Larantuka, mediantt.com — Pengerjaan proyek pembangunan dermaga di Desa Pamakayo, Kecamatan Solor Barat, Flores Timur, dilaporkan tidak ada kemajuan berarti. Alasannya, proyek yang dibiayai dana APBN 2014 senilai Rp 23.552.866.787 itu, masih terkendala masalah upah buruh yang belum terbayar dan material pasir yang tidak sesuai standar.
Keterangan yang dihimpun mediantt.com di Pamakayo, pekan lalu, menyebutkan, proyek yang dikerjakan PT Linggarjati Perkasa itu, saat ini berjalan tersendat-sendat karena pasokan material pasir yang juga tersendat-sendat. Buntutnya, para pekerja mengalami kerugian waktu, belum lagi upah mereka pun baru dibayar satu kali.
“Sudah dua bulan ini kami hidup sangat menderita. Jangankan untuk kirim buat istri dan anak, untuk makan minum saja, kami sudah tak punya uang,” kesal Muhamad Slehudin kepada wartawan. Pernyataan Salehudin dibenarkan rekannya Dadang dan lima belas tenaga buruh PT Linggarjati Perkasa lainnya.
“Banyak hal yang disepakati sebelum kami ke sini, diabaikan begitu saja. Soal upah misalnya, selalu berubah-ubah, dari kesepakatan awal gaji harian, kini menjadi borongan. Sebelum menjadi borongan pun, kami baru satu kali menerima upah. Itu pun dalam bentuk pinjaman. Sekarang hidup kami penuh utang, ya karena upah kami belum dibayar,” ujar Salehudin, diamini teman-temannya.
Selain masalah upah, sebut dia, pembangunan dermaga senilai Rp 23 miliar lebih di Desa Pamakayo, itu Pun menggunakan pasir bercampur tanah. Warga setempat telah mengingatkan buruknya kualitas pasir tersebut, namun PT. Linggarjati Perkasa tak gubris.
Robet Ledor, salah seorang warga Desa Pamakayo, mengaku, dirinya telah berkali-kali mengingatkan kontraktor PT. Linggarjati Perkasa agar berhenti menggunakan pasir tersebut. “Untuk urusan bangun rumah saja, pasir Liko kami tidak gunakan, karena pasir itu lebih banyak mengandung debu tanah,” katanya.
Pelaksana proyek, Farid Masyudi, yang ditemui wartawan di lokasi proyek berjanji akan mengganti pasir Liko dengan pasir Nobo.”Konsen kami adalah kerja dengan selalu memperhatikan mutu pekerjaan. Memang benar ada warga yang minta kami untuk tidak menggunakan pasir Liko, padahal dari hasil uji laboratorium, pasir tersebut berkualitas baik. Tapi karena permintaan warga, kami akan turuti,” kata Farid.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Flores Timur, Ir. Jhon Fernandes, Ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya Jumad (19/9), menyatakan sangat kaget ketika mendengar bahwa PT. Linggarjati Perkasa menggunakan pasir Liko dalam pembangunan Dermaga Pamakayo.
“Untuk urusan pembangunan di Flotim, kita cuma miliki pasir Nobo yang telah terbukti sungguh baik kualitasnya. Kenapa mereka menggunakan pasir Liko yang dominan memiliki unsur humus tanah? Dermaga Menanga saja, kontraktor menggunakan pasir Nobo dan pasir yang didatangkan dari Lembata. Saya akan menerjukan tim dari Dinas Pekerjaan Umum untuk memantau langsung proses pengerjaan Dermaga Pamakayo dan juga menyurati pihak kontraktor agar menggunakan pasir Nobo,” kata Fernandes. (eman)