JAKARTA — Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya baru-baru ini meluncurkan buku Alor Underwater di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata. Langkah tersebut merupakan wujud nyata dan kesungguhan Pemprov NTT memaksimalkan sektor pariwisata. Bahkan, pesona dan kekayaan alam bawah laut terus mencuat kancah global, dan semakin dilirik para pelancong.
”Yang sudah terkenal dari NTT adanya hewan langka komodo. Akan tetapi daya tarik wilayah kami yang sesungguhnya lebih dari itu. Ada Danau Kelimutu, budaya pasola di Sumba, gelombang laut yang menarik untuk peselancar di pantai Nembrala, Rote, dan lain-lain,” beber Frans.
Dia juga menjelaskan, pada buku yang dilaunching tersebut (Underwater) setebal 100 halaman berisi 100 foto yang diabadikan oleh sembilan fotografer. Enam fotografer dari Indonesia dan tiga lainnya dari Singapura, Jepang dan Taiwan. Bukan hanya keindahan bawah lautnya saja tetapi juga ditampilkan foto-foto yang menggambarkan alam dan budaya yang hidup di Kabupaten Alor. Pemotretan dilakukan selama 7 hari pada bulan September 2014. Foto-foto tersebut juga diunggah ke dalam media sosial masing-masing fotografer. Buku tertsebut menjadi promosi visual bagi para pelancong yang ingin mengetahui lebih banyak tentang alor dan wisata istimewa di NTT.
”Dunia bawah laut Alor perlu diungkapkan dan dibanggakan. Itulah alasan diluncurkan buku Alor Underwater agar khalayak lebih luas dapat mengetahuinya,’’ katanya
Pada kesempatan yang berbeda, Eco Flores Foundation memprakarsai pertemuan dengan pemerintah yang berkaitan erat dengan pembangunan pariwisata Flores NTT. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membangun visi bersama mengenai Pengembangan pariwisata seperti apa yang tepat untuk masa depan yang berkelanjutan di Flores. Eco Flores Foundation melihat beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Flores, gerbang menuju Taman Nasional Komodo.
Pengembangan pariwisata di pulau ini masih difokuskan pada pengukuran jumlah kedatangan dan pekerjaan yang diciptakan, bukan keberlanjutan sumber daya pariwisata atau jumlah pekerjaan lokal yang dibuat dan jumlah pendapatan masyarakat yang dihasilkan/kesejahteraan masyarakat yang sedang dikembangkan.
Hal lainnya, masih kurangnya metrik dan penegakan insentif untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan. Industri pariwisata di sini masih terkotak-kotak dan para pemangku kepentingan tidak bekerja sama untuk bersama-sama menciptakan agenda besar dan berpegang teguh pada pengembangan pariwisata berkelanjutan. Adapula pemikiran pulau ini tidak akan pernah kekurangan pasokan atraksi sehingga para pemain kunci merasa tidak perlu berkomitmen membangun tujuan wisata yang keberlanjutan di mana usaha mereka beroperasi pada waktu tertentu. Eco Flores Foundation mengingatkan, beberapa masalah paling penting yang memerlukan kesadaran dan pertimbangan jauh lebih besar.
Pertama, tanah sebagai sumber daya paling penting dan segala sesuatu yang berada di atasnya harus dilindungi. Melalui pengamatan dan pengalamannya, organisasi ini menyarankan, akan lebih baik menghimbau masyarakat menyewakan/ mengontrakan tanahnya daripada menjualnya agar generasi berikutnya tetap memiliki tanah mereka. Kedua, daya dukung pulau menampung kedatangan wisatawan. Ini terkait dengan sumber air. Industri pariwisata akan membutuhkan pasokan air sangat banyak. Mesti dipikirkan agar sumber air yang ada tidak akan mengganggu pasokan air bagi masyarakat lokal. Juga terkait dengan sumber daya manusia lokal. Jika pariwisata berkembang terlalu cepat dikhawatirkan kapasitas SDM lokal belum dapat memenuhi untuk melayani wisatawan.
Akibatnya, migrasi pekerja dari luar Flores tak terelakan. Untuk itu dibutuhkan rencana pendidikan yang dapat meningkatkan kuantitas serta kualitas pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia di Flores. Di luar akomodasi dan makanan, manfaat ekonomi terbesar dari sektor pariwisata berasal dari pengeluaran wisatawan. Beragam aktifitas sekarang menjadi sangat penting bagi wisatawan. (ind/jk)