, terdapat 1.918 anak balita yang menderita gizi buruk tanpa kelainan klinis, 10 anak balita yang menderita gizi buruk dengan kelainan klinis, yakni 8 anak balita mengalami gizi buruk marasmus dan dua anak balita dengan gizi buruk maras kwash.
Sementara itu, terdapat 21.134 balita yang menderita gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk tanpa kelainan klinis paling banyak terdapat di Kabupaten Sumba Barat Daya, yakni sebanyak 200 anak balita, sementara paling sedikit ialah di Kabupaten Nagekeo, yakni hanya enam anak balita. Anak balita yang kurang gizi paling banyak berada di Kabupaten Sikka, yakni 5.174 anak balita dan yang paling sedikit di Kabupaten Sumba Tengah, yakni 31 anak balita.
Untuk gizi buruk dengan kelainan klinis jenis marasmus, hanya terdapat di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Belu enam anak balita, Kabupaten Kupang satu anak balita, dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) satu anak balita. Sementara itu, untuk gizi buruk maras kwash, hanya terdapat di Kabupaten Belu, yakni dua anak balita.
“Kasus gizi buruk (1.918 anak balita) ini sudah ditangani semua oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, termasuk juga sembilan anak balita yang menderita gizi buruk dengan gejala klinis. Data yang kami peroleh ini setelah ada penanganan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota setempat,” kata Serly. (kompas.com/st)

Foto : Ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *