Beras Plastik Lolos Pengawasan BPOM

by -130 views

JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengakui kecolongan menyusul ditemukannya beras yang diduga mengandung zat berbahaya dari unsur plastik, yang populer disebut beras plastik oleh masyarakat. Direktur Pengawasan Bahan Berbahaya BPOM Mustofah menyampaikan, pihaknya baru mendengar berita tersebut Selasa siang (19/5/2015).

“Jadi, belum ada tindakan resmi,” ungkapnya Selasa malam (19/5). Dia menambahkan, masalah beras plastik itu sebenarnya masuk dalam ranah pengawasan Kementerian Pertanian (Kementan). Sebab, beras merupakan pangan segar sehingga tidak masuk dalam tanggung jawab BPOM. ’’Kami lebih ke pangan olahan,’’ ungkapnya.

Temuan beras plastik itu diungkapkan pemilik warung nasi uduk di ruko Granade Blok F19 No 37 Kelurahan Mustikajaya, Bekasi, kemarin. Pemilik warung, Dewi Seftiani, menyatakan tidak jadi memasak beras yang baru dibelinya untuk nasi uduk. ”Karena setelah dimasak, bentuk nasi terlihat aneh,” ujarnya.

Dewi menceritakan, dirinya membeli beras dengan merek Ramos Sentra di toko beras langganannya di Pasar Tanah Merah, Mutiara Gading Timur, Bekasi, dengan harga Rp 8.000 per kilogram (kg). Awalnya, Dewi tidak curiga sedikit pun dengan beras yang dibelinya. Sebab, kalau dilihat, bentuk dan warna bulirnya sama sehingga sulit untuk dibedakan.

Namun, saat dimasak, barulah terlihat perbedaan beras itu dengan yang asli. Beras itu berwarna putih bersih dan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi kenyal. ”Setelah jadi nasi, kok saya lihat bentuknya beda, nggak kayak nasi pada umunnya. Jadi, saya nggak berani untuk buat nasi uduk, takut kenapa-kenapa kalau dimakan,” ucap Dewi saat ditemui di warungnya.

Dewi kemudian mencoba memakan nasi yang tampak tidak biasa tersebut. Rasanya memang pahit. Bukan hanya itu, beberapa menit kemudian perut Dewi mual. ”Sejak itu, saya yakin ada yang tidak beres dengan beras yang saya beli,” ungkapnya.

Saat memeriksa dengan lebih saksama beras yang belum dimasak, Dewi mulai sadar bahwa bentuk beras yang baru saja dibelinya memang tidak sama dengan beras pada umumnya. ”Butiran beras yang baru saya beli terlihat bening tanpa kotoran dan warna pun sangat mencolok. Kalau beras asli, di dalam butiran akan terlihat warna putih kecil di tengah-tengah,” terangnya. ”Kalau dilihat sekilas saja, memang sama. Tapi, kalau dilihat lebih teliti lagi, baru terlihat perbedaannya,” tambahnya

Karena khawatir tetangga dan kerabatnya membeli beras serupa, Dewi kemudian melaporkan temuan itu kepada Lurah Mustikajaya Iman. ”Kami mendapatkan laporan tadi pagi, langsung kami cek ke lokasi. Kalau dilihat, memang ada sedikit perbedaan, tapi kami belum tahu apakah beras tersebut mengandung zat berbahaya atau tidak sehingga perlu pengecekan melalui laboratorium,” tutur Iman.

Begitu mendapat laporan tentang beredarnya beras plastik di Kota Bekasi, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi melakukan sidak ke toko beras Pasar Tanah Merah di Mutiara Gading Timur. Sesampai di pasar, petugas gabungan langsung memeriksa salah seorang pedagang beras. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah mengambil sampel untuk dicek di laboratorium. ”Kami datang ke pasar hanya untuk mengambil sampel, bukan menutup toko berasnya. Karena belum terbukti apakah beras tersebut benar-benar berbahan sintetis,” kata Kabid Perdagangan Disperindagkop Kota Bekasi Herbert Panjaitan.

Herbert juga menanyakan asal muasal beras itu kepada pemilik toko. ”Penjual bilang dari Karawang. Tapi, dia juga beli lagi sama supplier beras di daerah Duren Jaya,” lanjut dia.

Sementara itu, pemilik toko beras Sembiring mengaku kaget dengan kedatangan rombongan petugas yang memeriksa dagangannya. ”Ini ada apa? Silakan saja kalau mau ngambil sampel, saya juga tidak tahu kalau beras ini mengandung bahan berbahaya,” tutur dia.

Heboh beras plastik tidak hanya terjadi di Indonesia. Tiongkok juga mengalami persoalan dengan hadirnya pangan imitasi itu. Dalam sebuah laporan di media Singapura, terungkap beras plastik tersebut berasal dari Taiyuan, salah satu kota di Provinsi Shaanxi.

Di kota itu, beras sintesis tersebut diproduksi dan didistribusikan secara besar-besaran oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendulang keuntungan berlipat. Mereka mengklaim beras imitasi itu sebagai kombinasi antara kentang, ubi jalar, dan plastik. Plastik digunakan untuk membentuk gabungan kentang dan ubi jalar agar terlihat seperti bulir beras. Lalu, ditambahkan resin sintetis industri. Nah, resin itu dikenal sangat berbahaya jika dikonsumsi. Kanker hingga kematian bisa mengancam mereka yang mengonsumsi beras abal-abal tersebut.

Dalam jangka pendek, mereka yang mengonsumsi beras palsu itu akan merasa cepat kenyang. ”Makan tiga mangkuk nasi palsu itu akan membuat orang cepat kenyang. Padahal, mereka seperti makan satu kantong plastik,” ujar salah seorang pejabat di Tiongkok saat menanggapi keresahan soal beras imitasi.

Pejabat berwenang di negeri itu juga berjanji menyelidiki pabrik yang memproduksi beras tersebut. Dugaan sementara, beras palsu sengaja diproduksi untuk menekan biaya produksi dan menggandakan keuntungan. (jpnn)

Ket Foto : Hasil masakan beras yang diduga berbahan baku plastik yang berwarna putih bersih dan menggumpal setelah menjadi nasi. Bila dipegang, terasa lembek tapi kenyal.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *