APEGTI Diminta Kordinasi dengan Bulog Untuk Jamin Stok Gula

by -148 views

KUPANG – Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, meminta Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) NTT agar selalu turut menjaga stabilitas harga gula di pasaran, juga berkordinasi dengan Bulog agar stok gula tetap terjamin.

“Saya minta agar Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu ikut menjaga stabilitas harga gula di pasaran. Bangunlah kordinasi yang baik dengan Bulog, agar stok gula tetap terjamin. Distribusi gula juga mesti tetap lancar terutama menjelang perayaan hari besar keagamaan, sehingga tidak ada kelangkaan gula,” kata Gubernur Lebu Raya saat menerima pengurus Asosiasi Pengusaha  Gula dan Terigu (APEGTI) Provinsi NTT di ruang kerjanya​, Rabu (22/3).

Gubernur mengharapkan agar Pengurus APEGTI NTT selalu mengkoordinir  para anggotanya, khususnya para pengusaha gula dan terigu dalam membangun kesepahaman terkait distribusi dan harga gula serta terigu.

“Lakukanlah pertemuan secara rutin dengan para pengusaha dan distributor gula dan terigu. Jangan lupa mengingatkan mereka untuk menyesuaikan harga gula sesuai standar yang ada. Setiap tahunnya, saya selalu mengumpulkan para pengusaha gula dan terigu untuk membicarakan hal tersebut. Terkait persoalan gula rafinasi, APEGTI hendaknya terus melakukan sosialisasi terhadap para pedagang dan masyarakat, karena masyarakat biasa sulit membedakan gula rafinasi dan gula untuk konsumsi rumah tangga,” kata Lebu Raya.

Gubernur juga mengungkapkan rencana Pemerintah Provinsi untuk membangun pabrik gula di NTT. “Kita merencanakan untuk membangun pabrik gula di Sumba Timur. Masyarakat sedang dipersiapkan untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula. Lahan NTT sangat cocok bagi tumbuh kembangnya tebu. Kita berharap dengan produksi jagung yang terus meningkat, para investor juga berminat untuk membuat gula dari jagung,” jelas Lebu Raya sembari menyatakan dukungannya atas kehadiran APEGTI NTT serta meminta pengurus asosiasi berkoordinasi dengan dinas teknis terkait pembentukan tim monitoring gula dan terigu.

Sekretaris​ APEGTI NTT, Eko Hardipurnomo mengutarakan tujuan audiensi untuk memperkenalkan diri, sekaligus ingin mendapatkan pengarahan. Ia menjelaskan, Dewan Pengurus Provinsi (DPP) APEGTI NTT terbentuk pada akhir Oktober 2016 dan telah dilantik oleh Dewan Pengurus Nasional (DPN) APEGTI pada awal November 2016.

“Kita juga telah membentuk Dewan Pengurus Daerah (DPD) di seluruh Kabupaten/Kota se-NTT. Fungsi APEGTI terkait dua hal penting yakni, menjaga stabilitas harga dan mempertahankan distribusi gula serta terigu. Anggota kami adalah para distributor gula dan terigu,” jelas Hadipurnomo.

Menurutnya, program jangka pendek APEGTI NTT adalah melakukan edukasi tentang gula rafinasi demi meningkatkan pemahaman masyarakat. Edukasi ini, sebut dia, akan dirangkai dengan acara bazar murah bekerja sama dengan Bulog. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 527/MPT/KET/9/2004, gula rafinasi tidak layak  untuk dikonsumsi langsung, melainkan untuk industri  pembuatan kue, minuman serta manisan lainnya.

“Jika gula ini dikonsumsi langsung, akan menyebabkan penuaan kulit secara dini dan merangsang timbulnya penyakit gula secara cepat. Gula rafinasi memiliki kualitas rendah serta memiliki ciri umum halus, sangat manis dan berwarna keputihan. Sementara itu gula untuk konsumsi biasanya berwarga kuning kecoklatan serta agak kasar,” terang Hardipurnomo.

Soleman Amalo, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Distribusi dan Penyaluran APEGTI NTT menjelaskan, harga gula konsumtif saat ini berdasarkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah, berkisar antara Rp.13.000 hingga Rp.13.500/kg.

“Harga gula rafinasi biasanya  murah. Masyarakat diminta berhati-hati bila menemukan harga gula konsumsi yang sangat murah, jauh di bawah HET yang ditetapkan pemerintah,” kata Soleman. (hms/jdz)

Ket Foto : Gubernur Frans Lebu Raya tengah berbincang dengan Pengurus Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) NTT di ruang kerjanya.