Kalabahi, mediantt.com — Keluarga pasien Sal Anak RSUD Kalabahi, Kabupaten Alor, menyesalkan sikap oknum dokter di rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab Alor) itu karena melontarkan kata-kata tak pantas kepada pasien. Kekesalan pasien ini setelah mendengar apa yang diucapkan dokter.
Kekesalan keluarga pasien, Fahri Kamusban yang berusia 2,6 tahun ini bermula ketika dirujuk ke RSUD Kalabahi Senin lalu. Setelah melakukan tindakan beberapa saat di UGD, Fahri dirujuk ke Sal Anak untuk perawatan lanjutan.
Fahri merupakan warga RT 02 RW I, Keluarahan Moru, Kecamatan Alor Barat Daya (Abad), dilarikan ke RSUD Kalabahi setelah keciprat minyak panas, sehingga sebagian wajah dan badan mengalami luka serius. Fahri harus dilakukan pembersihan luka-luka, sehingga perlu bantuan pernapasan melalui oksigen.
Nenek korban, Maimunah Somat, yang ditemui wartawan di sal anak RSUD Kalabahi, Rabu (6/5/15) mengaku kesal dengan pelayanan seorang dokter yang diketahuinya bernama dokter Oriano.
Menurut Somat, untuk melakukan tindakan operasi, pihak rumah sakit telah meminta pasien agar tidak boleh makan sejak pukul 02.00 dini hari, namun sejak Selasa (5/5) pukul 09.00 Wita belum ada tindakan medis.
Dia mengatakan, dokter Oriane yang ditugaskan untuk membantu pasien, terlihat kesal dan mengeluarkan kata-kata tak pantas di hadapan keluarga pasien, bahwa selang yang digunakan untuk membantu pernapasan tidak ada, sehingga korban harus dirujuk ke Kupang. “Kemarin itu dokter bilang selang tidak ada, supaya ini anak jangan mati, harus secepatnya dirujuk ke Kupang. Padahal cucu kami sudah puasa dari jam dua dini hari,” ujar nenek Somat.
Ia menuturkan, karena sikap dokter seperti ini keluarga pasien mengadukan masalah ini ke salah seorang anggota DPRD Kabupaten Alor, Mulyawan Djawa. Menurutnya, saat itu Mulyawan Djawa langsung menghubungi Direktur RSUD Kalabahi, dr. Ketut Indrayana.
Minta Maaf
Kepala Unit Informasi Pengaduan dan Humas RSUD Kalabahi, Nova Nelly Namo yang dihubungi mengatakan, dokter yang bersangkutan sudah meminta maaf kepada keluarga pasien. Menurutnya, apa yang diucapkan oleh dokter sebenarnya bukan kepada pasien, tetapi karena kesal dengan manajemen RSUD Kalabahi.
Dia mengatakan, selang yang harus digunakan oleh dokter berukuran nomor 4, namun yang sering digunakan selama ini dan tersedia di rumah sakit nomor 3,5 dan 7. “Nomor 4 itu jarang kita pakai di sini dan tidak tersedia. Biasanya dokter-dokter yang pakai itu nomor 3,5 dan 7. Sebenarnya dia bukan kesal dengan pasien, tapi dengan rumah sakit, karena ketersediaan selang nomor 4 ini tidak ada,” katanya.
Dia mengatakan, setelah mengetahui kejadian ini dipersoalkan oleh pasien, dokter tersebut langsung meminta maaf. Dia menyebutkan, kekesalan dokter ini karena melihat kondisi pasien yang kritis, namun tidak ada selang untuk pernapasan. “Sebenarnya dia bukan kesal dengan keluarga, tapi dia kesalnya itu kenapa alatnya tidk ada,” kata Nova.
Direktur RSUD Kalabahi, dr. I Ketut Indrayana mengatakan, telah memberikan teguran kepada dokter tersebut. Menurutnya, setiap dokter yang bertugas di rumah sakit, ia selalu mengingatkan agar berkomunikasi yang baik dengan pasien. “Mereka itu (dokter) bekerja di sini dua bulan dan roling terus. Saya sudah kasih tahu komuniaksi yang baik dan beri penjelasan yang simpel kepada pasien. Saya sudah cek dan sudah tanya mereka sudah klarifikasi semua. Pasien juga sudah kita tangani dengan baik,” katanya.
Pemerhati masalah sosial Alor, Lomboan Djahamouw kepada wartawan mengatakan, informasi ini dia peroleh setelah dihubungi Mulyawan Djawa, sehingga ia langsung mendatangi rumah sakit Selasa petang. Menurutnya, setiap dokter harus ramah kepada pasien dan bukan mengeluarkan kata-kata tidak pantas. “Saya ditelpon pak Mulyawan Djawa, makanya saya langsung datang ke rumah sakit. Saya lihat ini anak kita kasian. Kita harapkan tidak boleh terjadi pada pasien-pasien lain. Dokter itu harus ramah kepada pasien. Kalau ada masalah dengan manajemen rumah sakit, sampaikan langsung ke pimpinan rumah sakit ini. Bukan omong di depan keluarga pasien,” tandas Djahamouw.
Anggota DPRD Kabupaten Alor, Mulyawan Djawa menambahkan, masalah tersebut tidak boleh terjadi lagi pada pasien yang lain. Ia berharap, peristiwa ini menjadi yang terakhir yang dialami oleh pasien. “Jangan sampai ini terjadi pada pasien-pasien yang lain. Ini kita tidak tahu. Ini saya marah betul. Etika tidak boleh begitu kalau kesal dengan alat, jangan omong di pasien tapi omong dengan manajemen,” kata Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Alor ini.(joka)
Ket Foto: Pasien Fahri Kamusban yang berusia 2,6 sedang menjalani perawatan di RSUD Kalabahi