Jakarta, mediantt.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, konflik antar-kelompok berlatar belakang agama yang masih sering terjadi tak terlepas dari sikap pemimpin masing-masing kelompok yang dengan mudah menjual “janji surga” kepada pengikutnya.
Pernyataan ini disampaikan JK dalam pidato pada pembukaan World Peace Forum ke-5 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11/2014).
JK mencontohkan para pelaku bom bunuh diri. Mereka, kata JK, tidak mengincar kekuasaan atau jabatan tertentu. Tujuan mereka melakukan itu karena dijanjikan masuk surga apabila bersedia melakukannya. “Masih banyak pemimpin yang jual murah surga. Membunuh atau dibunuh, masuk surga. Membakar atau dibakar masuk surga,” kata dia.
Padahal, lanjut JK, tidak jarang dari mereka yang setiap hari telah mendoakan satu sama lain ketika bertegur sapa. Ucapan salam, menurut dia, merupakan bagian dari doa tersebut.
“Kita umat Muslim setiap hari mengucapkan Assalamualaikum, orang Kristen mengucapkan Shalom, orang Hindu mengucapkan Om Swastuastu. Itu kan doa keselamatan,” kata dia.
JK menambahkan, saat ini banyak sekali konferensi internasional yang mengangkat persoalan perdamaian. Namun, konferensi itu akan sia-sia apabila yang didapatkan hanya untuk dirinya sendiri.
Selain itu, menurut JK, perlu ada perubahan paradigma dalam mengatasi konflik. Para pemimpin negara seharusnya berpikir bagaimana mencegah, bukan meredam konflik yang terjadi.
Hakikat agama adalah keselamatan
Hakikat dari sebuah ajaran agama adalah keselamatan dan kedamaian, demikian disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin sebelum menghadiri Pembukaan World Peace Forum kelima di Gedung Nusantara IV, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/11). “Agama itu hakikatnya adalah kedamaian dan keselamatan,” ujar dia.
Karena, bila ajaran agama tidak dipahami hanya melalui sisi kulit luarnya, akan menghadirkan kekerasan dan pemaksaan kehendak. “dengan kata lain akan bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri,” ujar Lukman.
Menteri Agama juga berkomentar tentang acara World Peace Forum kelima. Menurut dia, acara ini diselenggarakan dalam rangka meneguhkan tentang Islam yang meng-Indonesia dalam konteks mewujudkan perdamaian dunia.
Mewujudkan perdamaian dunia
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaikan World Peace Forum kelima yang mulai berlangsung Kamis (20/11) hingga Minggu (23/11) mengangkat tema ‘Quest for Peace: Lessons of Conflict Resolution’.
“Tidak ada pembahasan mengenai Konflik Gaza, Palestina dan ISIS, terlalu banyak konflik di dunia ini, jadi kita harus membatasi,” kata dia jelang Pembukaan World Peace Forum kelima, di Gedung Nusantara IV, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/11).
Din menyampaikan beberapa konflik dunia yang akan menjadi pembahasan atau bahan diskusi dalam penyelenggaraan ini antara lain kisah sukses Indonesia dalam Kasus Aceh dan Maluku, Kasus Mindanao (Filipina), Kasus Pattani (Thailand Selatan), Perang Kosovo dan Kasus Afrika Tengah.
“Kita akan bicarakan hal-hal tersebut secara rileks tapi serius, pendekatan pun akan sangat dialogis karena menghadirkan ahli, pelaku, dan pengamat,” ujar dia.
Tahun 2014 menjadi momen penyelenggaraan kelima bagi World Peace Forum, sebuah kegiatan yang senantiasa diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah setiap dua tahun sekali sejak 2006.
Menurut Din forum ini adalah ajang silahturahmi para tokoh dan aktivis perdamaian dari mancanegara, baik tokoh agama, politik, intelektual, bisnis, serta media. “Jadi lintas profesi tak hanya tokoh agama, tokoh agamanya pun beragam,” ujar dia.
Tujuannya, lanjut Ketua PP Muhammadiyah itu, untuk saling menukar pikiran dan berbagi pengalaman mengenai perjuangan bersama mewujudkan perdamaian dunia dalam berbagai pendekatan. (ucanews.com)