Kesaksian Mencekam Dirut Sarinah Saat Teroris Beraksi

by -139 views

JAKARTA – Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Ira Puspadewi terperanjat dan bangkit dari kursi ketika suara ledakan kembali menggema dan mendebarkan detak jantungnya. Dia lantas mencari tahu sumber ledakan itu dengan mendekatkan diri ke jendela lebar di ruangan kerjanya, lantai 10 Gedung Sarinah, Jakarta.
Ira kontan terhenyak ketika mendapati pemandangan mencekam persis di seberang jalan yang terpantau di ruang kerjanya. Di pos polisi lalu lintas Thamrin itu, Ira melihat dengan mata kepala sendiri tiga mayat tergeletak bersimbah darah segar.
“Ketika saya melihat salah satu mayat mengepulkan asap di perutnya, saat itu saya sudah bisa menyimpulkan bahwa ini bom bunuh diri,” kata Ira mengulas kesaksiannya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (15/1).

Suara ledakan itu merupakan ledakan kedua yang didengar oleh Ira. Ledakan pertama sebelumnya sempat ia dengar namun daya ledaknya tak sebesar dengan yang didengar oleh Ira pada kali kedua.
Kepanikan tidak hanya melanda Ira. Sekitar 200 karyawan lainnya yang berada di lantai 10 Gedung Sarinah turut dilanda kecemasan. Ledakan bom di Jalan Thamrin telah menggemparkan pegawai yang 70 persennya didominasi oleh perempuan.
Ira lantas memanggil sekretaris dan sejumlah pejabat di Gedung Sarinah untuk berbagi informasi tentang apa yang telah terjadi di luar gedung. Dia tidak hanya memikirkan nasib 200 karyawannya, tapi juga sekitar 800 pegawai toko yang membuka bisnis di gedungnya.
“Saat itu reaksi kami bercampur aduk. Ada yang down, bahkan ada juga yang sampai menangis. Kami saling menenangkan satu sama lain. Setelah berkoordinasi, kami sepakat untuk tetap stay di dalam gedung,” ujar Ira.

Keputusan untuk bertahan di dalam gedung diambil lantaran Ira mendapati kondisi di luar gedung semakin tidak kondusif. Insiden penembakan susulan dan pengetatan pengamanan membuat Ira memilih menghindar, dan bahkan tidak berani untuk kembali mendekatkan diri ke jendela.
Peristiwa mencekam itu berangsur mereda dan berakhir secepat insiden itu bermula. Ira pun lantas mengambil keputusan untuk mengakhiri aktivitas perkantoran lebih cepat dari biasanya.
Ira menyatakan Gedung Sarinah tidak menjadi sasaran aksi teror dan tidak ada ledakan bom yang terjadi di areal gedungnya. Sehingga dia berkeberatan jika media menyebut peristiwa teror dilabeli sebagai ‘Bom Sarinah’.
“Ini adalah peristiwa berskala nasional. Kami tegaskan tidak ada yang mengincar ataupun ledakan yang terjadi di Gedung Sarinah. Ledakan itu terjadi di luar areal gedung kami,” kata Ira.
Dia pun membantah kabar yang menyebut adanya terduga teroris yang berusaha masuk Gedung Sarinah dan dicegah oleh petugas satuan pengamanan. “Bahkan ada juga yang menyebut satpam kami menjadi korban ledakan bom. Itu tidak benar,” ujar Ira.

Ira mengatakan Gedung Sarinah merupakan gedung paling tua yang masih kokoh berdiri di jantung ibu kota dan telah menjadi ikon nasional. Dengan aktivitas 24 ribu pengunjung yang hilir mudik setiap harinya, Gedung Sarinah telah menjadi semacam pusat keramaian yang kerap disambangi terutama oleh mereka yang punya aktivitas di wilayah perkantoran Thamrin.
Ira mengatakan aktivitas bisnis dan perkantoran di Gedung Sarinah saat ini sudah kembali normal. Dia menjamin pengamanan diperketat guna memastikan kenyamanan pengunjung di gedung yang namanya diambil untuk memuliakan pengasuh dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno. (cnn/jk)

Ket Foto : Direktur Utama PT Sarinah Ira Puspadewi menceritakan kesaksiannya saat teroris menyerbu. (CNN Indonesia/Gilang Fauzi).