KUPANG – Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Ny. Julie Sutrisno Laiskodat berpesan kepada seluruh masyarakat NTT, khususnya generasi muda atau kaum milenial untuk tidak malu mengenakan tenun ikat. “Jangan malu mengenakan tenun ikat NTT. Mari kita semua pakai tenun ikat setiap hari untuk mempromosikan NTT,” ucap Bunda Julie dari balik gagang telpon saat diwawancarai jarak jauh oleh Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, DR. Jelamu Ardu Marus, M.Si dan penyiar Radio Suara Verbum Kupang, Jane Kedang Salem, Rabu (30/10/ 2019).
Saat ini Bunda Julie sedang berada di Kota Quito, Equador Amerika Selatan. Perbedaan waktu Indonesia dengan Equador adalah delapan jam.
Dalam Siaran Pers yang diterima dari Valeri Guru, Kasubag Pers dan Pengelolaan Pendapat Umum Biro Humas dan Protokol Setda NTT,
Bunda Julie sedang mengikuti festival budaya khususnya untuk kerajinan tangan dan tenun yang setiap tahun digelar; termasuk festival buah dan sayuran. Khusus untuk festival buah dan bunga akan digelar pada Februari 2020.
Menurut Bunda Julie, pihaknya membawa serta empat penenun yang terdiri dari 1 penenun berasal dari Kabupaten Flores Timur, 1 dari Sikka, dan dua dari Kabupaten TTS yakni dari Ayotopas dan Boti.
“Masyarakat di Equador juga punya budaya menenun. Bahkan 400 tahun lalu mereka (masyarakat Equador) belajar tenun dari nenek moyang kita di NTT. Kalau kita di NTT menampilkan motif bunga, sotis dan ikat sedangkan mereka di Equador hanya ikat saja. Itulah perbedaan NTT dengan Equador,” tandas Bunda Julie dan menambahkan, “Saya juga membawa 200 lembar tenun ikat warna alam untuk ditampilkan di Equador.”
Motif tenun ikat asal NTT, sebut Bunda Julie, juga sangat variatif jika dibandingkan dengan yang ada di Equador. Masyarakat di Equador, kata dia, sangat antusias dan mereka bertanya apa sebenarnya perbedaan motif tenun ikat NTT dengan Equador. “Saya jawab, selain kualitas tenun ikat, variasi motifnya juga lebih baik dan banyak jika dibandingkan dengan yang ada di Equador,” jelas Bunda Julie.
Bunda Julie juga menyampaikan bahwa ini pengalaman perdana untuk membawa para penenun asal NTT yang tidak pernah keluar, apalagi keluar negeri. “Ini saya bawa mama-mama penenun yang tidak pernah keluar. Nanti, kalau Pak Gubernur berkenan pada Februari 2020 saya akan membawa serta anak-anak SMA atau SMK agar mereka punya wawasan. Anak-anak ini mereka punya potensi tapi tidak ada wadah,” kata Bunda Julie.
Dia mengaku bahagia dan bangga karena Provinsi NTT memiliki banyak motif tenun ikat dan punya nilai cerita yang sangat tinggi. “Sekarang saya ada di Equador dan saya bangga dengan motif tenun ikat NTT. Saya semakin besar hati bahwa NTT akan bangkit dengan etos kerja para penenun yang menjadikan tenunan sebagai pekerjaan pokok bukan sampingan,” ungkap Bunda Julie.
Sedangkan Karo Humas dan Protokol menegaskan, kehadiran Bunda Julie di Quito Equador merupakan kesempatan yang baik untuk mempromosikan NTT. “Apalagi di tahun 2020, NTT telah ditetapkan oleh majalah di Amerika sebagai destinasi pariwisata terbaik di dunia,” kata mantan Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT.
“Kalau Pak Gubernur menetapkan pariwisata sebagai prime mover pembangunan ekonomi di Provinsi NTT, saya pikir hal itu sangatlah tepat. Karena NTT memiliki alam dan budaya yang berbeda dan luar biasa,” tegas Bunda Julie dan memastikan tahun 2020, Presiden Joko Widodo meminta agar Dekranasda NTT ikut kegiatan di Dubai. (hms/jdz)