KALABAHI — Siapa sangka, Desa Belamana, Kecamatan Alor Timur (Altim), yang terpencil dan jauh dari Kota Kalabahi, memiliki sesuatu yang unik. Dimana jalannya pemerintahan desa bergandengan tangan atau sejalan dengan budaya yang dimiliki masyarakat keturunan Suku Talpi di Kerajaan Kolana. Pasalnya, dua bangunan penting, yakni Kantor Desa Belamana dan Rumah Adat milik lima suku, berdiri megah berdampingan di lembah Belamana, yang tertata rapi dengan sejumlah rumah penduduk dan beberapa bangunan pemerintahan lainnya.
Salah satu dari 9 Desa di Kecamatan Altim, yang lagi dipimpin Kepala Desa Metusail Lambuk, memang berbeda dan bercorak khas budaya. Bayangkan, sebuah bangunan permanen kantor desa, sementara disampingnya berdiri megah rumah tradisional bernama Yutahon, yang merupakan gabungan dari lima sub suku. Masing-masing, suku Lambuk Mopadara, Langare Frare, Walulangadini Landena Walu, Langlu dan Tampi Lamanadi.
Salah satu tokoh adat Desa Belaman, Yonanis Mokolo kepada mediantt.com, Rabu (6/5/2015) menuturkan, sebuah gudang rumah adat yang telah dibangun untuk kepentingan pemerintahan, juga dilengkapi dengan sejumlah benda-benda pusaka. Yakni, sebuah moko jawa, satu set gong dan tambur, pakaian perang, dan sejumlah busur anak panah.
Sepasang wisatawan manca negara asal Kincir Angin, Belanda, Mr Jan dan Mrs Anneke mengaku, sangat mengagumi suasana lembah Belamana yang asri ditumbuhi pepohonan dan rumput hijau, serta bunga-bunga yang lagi mekar. Selain itu, kedua pensiunan yang tiga kali kunjungi Kabupaten Alor ini mengaku, baru pertama kali melihat benda pusaka moko yang telah menjadi ikon seribu moko.
Kesan menarik ini merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan aspek kepariwisataan. Khususnya pariwisata budaya (cultural tourism), apalagi bila disuguhkan lagi dengan objek danau Suntaing yang konon menjadi aset Desa Belamana dan bukan Kecamatan Pureman. Tetapi dari aspek kepariwisataan, berbeda bukan berarti bertentangan, tapi dapat dikelola dan saling bekerja sama agar ke dua masyarakat yang dulunya bergabung dalam satu kecamatan bisa menikmati secara langsung “madu” nya dunia kepariwisataan.
Sementara itu, Mr. Jan ketika diminta tanggapannya soal potensi wisata di Negeri Seribu Moko ini mengatakan, Alor sangat indah, apalagi di saat musim hujan. Dengan hijau dedaunan bagai permadani. Hanya saja tinggal bagaimana menanganinya secara serius. Tidak saja di pantai dan dalam laut, tetapi dalam hal budaya dan peninggalannya yang sangat berharga. (joka)
Foto : Wisatawan manca negara asal Belanda, Mr. Jan dan Mrs. Anneke ketika mengunjungi Pantai Belamana.