Kemiskinan Bisa Jadi Pintu Masuk Radikalisme

by -172 views

Kupang, mediantt.com — Pemerintah Provinsi NTT kembali menggelar dialog dengan pimpinan lembaga keagamaan untuk periode tahun 2015. Dialog bertema ‘Sehati Sesuara Menciptakan Kerukunan Beragama se-NTT’ ini, Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Pr, mengingatkan bahwa kemiskinan bisa menjadi pintu masuk untuk radikalisme.

“Kerukunan di NTT cukup baik dan sangat menjanjikan. Penghargaan terhadap perbedaan, kesadaran menghormati, dan menghargai sangat tercermin dalam keseharian masyarakat NTT. Jika tidak ada penghargaan maka akan memicu munculnya radikalisme. Selain itu, kemiskinan juga bisa menjadi pintu masuk untuk radikalisme,” kata Uskup Petrus Turang, dalam dialog yang berlangsung di Rumah Jabatan Gubernur NTT, Jln El Tari, Senin (27/4/2015).

Gubernur NTT, Drs Frans Lebu Raya ketika membuka dialog itu mengatakan, kerukunan di NTT terjaga karena menghargai perbedaan, dan ini menjadi benteng untuk menangkal aliran jahat atau radikalisme. Saat itu, Gubernur Lebu Raya memaparkan materi tentang ‘Strategi Percepatan Pembangunan Melalui 6 Tekad Pembangunan NTT dengan Spirit Anggur Merah serta Masuknya Aliran Agama Tertentu dan Ancaman ISIS’.

Menurut Lebu Raya, kondisi ekonomi di NTT pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi yakni 5.04 persen dibandingkan dengan pertumbuhan nasional 5,02 persen. Sementara inflasi NTT 7,76 lebih rendah dari nasional 8,36 dan penurunan penduduk miskin pada 2010-2014 sebesar 3,43 persen.

Kata dia, selain itu berpedoman pada Tri Sakti yakni berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkripadian dalam bidang kebudayaan, Pemerintah Provinsi terus-menerus bersinergi untuk memperjuangkan kemajuan dari hari ke hari dan tentu menjadi harapan bersama untuk bisa mewujudkan NTT menjadi lebih baik.

“Kami telah mengadakan rapat bersama Forkompimda dengan tiga Provinsi yakni Bali, NTB dan NTT untuk mendiskusikan persoalan terkait ISIS dan telah menetapkan strategi antisipasi,” kata Gubernur.

Kapolda NTT, Brigjen Pol Endang Sunjaya mengapresiasi kerukunan agama di NTT. Karena hal ini yang menjadi kekuatan untuk menangkap radikalisme dan harapan bersama agar sharing antar agama ini kerukunan agama ini tetap terjaga.

“Anak-anak dari dini harus diberi kemahiran, agar tidak menambah jumlah pengangguran,tidak terlibat dalam human traficking dan ancaman narkoba. Itu yang harus kita hindari,” ungkap Endang Sunjaya.

Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Benyamin Nara Lulu, menambahkan, ancaman yang saat ini dihadapi bukan saja ISIS, melainkan kemiskinan, HIV, dan tracfiking. “Radikalisme datang dari masalah sosial. Oleh karena itu, melalui pendekatan keagaman dan program-program pemerintah untuk bisa menangkal ancaman tersebut,” katanya.

Dialog ini dilanjutkan dengan penyerahan Bantuan Sosial secara Simbolis Kepada Pimpinan Lembaga Keagamaan dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat/jemaat dan diahkiri dengan makan siang bersama.

Uskup Turang juga meminta agar dalam upaya swasembada pangan, pemerintah provinsi diharapkan untuk memperhatikan dan memperbaiki irigasi di Oepoli, Bena dan yang ada di Benanain.

Hadir juga saat itu antara lain, Wakil DPRD Provinsi NTT, Forkopimda NTT, Pimpinan SKPD Provinsi NTT, Vikjen Keuskupan Agung Ende Rm. Cirilis Lena. Pr, Vikjen Keuskupan Agung Ruteng, Rm Canisius Ali Pr, Ketua Pdt Sinode Gereja Masehi Injil di Timor Boby Litelnoni, Sekretaris Umum MUI NTT, Drs. H. Mandarlangi Pua Upa, Perwakilan dari Perisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Made Tusan Suraya, tokoh-tokoh agama, Senat Mahasiswa Unwira, Undana dan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI). (jdz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *