Akhir Tahun, Level Inflasi Tertinggi

by -123 views

JAKARTA – Menuju pengujung tahun, tekanan harga barang dan jasa tercatat melambung tinggi. Itu terlihat dari level inflasi bulanan (month to month/mtm) yang mencapai 2,1–2,2 persen per akhir pekan ketiga Desember 2014. Terkereknya inflasi tersebut dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada pertengahan November 2014.

”Ini inflasi tertinggi dalam tahun ini. Tapi, masih ada beberapa hari lagi. Kalau tidak dijaga, bisa terjadi inflasi di atas 8 persen sepanjang tahun ini,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo setelah rapat koordinasi terkait inflasi di Kementerian Koordinator Perekonomian Senin (29/12).

Memang, kata Agus, tertekannya inflasi itu tidak semata-mata disebabkan harga BBM. Namun, juga ada faktor akhir tahun seperti momen liburan Natal dan tahun baru yang bisa meningkatkan harga barang karena banyaknya permintaan. ”Yang jelas, dampak kenaikan BBM cukup signifikan mencapai 0,6 persen. Pada November, dampak belum besar. Baru terasa besar di Desember. Selebihnya, inflasi terkait volatile food dan administered price,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyatakan, kondisi tekanan harga konsumen pada November berbeda dengan dampak kebijakan kenaikan BBM pada Juni 2013. Saat itu inflasi Juni 2013 mencapai 3,29 persen (mtm). ”Timing menaikkan juga penting. November biasanya deflasi atau kalau inflasi sangat rendah sehingga dampaknya seperti ini (terkelola),” ungkapnya.

Namun, dampak inflasi dari kenaikan BBM bersubsidi pada November belum mencakup keseluruhan bulan. Periode yang terdampak pada November hanya 12 hari terakhir. ”Dampak sisa biasanya tidak besar. Contohnya, tahun lalu pada Agustus drop ke 1,1 persen (mtm), September inflasi rendah 0,35 persen (mtm). Tahun ini kita lihat Desember,” terangnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, pihaknya optimistis target inflasi pemerintah di bawah 8 persen akan tercapai. ”Saya tidak yakin lebih tinggi dari 8 persen. Mungkin sekitar 7,5 persenan,” tuturnya. Sebagaimana diwartakan, Pemerintah menargetkan inflasi di level 7,3 persen apabila ada kenaikan BBM Rp 2.000 per liter atau meningkat 2 persen dari baselinetahun ini 5,3 persen.

Namun, menurut Sasmito, pemerintah harus bekerja ekstrakeras untuk menahan laju harga komponen inflasi lainnya. Khususnya untuk volatile food atau bahan pangan yang sarat gejolakmaupun second round effect inflasi yang terjadi di tarif transportasi. ”Khususnya beras dan cabai. Suplainya harus dipenuhi. Tarif angkutan juga mesti dikendalikan. Biasanya (tarif) yang naik ada revisi, jadi turun lagi,” ujarnya. (jp/jk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *